Alt Title
Waspada Indonesia dalam Belenggu Narkoba

Waspada Indonesia dalam Belenggu Narkoba



Negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis

halal haram akan diabaikan selama sesuatu itu bernilai manfaat

______________________________


Penulis Wa Ode Sukmawati, S.E

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Perempuan


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kabar mencengangkan kembali menerpa Indonesia. Belum lama ini, narkoba jenis sabu berbobot 705 kilogram dan kokain berbobot 1,2 ton telah berhasil digagalkan oleh TNI Angkatan Laut saat berupaya diselundupkan ke Indonesia, melalui Selat Durian, Kepulauan Riau. (antara.com, 16-05-2025)


Indonesia telah menjadi sasaran empuk bagi sindikat narkoba. Penyelundupan narkoba yang masuk ke Indonesia bukanlah sebuah hal baru. Narkoba telah menjadi barang istimewa yang diminati masyarakat. Buktinya, ribuan kasus seperti ini terus saja terjadi. Barang ilegal ini telah lama menjadi bisnis yang menjanjikan. 


Benar saja, perniagaan satu ini adalah sumber berpenghasilan yang cepat mendapatkan untung yang melimpah. Narkoba juga bisa membuat seseorang merasa bahagia, merasakan semangat tinggi dan gembira yang luar biasa dalam sedetik, sehingga banyak dijadikan pelarian untuk menghilangkan stres. Penyebaran barang haram yang dapat merusak tubuh dan hidup para pemakainya ini makin merajalela di wilayah Nusantara. 


Mirisnya, Indonesia bukan hanya sebagai tempat peredaran, namun juga sebagai tempat produksi narkoba. Polisi Republik Indonesia (Polri) berhasil mengungkap pabrik narkoba terbesar di Jawa Barat dan berhasil mengamankan barang bukti senilai lebih dari Rp.350 miliar. (cnbcndonesia.com, 25-02-2025)


Kasus narkoba tanpa henti berseliweran di layar kaca dan media massa. Parahnya, bukan hanya oknum masyarakat sipil yang menjadi bagian dari sindikat narkoba ini, tak jarang oknum aparat kepolisian pun ikut terlibat. (kompas.com, 25-05-2025)


Tak ayal, Indonesia akan terus dibelenggu oleh kasus semacam ini jika tidak segera dibasmi. Namun lagi-lagi, pemerintah seolah tak bisa berbuat banyak. BNN (Badan Narkotika Nasional) dan Polri (Polisi Republik Indonesia) yang menjadi garda terdepan untuk memberangus narkoba, nyatanya tak sanggup menangani masalah ini. Ditambah lagi, regulasi lemah yang tidak membuat jera para bandar dan pengguna narkoba semakin membuat masyarakat pesimis akan lenyapnya narkoba di Indonesia.


Sekularisme Membuat Narkoba Tetap Eksis


Sistem hidup sekularisme, di mana agama tidak dianggap penting dan dianggap tak layak untuk mengatur kehidupan manusia, membuat individu menjadi rusak akibat mengabaikan aturan agama padahal Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.


Namun, barang haram layaknya narkoba justru laris manis. Dari paham sekuler ini kemudian lahir paham liberal, di mana manusia merasa memiliki kebebasan sebebas-bebasnya untuk melakukan aktivitas apapun. Juga, paham sekuler ini menghasilkan perilaku individualis. Perilaku yang tak acuh pada sesama manusia, sehingga manusia merasa tidak perlu menasehati manusia lain ketika mereka terjebak dalam kehancuran.


Penerapan sistem ekonomi kapitalistik yang juga hadir dari paham sekuler telah melanggengkan keberadaan narkoba di tengah-tengah masyarakat. Bagaimana tidak, dalam sistem ekonomi kapitalis, halal haram akan diabaikan selama sesuatu itu bernilai manfaat. Maka tak heran, jika narkoba langgeng diperdagangkan demi mendapat keuntungan. Terlebih, sistem ini telah tampil dengan membawa kesenjangan dan kemiskinan yang membuat manusia terpaksa melakukan apa pun demi melangsungkan hidupnya. 


Peran Islam dalam Melawan Narkoba


Sebagai agama yang komprehensif, Islam tidak hanya membahas masalah ibadah ritual semata. Namun, Islam juga menguraikan berbagai aturan kehidupan termasuk salah satunya mekanisme memusnahkan narkoba hingga ke akar-akarnya. Negara akan memberantas bisnis haram narkoba dan melindungi umat manusia dari jeratan narkoba.


Aturan kehidupan yang berbasis Islam akan menguatkan akidah umat sehingga menumbuhkan ketakwaan. Dari sinilah muncul self control yang membuat manusia dapat menjaga dirinya dari sesuatu yang Allah haramkan. Sosial kontrol juga akan tampak di tengah-tengah masyarakat sebab dalam Islam, amar makruf nahi mungkar atau menyampaikan kebaikan dan mencegah kemaksiatan adalah sebuah kewajiban. 


Masyarakat tidak ragu-ragu dalam menasehati dengan hikmah, menjauhkan diri dan masyarakat dari dosa. Lalu, ada nation control atau peran negara. Negara akan menerapkan sistem sanksi bagi orang-orang yang menyalahgunakan narkoba, yaitu sanksi berupa takzir.


Hukuman takzir adalah sanksi yang jenis dan kadarnya ditentukan oleh kadi (hakim). Sanksi takzir bisa berbeda-beda sesuai tingkat kesalahannya. Takzir dapat sampai pada tingkatan hukuman mati. (Shiddiq Al-Jawi Hukum Seputar Narkoba dalam Fiqih Islam). Wallahualam bissawab. [EA/MKC]

 Fantasi Sedarah: Robohnya Nilai Keluarga dalam Bayang Sekularisme

Fantasi Sedarah: Robohnya Nilai Keluarga dalam Bayang Sekularisme



Grup “Fantasi Sedarah” bukan sekadar kasus menyimpang

Ia adalah alarm bahaya yang menunjukkan bahwa masyarakat kita sedang sakit

_________________________


 Penulis Vina

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Nutrisionis 


KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Belakangan terungkap grup facebook bernama “Fantasi Sedarah” yang menjadi momok baru di Indonesia khususnya bagi perempuan dan anak-anak. Grup ini memuat konten dan diskusi yang mengagungkan fantasi inses (hubungan seksual sedarah), bahkan melibatkan narasi yang menjijikkan ayah kepada anak, kakak kepada adik, hingga anak laki-laki kepada ibunya.


Sebelumnya, grup ini telah ramai diperbincangkan warganet di platform sosial media lain. Hingga akhirnya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mendesak Direktorat Tindak Pidana Siber agar kasus ini segera ditindaklanjuti. (newsreplubika.com, 17-05-2025)


Komnas Perempuan juga mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas fenomena ini karena dinilai sebagai bentuk kekerasan seksual siber yang sangat serius dan menjijikkan. (beritasatu.com, 17-05-2025)


Pemerintah merespons melalui Wakil Menteri Angga Raka Prabowo, pihaknya mengatakan telah menghubungi Meta dan Facebook untuk menghapus akses grup tersebut, mengutuk penyebaran konten amoral di media sosial, serta mendorong lembaga hukum menyelidiki orang dibaliknya. (bisnisupdate.com, 16-05-2025)


Fenomena ini bukan semata-mata kasus kejahatan dalam dunia digital. Namun, potret buram dari kondisi masyarakat yang tengah berada dalam jurang degradasi moral yang dalam. Lebih mencengangkan, komunitas ini ternyata telah bertahan selama lebih dari sepuluh tahun. Ribuan anggota yang tergabung mencoba menormalisasi perilaku inses dengan secara aktif terlibat dalam diskusi dan saling berbagai kisah. Ini bukan hanya mencerminkan penyakit individu, tetapi juga mengindikasikan adanya kerusakan sistemik pada tatanan sosial dan nilai yang dianut masyarakat.


Bangsa “Religius”, Tetapi Mengapa Rusak?


Indonesia sering menyebut dirinya sebagai bangsa religius. Lima agama resmi diakui di negeri ini, pendidikan agama diwajibkan di sekolah, dan tempat ibadah berdiri megah di berbagai sudut kota. Namun, apakah semua ini cukup menjadi bukti bahwa bangsa ini benar-benar religius?


Fakta bahwa ada komunitas publik di media sosial yang terang-terangan menyebarkan penyimpangan seperti inses, dan dapat bertahan selama bertahun-tahun, adalah bukti nyata bahwa ada kontradiksi besar antara klaim religiusitas dan realitas moral yang ada. Religiusitas yang tampak hanya sebatas simbol dan ritual. Sementara dalam praktik kehidupan nilai-nilai agama ditinggalkan. Manusia hidup tanpa pagar syariat. Hukum Tuhan tidak dijadikan standar dan kehidupan dijalankan sesuai keinginan pribadi, didorong oleh akal dan hawa nafsu belaka.


Pengabaian Aturan Agama: Hidup Bebas bagai Binatang


Ketika agama ditepikan, maka yang berkuasa adalah akal manusia yang lemah dan terbatas. Dari kondisi tersebut, muncullah pola hidup liberal yang menjunjung tinggi kebebasan tanpa batas: bebas berpendapat, bebas berperilaku, bebas berimajinasi, hingga bebas melampiaskan hasrat seksual tanpa kendali.


Inilah buah dari penerapan sistem sekuler-kapitalisme yang hanya menjadikan agama sebagai urusan pribadi dan tidak boleh mengatur ruang publik. Dalam sistem ini, tidak ada standar tetap dalam hal moral dan etika. 


Apa pun bisa dibenarkan selama tidak “melanggar hukum positif” yang berubah-ubah sesuai dengan kepentingan kapitalis pemilik modal. Orang hidup seakan-akan tanpa malu, tanpa rasa bersalah, dan tanpa takut kepada Tuhan. Dalam sistem seperti ini, bahkan hubungan sedarah bisa saja dianggap hanya sebagai “preferensi seksual”, bukan kejahatan moral yang menjijikkan.


Hancurnya Fungsi Keluarga


Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang seharusnya menjadi tempat pertama pembentukan kepribadian dan moral anak. Namun, kini fungsi keluarga itu rusak. Orang tua tidak lagi menjadi teladan. Tak sedikit orang tua yang lebih disibukkan oleh pekerjaan, gawai, atau urusan duniawi lainnya daripada menjalankan peran penting dalam mendidik dan membimbing anak. Alhasil, pola asuh anak terabaikan, banyak di antaranya justru ‘dibesarkan’ oleh internet dan media sosial tanpa batasan nilai tertentu.


Paparan terhadap konten pornografi dan kekerasan pun sangat mudah diakses, bahkan oleh anak-anak usia dini. Tak mengherankan jika imajinasi serta perilaku menyimpang berkembang begitu cepat. Betapa miris, bahkan dalam banyak kasus pelecehan seksual, pelakunya justru berasal dari orang terdekat, seperti ayah kandung, saudara kandung, paman, bahkan ibu sendiri.


Campur Tangan Negara dalam Kerusakan


Ironisnya, negara yang seharusnya menjadi pelindung dan pengayom rakyat, justru sering menjadi bagian dari masalah. Lewat kebijakan sekuler, negara malah memperkuat sistem yang menjauhkan agama dari kehidupan publik. Melalui pendidikan karakter yang lemah, kurikulum yang tidak berlandaskan akidah, tayangan media yang vulgar, pornografi yang nyaris tidak terbendung, serta hukum yang longgar terhadap pelaku penyimpangan seksual. 


Semua ini mencerminkan bahwa negara tidak menunjukkan keseriusan dalam menjaga moral dan akhlak warganya. Bahkan dalam sejumlah kebijakan, negara justru nampak mendukung agenda liberalisasi seksual dengan alasan perlindungan hak asasi manusia. Regulasi yang seharusnya berfungsi melindungi institusi keluarga dan generasi penerus justru membuka ruang bagi perilaku menyimpang atas nama “kebebasan individu”. Ketidakpedulian negara terhadap penjagaan nilai moral ini merupakan konsekuensi dari sistem sekuler yang menjauhkan hukum Tuhan dari kehidupan publik.


Islam sebagai Way of Life


Di tengah kerusakan yang semakin nyata, Islam adalah satu-satunya solusi komprehensif. Islam bukan sekadar agama ritual, melainkan sebuah sistem kehidupan (way of life) yang mengatur segala aspek, mulai dari individu, masyarakat, hingga pemerintahan. Dalam pandangan Islam, penyimpangan seperti inses sama sekali tidak bisa ditolerir. Syariat Islam menegaskan bahwa hubungan sedarah merupakan dosa besar yang harus dijauhi, dan pelakunya dikenai sanksi tegas demi menjaga kemuliaan manusia dan keutuhan keluarga.


Namun, Islam tidak berhenti pada penghukuman. Sistem Islam membangun lapisan-lapisan pencegahan yang kokoh:


1. Penanaman akidah sejak dini: Anak-anak diajarkan bahwa hidup mereka adalah amanah dari Allah Swt., dan setiap tindakan akan dimintai pertanggungjawaban.


2. Lingkungan yang bersih dari maksiat: Islam melarang keras dan menutup akses segala bentuk pornografi, konten vulgar, dan interaksi bebas yang membuka peluang kerusakan moral.


3. Amar makruf nahi mungkar: Suasana di masyarakat dikondisikan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah keburukan.


4. Penerapan sistem hukum yang tegas: akan memastikan bahwa pelaku penyimpangan dikenai hukuman yang mampu memberikan efek jera, sekaligus menjadi bentuk penebusan dosa mereka di dunia sebelum menghadapi pertanggungjawaban di akhirat.


Selain itu, media dalam sistem Islam akan berfungsi sebagai alat edukasi dan penjaga moral publik. Tidak akan ada tempat bagi tayangan, komunitas, atau diskusi publik yang menyebarkan keburukan. Negara Islam berkewajiban memastikan setiap aspek kehidupan berjalan sesuai dengan syariat, termasuk dalam menjaga keutuhan keluarga, menjaga generasi, dan memelihara kemuliaan manusia.


Grup “Fantasi Sedarah” bukan sekadar kasus menyimpang. Ia adalah alarm bahaya yang menunjukkan bahwa masyarakat kita sedang sakit. Penyimpangan ini tidak dapat diatasi dengan solusi parsial seperti sekadar “pemblokiran akun” atau “edukasi digital”, melainkan membutuhkan perubahan menyeluruh pada sistem yang mendasari kehidupan masyarakat. Tidak cukup hanya dengan marah atau sedih, kita harus bergerak untuk mengubah sistem rusak yang telah melahirkan generasi tanpa arah ini.


Kini saatnya umat Islam menyadari bahwa satu-satunya sistem yang mampu melindungi martabat manusia dan mempertahankan keutuhan institusi keluarga adalah sistem Islam. Bukan sistem sekuler yang telah terbukti gagal. Islam adalah solusi yang benar, sempurna, dan mampu menjaga martabat manusia. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]

Malapetaka Besar Indonesia Pasar Narkoba

Malapetaka Besar Indonesia Pasar Narkoba

 


Ancaman narkoba masih menjadi persoalan serius

yang tidak bisa diremehkan atau hanya diselesaikan secara parsial


_____________________


Penulis Sri Wulandari 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman budaya. Namun, ironisnya kini kasus narkoba dan biaya transaksi narkoba makin melebar membuat Indonesia di pandang sebelah mata. Kini, Indonesia dikenal sebagai pasar narkoba. Pengedaran serta penyalahgunaan narkoba masih menjadi masalah serius di Indonesia.


Dilansir dari kompas.com penggagalan penyeludupan narkoba jenis sabu dengan berat 705 kilogram dan kokain dengan berat 1,2 ton oleh TNI Angkatan Laut melalui Lanal Tanjung Balai Karimun. Mereka berusaha masuk melewati perairan Indonesia di Selat Durian. Dalam konferensi pers pada hari Jumat 16 Mei, Panglima Komando Armada I Laksda Fauzi memberitahu ada lima pelaku yang ternyata Warga Negara Asing (WNA) asal Thailand dan Myanmar yang membawa narkoba dan menyeludupkan ke Indonesia.


Berdasarkan data dari Pusiknas Polri menunjukkan jumlah kasus narkoba pada tahun 2024 mengalami ketidakstabilan signifikan setiap bulannya. Selama lima tahun terakhir, jumlah terlapor kasus narkoba mengalami peningkatan. Pada tahun 2020 didapati lebih 30.000 kasus dan pada periode Januari-November tahun 2024 meningkat menjadi 53.672 kasus. Dari data BNN tahun 2024 Kepala BNN Marthinus Hukom menyatakan sebanyak 3,33 juta orang menyalahgunakan narkotika di Indonesia.


Berbagai upaya intensif dilakukan aparat dan BNN untuk memberantas narkoba di Indonesia. Namun, ancaman narkoba masih menjadi persoalan serius yang tidak bisa diremehkan atau hanya diselesaikan secara parsial. Dibutuhkan upaya sistematis juga solusi nyata untuk menyelesaikannya.


Lemahnya penegakan hukum dan tidak ada ketegasan dalam memberikan sanksi membuat pengedar tidak memiliki rasa takut. Apalagi besarnya jumlah pengguna di Tanah Air dapat memajukan perdagangan barang ilegal tersebut di seluruh dunia. Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN, menjadi  pasar utama narkoba ATS, khususnya jenis metamfetamin (sabu) dan MDMA atau ekstasi. Bagi Indonesia, narkoba, sabu, ekstasi, ganja adalah tiga jenis narkoba yang paling banyak ditemukan peredarannya.


Narkoba masih menjadi musuh masyarakat. Pasalnya, penggunanya berasal dari beragam latar belakang tak hanya oleh masyarakat biasa, tetapi dari kalangan pejabat, penegak hukum, dan lainya. Dari tahun ke tahun jumlah penggunanya semakin besar, pengedarnya semakin meluas tanpa ada rasa ragu, apalagi bandarnya tidak kalah beringas.


Niat memberantas narkoba secara tuntas namun rasanya makin berat karena pemberantasan narkoba tidak bisa selesai hanya dengan merehabilitasi para pengguna dan pengedarnya. Bahkan, diberi hukuman penjara saja mereka tidak jera, apalagi hanya sebatas direhabilitasi. 


Dalam beberapa kasus, terungkap para narapidana narkoba tetap leluasa mengendalikan jaringan mereka dari balik jeruji besi. Mereka mempunyai kaki tangan, sistem komunikasi, bahkan perlindungan didalam sana. Masih menjadi pertanyaan, mengapa hal ini tidak dicurigai atau justru dibiarkan oleh aparat? 


Bagaimana mungkin Indonesia ingin memberantas narkoba jika sebagian dari penegak hukum sendiri justru menjadi pelindung bagi para bandar? Dalam kondisi seperti ini, upaya memberantas narkoba ibarat membersihkan tumpukan sampah dengan sebiji lidi. Tidak efektif, bahkan semakin memperluas penyebaran sampah itu sendiri.


Akar masalahnya juga tak hanya itu banyak pengaruh luar yang memberikan contoh buruk untuk kalangan pemuda khususnya remaja saat ini. Keluarga yang jauh dari agama, kedua orang tuanya yang menjadi penjudi bahkan pengguna narkoba. Mungkin mereka juga hidup di lingkungan dengan pergaulan yang bebas sehingga berteman dengan pengguna narkoba, atau para penjudi dan lain-lainnya.


Fakta bahwa semua itu terjadi karena mereka hidup di dalam sistem kapitalisme sekuler. Yang dimana agama dipisahkan dari kehidupan sehingga ajaran agama tidak menjadi pengatur dalam kehidupan. Tolak ukur halal dan haram tidak lagi menjadi standar dalam melakukan perbuatan. 



Jika upaya yang dilakukan hanya berfokus pada tindakan represif tanpa memperbaiki akar permasalahan ekonomi, sosial, dan spiritual, jelas tidak akan membuahkan hasil signifikan. Sistem sekuler telah gagal melindungi masyarakat. Dan mereka membutuhkan alternatif solusi yang komprehensif, adil, dan beradab.


Islam memiliki beberapa mekanisme pencegahan dan penindakan terhadap tindak pidana kejahatan, termasuk narkoba. Dari aspek pencegahan, Islam akan melakukan mekanisme yang dapat menghentikan persoalan dengan tuntas. Jika ada di antara masyarakat yang taat agama dan ingin melakukan kebaikan, mereka hanya bisa sebatas mencegah kemungkaran itu dengan lisan mereka tidak bisa mencegah dengan tangan mereka.


Sementara, negara memiliki kekuasaan yang bisa mencegah kemungkaran. Negara juga memiliki hak membuat peraturan dan undang-undang yang melarang semua pemakai narkoba juga memberikan sanksi berat kepada pelakunya.


Negara Islam akan memberikan edukasi kepada seluruh masyarakat untuk hidup sesuai dengan ajaran agama, meraih keberkahan hidup dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan memfokuskan melakukan sesuatu atas ridho-Nya. Islam memandang narkoba sebagai barang haram dan negara wajib mencegah serta memberantas dari akarnya untuk melindungi masyarakat terutama generasi muda. Islam menentukan sanksi tegas berupa ta’zir bagi pengguna, serta hukuman bagi pengedar dan produsen. 


Pemberantasan narkoba akan berjalan efektif dan tuntas jika sistem Islam kaffah diberlakukan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Tidak ada sistem hukum paling efektif selain sistem sanksi Islam yang menjerakan bagi pelaku kejahatan. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Krisis Kelaparan Melanda di Gaza Bukti Zionis Lemah dan Pengecut

Krisis Kelaparan Melanda di Gaza Bukti Zionis Lemah dan Pengecut



Krisis kelaparan melanda penduduk Pal*stina 

menyebabkan kematian terus bertambah

____________________


Penulis Rahmatul Aini

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS -Serangan terus membabi buta ke wilayah Gaz* dan sekitarnya. Sebagian kawasan sudah rata dengan tanah dan dunia terus menyaksikan adegan mengerikan itu. Di sisi lain, para penguasa-penguasa muslim tidak bisa menggerakkan tentara mereka, sokongan logistik terus dikerahkan, tetapi tiada hasil. Hanya lontaran kecaman tertuju pada zion*s dan tetap saja para penjajah tidak bisa ditumbangkan.

  

Kedok di Balik Human Rights 


Kebengisan zion*s tidak hanya terlihat pada adegan serangan senjata dengan membunuh lawan menggunakan bom/tank baja. Mereka juga menyerang musuh dengan cara licik tak berperikemanusiaan, menyiksa, dan membunuh secara perlahan.


Selain itu, dalam kurun waktu 3 bulan mereka sengaja memblokade jalan agar bantuan kemanusiaan termasuk obat-obatan tidak bisa masuk pada akhirnya mereka berhasil melumpuhkan bantuan. Dilansir dari (tempo.co, 19-05-2025) 


Alhasil, krisis kelaparan melanda penduduk Pal*stina menyebabkan kematian terus meningkat, bahkan di antara mereka tak sedikit seperti mayat hidup tersisa dari tubuh mereka hanya tulang yang berbalut kulit. Sungguh perbuatan biadab tidak kesatria. 


Hak asasi manusia hanya slogan omong kosong yang tidak berlaku kepada kaum muslim. Namun, jika yang berkonflik adalah negara selain Islam maka istilah hak asasi manusia selalu menjadi tameng alat pelindung. Buktinya, konflik antara Rusia dan Ukraina menjadi buah bibir dunia bahkan negara-negara maju ramai memberikan dukungan dan pembelaan terhadap Ukraina termasuk AS. Tak sedikit yang memberikan pembelaan dan membawa dalih sisi kemanusiaan. 


Bukankah ini bukti ketidakadilan? Sistem sekuler hanya memberikan ruang perlindungan bagi sekutu. 


Di sisi lain, negeri-negeri muslim terus tejajah. Di Sudan, Afganistan, Iran, Suriah, Yaman dan masih banyak lagi adalah sederet daftar negara yang berkonflik. Namun, istilah “Human rights” tidak berlaku kepada mereka. Bukti nyata bahwa kedok di balik hak asasi manusia adalah payung pelindung bagi para penjajah.


Aktor Utama G*nosida Adalah AS


Sudah menjadi rahasia umum bahwa dibalik kekuatan musuh zion*s adalah sokongan AS. Parahnya adalah disaat hubungan Netanyahu dan Donald Trump berkonflik, para pemimpin-pemimpin kaum muslim justru menggelar karpet merah menyambut kedatangan sang aktor g*nosida itu kunjungan ke Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab (tempo.co, 18-05-2025)


Miris, di tengah polemik g*nosida yang terjadi di Pal*stina, Donald Trump dengan leluasa berkunjung ke negara-negara muslim membawa tangan kosong kemudian pulang dengan membawa Rp17 kuadriliun dari 3 negara teluk Arab (bloombergtechonz.co,16-05-2025) bukan tanpa sebab, tetapi ada kepentingan (manfaat). 


Kesetiaan Para Pemimpin Muslim Kepada Pemimpin Penjajah 


Dalam sistem kapitalis, semua bersumber pada ikatan manfaat. Tumbal dari kesetiaan para pemimpin kaum muslim adalah rakyat. Mereka begitu bangga menyambut kedatangan Donald Trump di negaranya, seperti malaikat yang turun dari langit, memuja serta menghormati tuannya. Tentu kepentingan ini menutup segala hal keburukan tuan padahal negeri yang mereka huni itu dulu dibayar dengan darah para syuhada yang melawan nenek moyang Donald Trump. Mereka lupa bahwa Donald Trump adalah musuh mereka bersama. Namun, karena ambisi dunia mereka tidak mampu melihat musuh sejati itu. 


AS punya kepentingan bersama dengan sekutu yakni melawan Islam dan mencegah bangkitnya peradaban. Solidnya mereka bersatu padu dalam kekuatan menyerang lawan dalam hal ini adalah negara-negara Islam yang terjajah secara fisik dan secara pemikiran.


Kaum muslim di belahan dunia merasa berbela sungkawa dengan konflik yang tejadi di Timur Tengah padahal sejatinya kondisi mereka lebih parah, yakni tidak mampu melihat mana kawan dan mana lawan.


Artinya, lebih berbahaya jika serangan pemikiran sebab mereka merasa berada dalam zona nyaman padahal tersandera pemikiran, terjajah pemahaman. 


Indonesia merdeka 79 tahun lamanya, tetapi sebagian besar SDA telah menjadi milik asing. Tambang emas, perak, batu bara diprivatisasi, yang kaya makin kaya, miskin makin melarat padahal negara mereka kaya melimpah ruah. Peluru, bom, senjata, nuklir dan yang lainnya boleh saja tidak singgah, tetapi Indonesia dibabat habis kekayaan alam sampai tidak ada yang tersisa sepeserpun. Mereka juga diperas lewat pajak, negara tidak peduli apakah rakyat mampu atau tidak. Bukankah lebih kejam dan mengerikan penjajahan pemikiran? 


Pal*stina Menunggu Para Tentara Terbaik 


Seruan dari jantung dunia Pal*stina terus menggema, persoalan yang mereka hadapi dari dulu sampai sekarang  menyadari bahwa ketiadaan para pemimpin kaum muslim hadir memberikan solusi sejati. 


Upaya yang terus dilakukan oleh kaum muslim belum nyata hasilnya. Seruan doa yang sudah dipanjatkan, bahkan sedang dilantunkan dan akan terus diuntaikan oleh para syaikh ulama-ulama kaum muslim secara keseluruhan belum juga berhasil memberikan solusi.


Bantuan kemanusiaan, kesehatan serta memboikot produk yang terafiliasi zion*s sudah dijalankan, perang sosmed untuk mengupayakan kesadaran dan opini umum tetap disuarakan namun solusi itu belum tampak sampai detik ini.


Maka tinggal satu yang belum diwujudkan yakni army to Aqsa dan hal ini butuh kesadaran penuh terutama dari pemimpin kaum muslim yang mampu menggerakkan dan mengirimkan tentara terbaik mereka. Kekuatan militer gabungan dari 4 negara (Arab Saudi, Mesir, Qatar, Lebanon) bisa meluluhlantakkan zion*s yang hanya secuil dengan izin Allah para penjajah akan terusir dari bumi Pal*stina. 


Sekat Nasionalisme Sebab Tiada Persatuan 


Gembok penghalang nasionalisme menjadi kelemahan kaum muslim, mereka merasa bahwa konflik Pal*stina bukan urusan mereka. Sekat nasionalisme ini begitu parah sampai kekuatan persatuan tidak mampu terwujud, kepentingan masing-masing negara menyebabkan individualisme.


Bahkan Mesir makin memperkuat dan memperkokoh tembok perbatasan padahal debu-debu tanah Pal*stina merembet ke wilayah mereka, bom yang berjatuhan terdengar, dan mereka merasakan getaran dahsyatnya. Mereka pula saksikan jasad yang melayang secara nyata. Namun, hati mereka tidak bisa mampu digerakkan, mungkin mereka merasa iba, tetapi tak mampu berbuat lebih karena kepentingan negara lebih utama. 


Kemenangan Islam Suatu Kepastian


Upaya yang terus dilakukan AS dan sekutu tentu dalam rangka menghambat kebangkitan Islam, mereka penuh keyakinan bahwasanya janji Allah Swt., dan bisyarah Rasulullah saw. tidak mungkin salah dan keliru. 


Oleh karena itu, makar terus mereka lontarkan bahkan semampu dan maksimal mungkin agar kebangkitan itu kian lamban. Namun, Allah punya makar yang jauh lebih dahsyat. Mereka bisa merusak bunga, tetapi tidak mampu menghentikan datangnya musim semi itu. Kegemilangan Islam akan mewujud dan itu pasti, tinggal kemudian kita mau memilih memiliki peran atau justru sebagai penghalang menjadi pemain, atau menjadi penonton. 


Hidup adalah pilihan dan yakinlah kita menjadi pemain adalah dalam rangka kepentingan kita. Karena kelak Allah akan mempertanyakan ikhtiar kita melihat kezaliman dan kebengisan musuh dalam melawan saudara kita di Pal*stina. Jangan sampai kita kalah dengan musuh yang meyakini penuh janji itu. Namun, justru kita merasa pesimis akan kemuliaan Islam kembali.


Khil4fah pemersatu kaum muslim, kesatuan kaum muslim tidak akan mampu terwujud dalam sistem demokrasi sekuler-kapitalis, perpecahan yang hari ini terjadi sebab nasionalisme yang lahir dari peradaban sekuler. 


Sistem Khil4fah akan menjadi perisai dan mampu mewujudkan persatuan itu, hal ini pernah dicontohkan oleh Khulafaur Rasyidin setelah wafatnya Rasulullah saw. sebagai pemimpin kaum muslim. Bahkan tidak satu pun negara yang berani melawan negara Khilafah yang adidaya. Rasulullah saw., “Sesungguhnya seorang imam itu merupakan perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung dengannya.” (HR. Al-Bukhari)


Maka oleh karena itu mengembalikan kesatuan kaum muslim dengan mewujudkan negara Islam dan Pal*stina serta negera-negara muslim yang terjajah akan merdeka seutuhnya dalam naungan sistem Islam (Khil4fah). Wallahualam bissawab. [SM/MKC]

Ketika Inses Menjadi Marak Islam Solusi Hakiki

Ketika Inses Menjadi Marak Islam Solusi Hakiki




Dalam Islam, pelaku perbuatan inses akan dihukum mati

Maka tidak ada lagi yang berani melakukan perbuatan-perbuatan maksiat itu

_________________________


Penulis Nurul Bariyah 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Ada sebuah peribahasa, "Sejahat-jahatnya harimau, tidak akan memakan anaknya sendiri". Maknanya bahwa orangtua tidak akan mencelakakan anaknya sendiri seperti harimau yang tidak akan memakan anaknya sendiri.


Namun, sepertinya peribahasa ini sudah tidak berlaku lagi. Saat ini, banyak orang tua menyakiti anaknya. Dibunuh karena faktor ekonomi. Dibuang di jalan karena malu punya anak di luar nikah. Kemudian muncul lagi berita orang-orang yang melakukan hubungan inses atau hubungan sedarah. Peristiwa yang di luar nalar sehingga kita geram dan mengutuk perbuatan bejad mereka.


Diketahui Kemen PPPA meminta agar grup Facebook dengan nama 'Fantasi Sedarah' segera diperiksa polisi. Ini berdasarkan adanya unsur eksploitasi seksual dan inses  dalam konten mereka. (republika.co.id, 17-05-2025)


Diketahui grup mereka berisi tentang pembicaraan hal yang dialami orang-orang yang melakukan inses, beserta video aksi mereka. 


Titi Eko Rahayu selaku sekretaris Kemen PPPA menjelaskan bahwa kehadiran grup ini jelas memengaruhi keselamatan masa depan anak Indonesia dan bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan. (republika.co.id, 17-05-2025)


Hal itu telah memorak-porandakan persepsi publik tentang keluarga dan hubungan yang sehat, juga tidak lazim. Seharusnya rumah sebagai tempat berlindung, dan tempat paling aman.


Apa Itu Inses dan Faktor Penyebabnya


Akun 'Fantasi Sedarah' memuat beragam unggahan pesan yang mengarah pada inses atau ketertarikan pada anggota keluarga sendiri. Mereka yang masih memiliki hubungan darah, seperti kakak dengan adik, ayah dengan anak, paman dengan keponakan, kakek dengan cucu dan semacamnya.


Hawa nafsu, fantasi yang timbul setelah menonton video vulgar merupakan faktor yang keluar dari dalam diri (internal). Ditambah keadaan ekonomi yang terjepit, tidak adanya iman dan abai terhadap norma-norma kehidupan, menjadi pencetus dorongan dari luar diri (eksternal).


Lemahnya Hukum


Orang-orang semacam ini harus segera ditindaklanjuti untuk dijatuhi pidana. Hukuman yang berat akan membuat mereka menjauhinya. Jika tidak, mereka akan tetap melakukan hal abnormal ini. Kerusakan mental dan fantasi yang membabi-buta akan menular kepada yang lain, ini terbukti dari banyaknya peserta dalam akun Facebook tersebut. Muncul di media sosial, berbagi kisah kepada yang lain tentang pengalamannya, padahal itu adalah hal yang memalukan.


Sistem hidup berasas sekularisme liberal membuat manusia hidup tidak bermoral dan jauh dari agama. Hawa nafsu menguasai segalanya, kesenangan dunia dikejar sedemikian rupa tanpa memikirkan baik buruk karena hanya itu tujuan hidup mereka. 


Pemerintah bertanggung jawab sebagai penyelenggara negara. Lewat instansi terkait mengambil solusi penting dalam upaya menghilangkan kemaksiatan ini. Pemerintah dengan kewenangannya berupaya mencegah dengan memilah setiap akun yang muncul, mana yang layak tayang dan mana yang tidak. Memblokir dan menghukum akun-akun dan orang-orang dibalik media sosial yang mempromosikan hal negatif seperti pornografi, konten seksualitas, termasuk hubungan inses.


Islam Solusi yang Hakiki


Agama adalah fondasi yang kuat bagi setiap pemeluknya. Keimanan yang kuat akan mampu menyelamatkan seseorang dari godaan maksiat. Di tengah rusaknya pergaulan masa kini dari pengaruh buruk gaya Barat. Islam adalah solusi yang hakiki dalam setiap permasalahan hidup karena memiliki aturan yang lengkap dalam kehidupan. Semua aturan itu menjaga umat agar tidak terperosok ke dalam lembah maksiat dan selamat dunia akhirat. 


Batasan-batasan dalam Islam yang sudah ada jangan dilanggar. Hal ini menjadi pagar pelindung dan harus disadari sepenuhnya oleh mereka yang bertakwa, seperti menutup aurat secara sempurna di luar rumah, batasan pergaulan, pakaian saat di dalam rumah, dan lain sebagainya. 


Islam melarang hubungan dan perkawinan sedarah. Selain karena dosa besar, juga mengingat akan berdampak tidak baik bagi keturunannya. Bayi rentan terhadap cacat kekebalan, kelainan fisik, dan intelektual. 

Allah Swt. berfirman: "Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan..." (TQS. An-Nisa: 23)


Ayat tersebut sangat jelas maknanya yaitu diharamkannya inses dalam Islam. 


Dalam Islam, pelaku perbuatan inses akan dihukum mati. Maka tidak ada lagi yang berani melakukan perbuatan-perbuatan maksiat itu. Umat Islam harus patuh dan taat atas aturan Allah Swt. Diharapkan agar umat selamat dari perbuatan dosa. Sejatinya kita hidup mengharapkan keridaan Allah sehingga tetap berjalan dan patuh pada aturan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya adalah hal terbaik.


Melakukan hubungan dengan pasangan yang halal adalah baik di mata Allah, menjadi lebih mulia dan selamat dari azab yang sangat pedih. Berusaha menjalankan kewajiban dengan baik, menjaga agar anak dan keluarga terhindar dari perbuatan dosa.


Mendidik agama sejak dini kepada anak-anak demi masa depan yang cemerlang, serta menjadi manusia-manusia unggul dan bertakwa. Menuju keridaan Allah agar selamat dan bahagia dunia juga akhirat. Wallahualam bissawab.[GSM/MKC]

Sistem Kapitalis Gagal Cetak Generasi Taat

Sistem Kapitalis Gagal Cetak Generasi Taat

 


Sistem pendidikan Islam yang berlandaskan syariat

akan menghasilkan generasi unggul yang taat kepada Allah

_______________________


Penulis Nurhikmah Oktavia 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Di era teknologi yang makin maju, seharusnya nilai kejujuran makin diperkuat. Namun ironisnya, justru kejujuran itu semakin rapuh. Pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025 kembali tercoreng oleh berbagai kasus kecurangan yang memanfaatkan teknologi canggih.


Hal ini menimbulkan pertanyaan penting. Apakah lulus UTBK lebih penting daripada kejujuran? Fakta ini mengundang keprihatinan mendalam terhadap kondisi moral dan akhlak generasi muda yang sedang dibentuk oleh sistem pendidikan kita.


Dilansir dari beritasatu.com (25-04-2025) dari kasus kecurangan dalam UTBK SNBT 2025 telah menjadi perhatian publik dan mendapat kecaman keras dari panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB). Mereka menegaskan bahwa praktik curang seperti ini merusak prinsip fundamental seleksi, yaitu keadilan, integritas, dan kejujuran.


Dilansir dari kompas.com (25-04-2025) Prof. Eduart menjelaskan bahwa kasus ini masih terus diselidiki dengan menemukan berbagai modus. Mulai dari penggunaan ponsel, aplikasi perekam layar, hingga metode remote desktop yang memungkinkan orang lain mengerjakan soal dari luar lokasi ujian. Meskipun soal bocor bukankah soal sesi berikutnya ada 23 sesi dengan soal berbeda. Penyalahgunaan teknologi ini sudah mencerminkan kegagalan sistem pendidikan dalam membentuk akhlak mulia.


Lebih lanjut, dikutip dari beritasatu.com (24-04-2025), panitia juga mengungkap modus kecurangan baru yang cukup mengejutkan, yaitu pemasangan kamera kecil yang tidak terdeteksi oleh metal detector di behel gigi, kuku, ikat pinggang, dan kancing baju peserta. Modus ini menunjukkan bahwa pelaku curang semakin kreatif memanfaatkan teknologi demi keuntungan pribadi.


Sebagai respons terhadap temuan tersebut, panitia berkomitmen melakukan investigasi mendalam dengan menggandeng berbagai pihak terkait. “Kasus dugaan kecurangan yang teridentifikasi sedang dalam proses verifikasi dan investigasi lebih lanjut, bekerja sama dengan berbagai pihak,” ujar panitia SNPMB.


Salah satu lokasi pelaksanaan UTBK, Universitas Diponegoro (Undip), juga tidak luput dari kasus serupa. Dikutip dari detik.com (30-04-2025) Wakil Rektor I Undip Prof. Heru Susanto melaporkan temuan dugaan kecurangan di kampus mereka pada tanggal 27 April 2025. Walaupun peserta sudah menjalani pemeriksaan ketat menggunakan metal detector sesuai standar nasional. Masih ditemukan peserta yang membawa perangkat logam yang diduga untuk berbuat curang.


Akibat dari Sistem Pendidikan yang Gagal


Fenomena ini menunjukkan krisis akhlak yang serius di kalangan calon mahasiswa. Sistem pendidikan yang mengedepankan hasil semata lulus UTBK tanpa dibarengi penanaman nilai kejujuran dan integritas telah gagal mencetak generasi yang berkarakter taat dan bermoral. Teknologi yang seharusnya menjadi sarana pembelajaran dan kemudahan, justru disalahgunakan sebagai alat untuk menipu dan meraih hasil instan.


Sistem kapitalis yang mendorong kompetisi ketat dan hasil akhir sebagai ukuran kesuksesan telah menciptakan tekanan berlebihan yang berujung pada praktik kecurangan. Hal ini tidak hanya merusak nilai pendidikan, tetapi juga mengancam masa depan bangsa karena generasi muda yang lahir dari sistem seperti ini berpotensi kehilangan landasan moral yang kuat, politik dan ekonomi hingga hubungan personal. 


Dalam perspektif etika Islam, kecurangan tidak hanya dianggap sebagai tindakan yang melanggar norma masyarakat, melainkan sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar keadilan dan kejujuran yang menjadi fondasi moralitas. Islam sebagai agama yang menyeluruh memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana individu harus berperilaku dalam berbagai situasi, termasuk dalam hal kejujuran dan integritas. Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad saw. memberikan arahan yang tegas tentang pentingnya memegang teguh prinsip kejujuran dalam segala aspek kehidupan.


Syariat Islam Adalah Solusi dalam Pendidikan


Kecurangan UTBK bukan sekadar masalah individu, melainkan kegagalan sistem pendidikan yang tidak mampu membangun karakter islami yang berintegritas. Pendidikan harus mampu menanamkan nilai-nilai kejujuran, amanah, dan ketakwaan sebagai fondasi utama.


Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam membentuk akhlak mulia sejak dini. Allah Swt. berfirman: "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali-Imran: 104)


Dalam sistem Islam, pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi menanamkan nilai-nilai akidah dan akhlak. Tujuan utamanya untuk membentuk individu yang beriman dan berakhlak mulia. Sesuai firman Allah Swt.: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS. Al-Bayyinah: 7) 


Pendekatan ini menekankan bahwa ilmu harus membawa kepada ketakwaan dan perilaku terpuji. Sebagaimana dijelaskan dalam jurnal Tahdzib Al-Akhlaq, pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk karakter yang sesuai dengan ajaran Islam, bukan sekadar pencapaian akademik. 


Dalam QS. Al-Baqarah: 2, Allah menyebut bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Hal ini menegaskan bahwa tujuan utama pendidikan dalam Islam bukan semata-mata mencerdaskan akal, tetapi membentuk pribadi yang takut kepada Allah dan menjunjung tinggi kebenaran dalam setiap aspek kehidupan. Ketakwaan menjadi pondasi utama bagi terciptanya generasi yang jujur, adil, dan bertanggung jawab.


Lebih jauh lagi, Rasulullah ﷺ juga mengajarkan nilai kepedulian sosial sebagai bagian penting dari iman seorang muslim. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, beliau bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."


Hadis ini menunjukkan bahwa karakter muslim sejati tidak hanya tercermin dalam hubungan dengan Allah, tetapi juga memiliki hubungan dengan sesama manusia. Juga harus ditanamkan sejak dini melalui pendidikan yang benar.


Solusi atas krisis moral dalam pendidikan adalah membangun sistem pendidikan yang mengintegrasikan aspek intelektual, spiritual, dan sosial berdasarkan ajaran Al-Qur'an dan sunah. Pendidikan Islam yang menyeluruh akan melahirkan generasi unggul yang berakhlak mulia dan pintar.


Pemisahan antara nilai agama dan pendidikan (sekularisme) menyebabkan hilangnya moral kejujuran dan tanggung jawab. Mentalitas pragmatis yang melahirkan generasi oportunis mengancam masa depan bangsa.


Solusi mendasar adalah mengubah paradigma pendidikan menjadi pendidikan yang berkarakter dan berlandaskan nilai-nilai Islam. Sistem Islam memandang pendidikan sebagai amanah negara dan hak rakyat yang mengintegrasikan aspek spiritual dan akal. Penegakan syariat Islam secara menyeluruh menjadi solusi efektif untuk membersihkan sistem pendidikan dari kecurangan.


Peran pendidik dalam Islam adalah pembimbing moral dan spiritual yang bertanggung jawab menanamkan nilai kejujuran, amanah, dan ketakwaan. Adapun, tujuan pendidikan Islam adalah membentuk insan kamil yang jujur, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama.


Syariat Islam tidak mungkin terwujud dalam kapitalisme. Hanya bisa terlaksana dengan sempurna dalam institusi pemerintahan yang menerapkan sistem Islam. Penegakan sistem Islam akan membuat pendidikan menjadi sarana transfer ilmu dan benteng pembentuk karakter dan moral generasi.


Sistem pendidikan Islam yang berlandaskan syariat akan menghasilkan generasi unggul yang taat kepada Allah dan bermanfaat bagi umat serta bangsa. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Narkoba Makin Marak dan Mengakar dalam Sekularisme

Narkoba Makin Marak dan Mengakar dalam Sekularisme



Besarnya transaksi narkoba saat ini menunjukkan maraknya peredaran

dan mengakar dalam kehidupan masyarakat 


___________________________


Penulis Ekke Ummu Khoirunisa

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Miris dan sangat mengkhawatirkan kondisi Indonesia sekarang ini. Sebagaimana dilaporkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bahwa potensi nilai transaksi narkoba di Indonesia mencapai Rp524 triliun setiap tahun. Kasus-kasus narkotika yang makin tidak terkontrol di negara menjadi kewajiban yang serius untuk menangani masalah narkoba dan melibatkan berbagai pihak.


Oleh karena itu, dalam rencana strategis periode 2025-2029 BNN dalam sebuah pertemuan dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Rachmat Pambudy di Jakarta, pada hari Jumat (9 Mei 2025), Tantan berusaha menyampaikan perkembangan yang mengkhawatirkan mengenai ancaman narkotika yang semakin kompleks dan memprihatinkan. Baik dari segi prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia maupun secara global.


BNN telah menerapkan kebijakan dan strategi untuk mengatasi masalah narkoba. Termasuk memperkuat kolaborasi, meningkatkan intelijen untuk pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba.


BNN telah menjalankan kebijakan juga strategi untuk mengatasi masalah narkoba, di antaranya penguatan kolaborasi, penguatan intelijen pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN), penguat wilayah pesisir dan lainya.


Upaya-upaya yang dilakukan ini tidak berdampak apapun dan masih terjadi berbagai macam peredaran narkoba yang dapat di bongkar oleh Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya dengan kasus peredaran narkotika di wilayah Pantai Indah Kapuk (PIK), Tangerang. Petugas menyita sejumlah barang bukti sebanyak 10 kilogram sabu dalam kasus ini.

 

Dapat dicegah juga usaha penyelundupan narkoba oleh Angkatan Laut melalui Lanal Tanjung Balai Karimun narkoba jenis sabu seberat 705 kilogram dan kokain seberat 1,2 ton yang berusaha memasuki perairan Indonesia melalui selat durian. (Antara.com, 13-05-2025)


Besarnya transaksi narkoba saat ini menunjukkan maraknya peredarannya dan mengakar dalam kehidupan masyarakat dan gagalnya pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai periayah umat. Permintaan tinggi, minat yang banyak menunjukan bahwa konsumsi narkoba telah meluas.


Tidak hanya di kalangan tertentu, tetapi merambah ke berbagai lapisan masyarakat sosial hingga tidak sedikit yang tergiur keuntungan besar dalam bisnis haram ini. Menjadikannya ladang cuan yang menggiurkan meski risikonya tinggi. Ditambah lapangan pekerjaan yang sulit membuat masyarakat berpikir dangkal juga instan untuk mengejar materi dunia semata dan melupakan akhirat.


Ini semua tidak lepas dari pengaruh sistem yang diemban oleh negeri ini, yaitu sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Mendorong gaya hidup bebas tanpa peduli halal haram. Benar salah ditentukan oleh keuntungan materi belaka tanpa mempertimbangan nilai moral agama, termasuk dalam mencari cuan tidak peduli apakah itu halal atau haram. 


Akibatnya, masyarakat mengesampingkan urusan akhirat demi meraih kebahagian dunia yang semu. Masyarakat tidak tahu akan hakikat tujuan kehidupan ini dan tidak diarahkan dalam aspek ruhiah mereka akan terus terjerumus dalam gaya kehidupan yang merusak dan melupakan akhirat.


Dalam negara yang mengemban sistem rusak, kapitalisme sekuler inilah yang telah mencetak masyarakat hedonis, materialistik dan liberal. Bisnis narkoba dianggap menguntungkan. Meski dilarang seolah tetap dipertahankan bahkan makin marak.


Penindakan hukum yang setengah hati, gembong narkoba jarang tersentuh, dan tidak sedikit oknum aparat juga terlibat membuat peredarannya sulit diberantas. Alhasil, transaksi haram ini diminati oleh orang-orang yang berpikiran dangkal demi memenuhi hawa nafsu duniawi. Dalam sistem kapitalis, justru kejahatan seperti ini selalu diberi ruang untuk terus tumbuh dan berkembang yang mengakibatkan rusaknya masyarakat.


Islam memandang narkoba sebagai barang haram karena dapat merusak fisik dan akal manusia. Oleh karena itu, negara wajib berperan aktif mencegah serta memberantasnya demi melindungi rakyat untuk menjaga akal. Sangatlah penting menjaga akal sebagai salah satu tujuan utama syariat atau maqashid al syariah.


Akal ini yang menjalankan perannya agar manusia dapat bertanggung jawab sebagai hamba Allah. Apa pun yang dapat merusak akal maka diharamkan. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, judi, zina dan minuman keras itu semuanya adalah termasuk dari perbuatan setan, maka jauhilah semuanya itu, agar kamu beruntung" (QS. Al-Maidah: 90)


Islam menetapkan sanksi tegas berupa takzir bagi pengguna narkoba, serta hukuman bagi pengedar dan produsen dihukum berat atau bisa dihukum mati. Negara wajib memberikan pendidikan Islam gratis untuk membentuk kepribadian yang menjauhi narkoba dan maksiat sebagai bentuk perlindungan terhadap rakyatnya juga mematuhi hukum Allah Swt..


Negara juga bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan jiwa dan akal warganya serta menciptakan lingkungan yang bersih akibat dari penyalahgunaan narkoba. Negara harus memberikan pendidikan terbaik untuk membentuk kepribadian Islam bagi seluruh warganya. Untuk mengokohkan akidah agar masyarakat memilki dorongan keimanan dan tanggung jawab sebagai hamba Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt..


Hanya sistem Islam yang mampu menuntaskan kasus narkoba secara menyeluruh dengan menerapkan aturan Islam secara kafah terhadap masyarakat. Sebagai hamba Allah yang beriman, seharusnya turut serta dalam dakwah guna memahamkan dan mencerdaskan umat. Agar selamat dunia dan akhirat dengan penerapan syariat Islam secara kafah dalam bingkai Daulah Islamiah. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Arab Melayani Penjajah Bukti Lemahnya Ukhuwah

Arab Melayani Penjajah Bukti Lemahnya Ukhuwah



Kondisi ini muncul karena jalinan yang mengikat mereka 

bukanlah ikatan ukhuwah melainkan nasionalisme


_____________________


Penulis Mia Annisa

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Setelah kunjungan Donald Trump ke Arab Saudi, sah bahwa negeri minyak itu bersepakat untuk menggelontorkan dana besar-besaran dengan melakukan investasi sebanyak US$600 miliar ke pemerintahan Donald Trump selama 4 tahun mendatang. (www.cnbcindonesia.com, 16-05-2025)


Investasi ini bersamaan dengan Arab membeli senjata dari Amerika sebesar Rp2.358 triliun mencakup kekuatan udara, teknologi luar angkasa, sektor rudal yang melibatkan raksasa industri Boeing, Lockheed Martin hingga Northern Gurmman. Hal ini sebagai upaya terusan setelah Trump melakukan panggilan telepon dengan putra mahkota Saudi Mohammed bin Salman pada Rabu, 22 Januari lalu. (www.tempo.co, 24-01-2025)


Sayangnya, jumlah fantastis yang di bayarkan oleh Arab kepada Amerika, mereka tidak meminta imbalan berupa penghentian genosida di Gaz* atau membiarkan bantuan kemanusiaan masuk menjangkau rakyat Palestina. Sebaliknya, mereka merayakan Trump dengan sambutan mewah dan mengibarkan fotonya di ibu kota mereka. Lantas, membiarkan pesawat-pesawat penjajah terbang membantai warga Gaz*. 


Mengapa yang demikian tidak dilakukan oleh negeri-negeri Arab untuk menolong Gaz*? Sejatinya para penguasa tiran tidak berani menolak satu pun permintaan penjajah Amerika demi mempertahankan kursi-kursi bengkok mereka akibat terjangkiti penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati.


Di sisi lain, kondisi ini sebagai tindakan uji coba terhadap Arab dan Timur Tengah sejauh mana keberpihakan mereka terhadap Amerika melalui normalisasi hubungan dengan Isra*l. Apakah secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan berupa penyediaan pangkalan militer, misalnya atau penempatan pasukan militer di Arab dan Timur Tengah lainnya. 


Selain itu, mereka tidak peduli lagi jika harga yang mereka bayarkan adalah dalam rangka Amerika mendanai Isra*l menumpahkan darah rakyat Gaz* serta mengusir mereka dari tanah-tanahnya. Kondisi ini muncul karena jalinan yang mengikat mereka bukanlah ikatan ukhuwah melainkan nasionalisme padahal ikatan ini sangat lemah.


Wajar jika akhirnya penguasa Arab dan lainnya menutup mata dan telinga. Mulut mereka terkunci untuk menolong saudaranya karena telah dirusak oleh paham nation state. Sungguh, apa yang dipertontonkan para penguasa negeri muslim tak ubahnya merupakan sikap hipokrit. Diamnya mereka adalah bentuk kebencian mereka terhadap kematian dalam menjemput jihad fisabilillah sebagai satu-satunya solusi menolong Pal*stina dari penjajahan Amerika dan sekutunya.


Bagaimana mungkin mereka akan menolongnya sedangkan mereka membenci jihad itu sendiri? Inilah topeng asli penguasa negeri-negeri muslim. Kerja sama investasi ekslusif Arab dan Timur Tengah sangat tak bermoral melukai Gaz* yang masih berdarah-darah. Selama ini tindakan mengecam, mengutuk hanya sekadar basa-basi politik jauh dari solusi akarnya. 


Jika tidak menggunakan mesin ideologi bernama sistem. Selamanya Pal*stina akan terus dikungkung penderitaan. Satu-satunya sistem yang menolak mentah-mentah menjalin kerjasama dengan negara yang jelas-jelas memerangi Islam dan kaum muslim itu adalah sistem Islam. Respons yang diberikan oleh Islam  yaitu perang bukan kerja sama dalam bentuk apapun seperti yang dilakukan Arab dan negara Timur Tengah lainnya. 


Seperti firman Allah: "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu." (QS. Al-Baqarah: 190-191)


Selain memerangi mereka, Islam mengharamkan kerja sama (ta'awun) yang bertujuan untuk memberi dukungan kepada kafir penjajah. Sesuai firman Allah Swt.: “Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan (‘udwān).” (QS. Al-Maidah: 2)


Oleh karena itu, haram hukumnya bagi Arab dan Timur Tengah berinvestasi ke Amerika untuk menyokong penjajahan di Pal*stina. Maka dari itu, kerja sama ini wajib untuk dihentikan. Apa pun jenis kerja samanya. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Pendidikan Anak di Barak Militer

Pendidikan Anak di Barak Militer

 



Tidak ada studi ilmiah yang merekomendasikan 

mengirim anak "nakal" ke barak militer untuk pembinaan perilakunya

______________________________


Penulis Siska Juliana

Tim Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Remaja dengan segala keunikannya menyimpan potensi yang besar. Hanya saja, sering kali remaja terjebak dalam perilaku negatif. Saat ini, kenakalan remaja menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan.


Permasalahan ini menjadi sorotan berbagai pihak. Misalnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang akan mengirimkan siswa “nakal” ke barak militer selama 14 hari untuk menjalani pendidikan karakter.


Hal ini sontak menuai pro dan kontra. Sejumlah pengamat mempertanyakan aktivitas tersebut karena tidak ada dasar hukum, kajian, dan panduan kurikulumnya. Lantas, sejauh mana program ini dapat mengurangi kenakalan remaja?


Aktivitas di Barak Militer


Program ini telah berjalan di beberapa daerah, seperti Purwakarta dan Cianjur. Waktu yang diperlukan dalam program ini adalah 14 hari. Aktivitas mereka dimulai pukul 04.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Mereka menggunakan pakaian loreng khas tentara dengan rambut dicepak. Mereka diajari baris berbaris dan latihan fisik, seperti push-up dan lari.


Pelajaran bela negara dan kedisiplinan diberikan kepada mereka. Selain itu, mereka tetap mendapatkan pelajaran sekolah dan juga bimbingan konseling. Hal ini merupakan bentuk nyata pemerintah dalam menyelamatkan generasi muda dari berbagai kenakalan, misalnya merokok, mengonsumsi alkohol dan narkotika, kecanduan gim online, hingga tawuran. Harapannya para pelajar dapat menjadi pribadi yang lebih baik. (kompasiana.com, 13-05-2025)


Gagalnya Sistem Melindungi Anak


Dalam hal ini, tidak ada studi ilmiah yang merekomendasikan mengirim anak "nakal" ke barak militer untuk pembinaan perilakunya. Ide ini sering muncul dalam wacana publik, terutama dari tokoh-tokoh yang menganggap disiplin militer bisa membentuk karakter.


Anak "nakal" lahir dari lingkungan yang tidak mendukung. Penyebab utamanya adalah kemiskinan, kekerasan dalam rumah tangga, broken home, pengabaian orang tua, dan sistem pendidikan yang menghukum bukan memahami. Remaja tidak terlahir "nakal", tetapi merupakan respons terhadap sistem yang gagal mendukungnya.


Pendidikan Anak yang Keliru


Mengirim anak ke barak militer ibarat menutup paksa luka dengan selotip yang keras. Studi-studi global menunjukkan bahwa pendekatan keras seperti hukuman fisik, bentakan, dan ancaman justru memperburuk kondisi psikologis anak.


Anak menjadi lebih agresif, cenderung memberontak, dan sulit membentuk empati. Bukannya memperbaiki perilaku, pendekatan ini hanya menumbuhkan rasa takut yang berujung pada kemarahan dan kekerasan lebih lanjut. Mereka membutuhkan keluarga, masyarakat, serta negara yang hadir dan peduli.


Amerika pernah menerapkan program boot camp ala militer untuk remaja bermasalah. Mereka dikirim ke pelatihan keras, bangun subuh, push-up, dan memakai seragam. Namun bukannya berubah, banyak peserta justru mengulangi pelanggaran. Tingkat residivisme pun meningkat. Hal ini membuktikan jika pendekatan keras tanpa pemahaman psikologis justru kontraproduktif.


Sekularisme Biang Kenakalan Remaja


Begitu sulit mendidik generasi saat ini. Itulah ungkapan yang sering kita dengar. Mereka bisa menjadi pribadi yang bengis dan berbuat ngeri. Adanya dekadensi moral, emosi yang labil, adab yang rendah, dan minimnya akhlak menjadi PR yang tidak terurai.


Minimnya pemahaman membuat mayoritas orang tua kurang memberi kasih sayang. Ditambah perhatian yang kurang kepada anaknya sehingga kerap menyerahkan seluruh urusan pada sekolah tanpa memonitor perkembangan pendidikannya. Di sisi lain, pendidik juga tersibukkan dengan berbagai syarat administrasi sehingga kurang memberi perhatian. Negara pun tidak hadir dalam menjamin pelayanan pendidikan yang dibutuhkan.


Sistem sekuler liberal yang rusak telah nyata menghilangkan iman setiap individu. Islam tidak lagi dijadikan pedoman dalam kehidupan. Islam hanya dijalankan sebatas agama ritual.


Generasi Cemerlang Lahir dari Islam


Generasi cemerlang tentu lahir dari peradaban yang gemilang, yaitu generasi yang menjadikan Islam sebagai pembentuk kepribadiannya. Keimanan dan ilmu kehidupan dipadukan dalam sistem pendidikan Islam.


Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda orang yang beriman adalah ilmu dan kebaikan.” (HR. Tirmidzi)


Peradaban Islam yang mencapai 13 abad lamanya telah banyak melahirkan ilmuwan dan cendekiawan yang ahli di berbagai bidang. Misalnya, Ibnu Sina atau Avicenna bapak kedokteran dunia, Jabir Ibnu Hayyan (Ibnu Geber) ahli kimia, Al Khawarizmi (Algebra atau Aljabar) yang merupakan ahli matematika berhasil menemukan angka nol. Pada masa itu, peradaban Romawi masih menggunakan angka Romawi yang sulit dipelajari.


Sistem pendidikan Islam bertujuan untuk mencetak generasi berkepribadian Islam (pola pikir dan pola sikap Islam). Kurikulum yang diterapkan berdasarkan akidah Islam. Ekonomi Islam mampu menyejahterakan dan masyarakat dapat menikmati pendidikan secara gratis.


Negara hadir dalam menjamin hak pendidikan, kurikulum pendidikan berlandaskan akidah Islam, serta lingkungan kondusif tercipta dengan diterapkannya sistem pergaulan Islam. Di sisi lain, orang tua dituntut memiliki pemahaman Islam secara kafah agar mampu mendidik anak.


Khatimah


Selama sistem sekularisme yang menaungi, maka tidak akan ada kebaikan untuk generasi. Seharusnya generasi diselamatkan dari sistem yang merusak akal dan sikapnya. Dengan demikian, sudah saatnya memperjuangkan sistem Islam agar gelar sebagai umat terbaik dengan peradaban terbaik dapat kita raih kembali. Wallahualam bissawab.

Pelecehan Seksual di Pesantren Islam Solusinya

Pelecehan Seksual di Pesantren Islam Solusinya

 


 


Sistem Islam dengan syariatnya mampu menyelesaikan beragam problem manusia

Akidah Islam dengan aturannya mampu menjadikan rahmat bagi semesta alam


________________


Penulis Ummu Bagja Mekalhaq 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pengurus pondok pesantren (Ponpes) di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung tega melakukan rudapaksa 8 orang santriwatinya.(TribunJabar.Id, 14-05-2025)


Kasus serupa bukan terjadi di Kecamatan Soreang saja. Beragam tempat kasus yang sama terjadi seperti di Kecamatan Majalaya pernah terjadi dengan tersangka inisial KA sebagai pimpinan ponpes melecehkan 6 orang santriwatinya. Bahkan, tidak asing lagi kejadian demi kejadian terus meningkat. Dari satu pesantren ke pesantren lainnya seolah terdengar biasa.


Masih segar diingatan kita kasus pelecehan di Bandung yang dilakukan pengurus pesantren melecehkan 13 santrinya. Dari 13 santri tersebut, 8 korban melahirkan 9 anak (ada yang dua kali melahirkan). Adapun kasus pelecehan yang terjadi di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung baru-baru ini, menambah citra buruk bagi pesantren. Mengingat, pelakunya pengurus atau ustaz di ponpes itu sendiri. 


Kasus pelecehan di Soreang tersebut memakan banyak korban 8 orang dan 3 orang yang tidak bisa diselamatkan. Adapun kasus yang terjadi di pesantren dan luar pesantren makin masif serta memakan banyak korban. Saat mendengar berita pelecehan seksual, tentu banyak masyarakat merasa marah, geram, bahkan cemas terhadap anaknya yang masih belajar di ponpes. 


Sikap masyarakat terkadang salah menilai dalam satu kejadian di Ponpes Soreang. Namun, imbasnya menjadi kemana-mana. Ketakutan melanda masyarakat. Artinya, kejadian di ponpes  bisa mencemarkan nama baik pesantren lainnya. Meskipun ada banyak ponpes yang benar-benar fokus terjaga menjalankan kurikulum kepesantrenan. Bahkan, masih banyak pesantren yang menguatkan akidah ibadah syariat Islam. 


Namun, citra buruk pesantren menjadi pemicu kekhawatiran orang tua sehingga berimbas untuk mundur membatalkan para putra putrinya untuk masuk pesantren karena melihat fakta yang terjadi ketika pelecehan seksual marak di pesantren tidak ada dari pihak pemerintah yang fokus untuk mencari akar masalahnya.


Adapun yang dilakukan pemerintah adalah sebatas melakukan pembinaan dan penyuluhan agama. Pemerintah hanya berupaya melakukan pembinaan serta pencegahan bagaimana agar tidak terjadi pelecehan seksual baik di pesantren atau diluar pesantren. 


Secara riil, pembinaan dan pencegahan sudah dilakukan. Namun, hasilnya tidak sesuai harapan. Bahkan penyuluhan agama dari Departemen Agama (Depag) gencar dilakukan. Setiap kecamatan rutin memberi penyuluhan agama kepada masyarakat baik pesantren atau luar pesantren. 


Namun,  usaha pemerintah tersebut tidak mengurangi angka kasus pelecehan. Sebelum kasus terjadi di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung, banyak kasus terjadi di kecamatan lainnya termasuk di Cibiru Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Masih banyak kasus yang terjadi yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam tulisan ini.


Dari banyaknya kasus pelecehan atau rudapaksa di ponpes seharusnya ada kesadaran dari semua elemen baik individu, masyarakat, dan negara. Semua elemen masyarakat hendaknya berpikir cerdas untuk mencari penyebab dari akar masalah pelecehan ini. Yang menjadi pertanyaannya, apa penyebab terjadinya rudapaksa di pesantren?


Penyebab utama kasus pelecehan di ponpes atau diluar ponpes antara lain: Pertama, pengaruh medsos terlalu bebas menayangkan konten negatif atau porno yang tidak diatur oleh negara sehingga masyarakat bebas mengaksesnya.


Kedua, lemahnya aktivitas amar makruf nahi mungkar dari individu masyarakat dan negara. Ketiga, rusaknya pemikiran kaum muslim akibat diterapkan sistem sekularisme di tengah-tengah umat. 


Keempat, negara tidak menjadikan Islam sebagai ideologi dalam kehidupan sehingga sekularisme mendarah daging dalam benak umat Islam. Kelima, hilangnya penjagaan akidah Islam baik dalam diri individu, masyarakat, dan negara. 


Dengan demikian, individu, masyarakat, dan negara menjalani kehidupan ini dengan sistem sekularisme yang melahirkan kebebasan. Sistem sekuler dengan kebebasannya yang melekat mampu memisahkan agama dari kehidupan sehingga akhlak masyarakat nyaris tidak beradab. Sistem ini benar-benar menjadi biangnya pelecehan seksual di pesantren dan diluar pesantren. 


Kembali kepada Islam


Kewajiban muslim atas kejadian ini untuk saling mengingatkan bahwa aturan sekularisme harus dihilangkan dan diganti dengan aturan Islam sebab aturan Islam itu jelas dan tegas juga mampu menurunkan angka kriminalitas, termasuk pelecehan seksual.


Dengan aturan Islam, pasti pelaku pelecehan seksual ini akan merasa jera. Berbeda dengan sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan ketika melakukan pelecehan hanya dihukum penjara 15 tahun.


Dalam ajaran Islam, jika kasusnya dilakukan oleh yang sudah nikah hukumannya dirajam sampai mati, sedangkan jika pelakunya belum menikah ghairu mukhsan dijilid atau cambuk (100 kali) dan tidak memiliki rasa belas kasihan terhadap mereka. (QS. An-Nur: 2)


Inilah sistem Islam dengan syariatnya mampu menyelesaikan beragam problem manusia yang mana akidah Islam dengan aturannya mampu menjadikan rahmat bagi semesta alam. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Pecahnya Hubungan Netanyahu-Trump: Gambaran Rapuhnya Persatuan Musuh

Pecahnya Hubungan Netanyahu-Trump: Gambaran Rapuhnya Persatuan Musuh

 


Begitulah gambaran persatuan musuh-musuh Islam

Hubungan yang terjalin sedemikian mesra ternyata bisa hancur karena kepentingan yang berbeda


________________


Penulis Sri Wulandari

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Guru 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Hubungan manis antara pemimpin Amerika Serikat dan Perdana Menteri (PM) Isra*l Benjamin Netanyahu dikabarkan diambang keretakan. Bagaikan senyum manis yang berubah jadi tamparan dingin. Bagaimana tidak, sebelumnya hubungan keduanya baik-baik saja kini sudah menjadi musuh.


Sebagaimana dilansir pada akun sosial media X pribadi seorang koresponden Radio Angkatan Darat Isra*l Yanir Cozin. Ia mengatakan bagaimana keputusan pemimpin Amerika Serikat Trump yang memutuskan langsung hubungan dengan Perdana Menteri Isra*l Benjamin Netanyahu.


Menurut Cozin kegagalan yang dilakukan pemerintah Isra*l untuk menyusun rencana dan jadwal konkret kepada negara Iran dan Houthi Yaman yang membuat buruknya hubungan Amerika Serikat dan Isra*l. Hal ini juga disampaikan Mohannad Mustafa seorang pakar urusan Isra*l ia menyatakan kekecewaan Isra*l dengan masa jabatan kedua Trump karena Trump melakukan tindakan dalam empat file regional yang bertentangan dengan kepentingan Israel. Dikutip republika.co.id (9-5-2025)


Mustafa juga mencatat bahwa Trump telah menandatangani sebuah perjanjian dengan Houthi terkait kapal-kapal Laut merah. Mustafa menganggap bahwa Trump melihat kepentingan AS di kawasan Suriah, Riyadh, Tel Aviv lebih penting daripada kepentingan Isra*l. Sedangkan Netanyahu tidak bisa membujuk Trump dalam isu-isu regional. Apalagi, setelah Partai Republik AS berubah sebagai "partai Trump" sebagaimana mereka menyebutnya.


Rapuhnya Persatuan Musuh Islam


Begitulah gambaran persatuan musuh-musuh Islam. Hubungan yang terjalin sedemikian mesra ternyata bisa hancur karena kepentingan yang berbeda. Bagaimana ketika Trump begitu setia menemani setiap yang dilakukan Isra*l. Kalah dari Hamas, kekurangan senjata, saat Isra*l hangus terbakar api, diterjang badai dan banjir bandang.


Terbukti mereka tetap terikat pada kepentingan masing-masing. Meski mereka bersatu dalam memusuh Islam dan bersungguh-sungguh hendak menghancurkan Islam serta kaum muslim, tetapi mereka tetap mengutamakan kepentingan kelompok dan negaranya.


Sebenarnya Allah Swt. telah menggambarkan keadaan para musuh Islam dan rapuhnya jalinan persatuan di antara mereka dalam Al-Qur'an yang artinya: "Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antar sesama mereka sangat hebat. Kamu mengira bahwa mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah belah. Hal itu disebabkan mereka kaum yang tidak berakal." (QS. Al Hasyr: 14)


Jelas sekali bagaimana penggambaran Allah swt. terhadap persatuan pempimpin kaum kafir itu rapuh. Mereka seperti laba-laba dalam Al-Qur'an surah Al-Ankabut ayat 41, mereka membangun rumah perlindungan dan mengira kekuatan mereka melebihi kekuatan Allah Sang Maha Pencipta, angin pun mengoyak tanpa bekas. Dunia yang selama ini menganggap mustahil berakhirnya genosida di Pal*stina kini seolah melihat segenggam harapan.


Kaum muslim harus menyadari bahwa Islam memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dari apa yang musuh Islam bangun yaitu kekuatan yang dibangun atas dasar akidah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat serta umat Islam terdahulu. Kekuatan besar ini harus kembali digambarkan kepada umat saat ini hingga mereka menyadari sepenuhnya dan bergerak secara sadar untuk berjuang menghancurkan musuh Islam.


Saatnya Galang Persatuan Muslim Global


Semestinya, ketika hubungan persatuan di antara musuh-musuh Islam ini rapuh dan tidak stabil. Umat Islam harus menyadari bahwa mereka memiliki landasan persatuan yang lebih kuat, yaitu akidah (keimanan) Islam yang dikenal sebagai al-ukhuwah al-Islamiah sebab keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. akan selalu menghadirkan pertolongan dan kekuatan dari Allah Swt. dalam segala hal.


Ikatan seperti ini tidak dibangun atas dasar untung-rugi dan kepentingan semata, melainkan dibangun atas dasar ketaatan juga  keridaan Allah Swt.. Akidah Islam akan melahirkan persatuan yang kokoh. Sejarah Islam telah mencatat banyak kisah perjuangan dan persatuan dari Rasulullah hingga para sahabat yang menunjukkan betapa kuatnya simpul persaudauraan yang mereka bangun, bukan karena kepentingan namun karena iman.


Lalu, hal apa yang harus kita lakukan saat ini? Hal utama yaitu membangkitkan kesadaran dan mengembalikan pemikiran umat bahwa umat Islam mempunyai kekuatan besar sebagai umat terbaik dan mempunyai akidah yang benar. 


Umat harus disadarkan dengan kekuatan besar yang mereka punya. Kekuatan yang kecil apabila digerakkan dan diarahkan dengan benar, akan menjadi sebuah kekuatan besar yang mampu mengguncang dan meruntuhkan kekuatan musuh-musuh Islam.


Untuk mewujudkan semua itu perlu adanya keberadaan sebuah jamaah dakwah Islam Ideologis yang belandaskan pada akidah Islam di tengah-tengah umat saat ini. Demi membentuk ruh jama’i yang ada pada umat sebab jemaah inilah yang nantinya akan membimbing umat, dan mengarahkan langkah demi langkah agar umat berjalan di atas jalan perjuangan yang pernah ditempuh Rasulullah saw..


Umat harus sadar bahwa jika ingin kembali menjadi umat terbaik. Maka persatuan di atas dasar akidah merupakan syarat mutlak yang tidak bisa dinegosiasi dan solusi hakiki.  Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Islam Memberi Jaminan Keamanan Dari Premanisme

Islam Memberi Jaminan Keamanan Dari Premanisme



Negara Islam melindungi rakyat dari premanisme atau pemalakan

menjaga jiwa mereka, harta, serta akal dan keturunan


___________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menegaskan aksi premanisme berkedok organisasi masyarakat (ormas) sudah menjadi sorotan Presiden Prabowo Subianto. Aksi premanisme ini mengancam keselamatan warga. Para pelaku juga tak jarang menggunakan senjata saat melakukan aksinya.(cnbcindonesia.com, 09-05-2025)


Premanisme merupakan tindak kekerasan, aksi intimidasi, kejahatan seseorang atau kelompok seperti melakukan pemalakan, pemerasan, pungutan liar (pungli), secara kasar dan terang-terangan tanpa rasa takut, mengancam orang lain, bahkan sering kali menggunakan senjata tajam untuk mengancam korbannya.


Aksi premanisme yang terjadi saat ini tidak hanya dilakukan oleh individu saja. Namun, hal serupa dilakukan oleh kelompok berseragam, berkedok organisasi masyarakat (ormas). Mereka menindas lewat regulasi, pungutan liar, dengan menggunakan kekerasan atau ancaman untuk mencapai tujuan atau memperoleh keuntungan.


Aksi ini marak terjadi, terutama di Jakarta. Seharusnya merupakan tanggung jawab pihak yang berwajib untuk meminimalisir aksi-aksi premanisme ini dengan memberikan hukum yang tegas juga menjerakan bagi pelaku. Bukan hukum seperti sekarang, tebang pilih, satu diinjak lainya diajak.


Premanisme yang kian marak memiliki dampak negatif bagi masyarakat, meresahkan, mengganggu keamanan, ketakutan sehingga hilangnya rasa nyaman, khususnya bagi yang tinggal atau melewati daerah premanisme dan iklim investasi nasional. Premanisme adalah buah dari sistem sekuler kapitalisme yang rusak sehingga membuka ruang yang lebar bagi kezaliman baik dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu.


Pendidikan sekuler saat ini telah gagal membentuk pribadi yang takwa. Mengakibatkan premanisme makin marak demi memenuhi kepentingan mereka. Aturan Allah dicampakkan dari kehidupan mereka seperti sampah yang tak berguna sehingga pola pikir masyarakat sudah tidak peduli. Mau yang halal atau haram untuk memenuhi jasmani, meski harus melakukan aksi premanisme.


Negara Islam melindungi rakyat dari premanisme atau pemalakan, menjaga jiwa mereka, menjaga harta mereka serta menjaga akal dan keturunan karena kewajiban negara adalah melayani rakyatnya. Seorang pemimpin wajib bertanggung jawab atas kebutuhan yang dipimpinnya.


Upaya pencegahan dan penanggulangan premanisme, baik tingkat individu maupun ormas dapat dilakukan melalui negara dengan menggunakan sistem Islam karena akan memberi hukum yang tegas dan menjerakan kepada pelaku yang melakukan penindasan. Hukum syarak telah melarang seseorang untuk melakukan premanisme.


Penegakan hukum Islam yang tegas dan konsisten kepada seseorang yang melakukan kekerasan seperti pembunuhan akan dihukum dibunuh lagi (kisas) oleh keluarga korban yang dibunuh. Jika keluarga korban rida, si pelaku harus membayar diat (denda) sebagai pengganti hukuman kisas setara nilai 100 unta. Dan di antaranya senilai 40 ekor unta sedang hamil. Sedangkan pihak yang melakukan penganiayaan, maka dihukum jinayah sesuai berat atau ringanya penganiayaan.


Pembinaan individu dan pengawasan ormas oleh negara Islam, membina mereka dengan syakhsiah (kepribadian) Islam, baik cara berpikir maupun cara bersikap. Akan sesuai dengan Islam dan pengawasan bagi ormas yang melakukan premanisme dibentuk oleh departemen keamanan dalam negeri seperti satuan kepolisian.


Peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk amar makruf nahi mungkar dengan cara menggunakan tangan, lisan, dan hatinya agar selalu menasihati masyarakat lain supaya tidak terjerumus pada tindak kejahatan seperti premanisme.


Hanya syariat Islam solusi satu-satunya yang mampu mengatasi premanisme yang meresahkan di negeri ini serta memberi rasa aman dan nyaman terhadap masyarakat. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


Anis Nuraini 

Inses Stop Menormalisasi Penyimpangan Seksual

Inses Stop Menormalisasi Penyimpangan Seksual





Ketika pilar keluarga, masyarakat dan negara sejatinya saling berperan aktif

maka tindakan perilaku menyimpang dapat dihilangkan

_________________________


Penulis Mia Annisa 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pemerhati Remaja


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Belum genap sebulan jagad maya dihebohkan kasus viral pembuangan bayi prematur hasil hubungan sedarah (inses) antara kakak beradik, R (24) dan NH (21) melalui aplikasi layanan ojek online di jalan Ampera III, Kecamatan Medan Timur. (www.detik.com, 9-05-2025)


Namun, baru-baru ini jagad sosial media kembali dikejutkan penemuan grup fanpage yang menyimpang, konten-konten yang menormalisasi hubungan sedarah, entah bapak dengan anak, kakak dengan adik bahkan ibu dengan anak. Mirisnya grup ini dihuni hampir oleh 32 ribu orang pengikut. Artinya, 32 ribu orang ini merupakan fenomena gunung es yang terkena penyakit menyimpang. Namun, bisa jadi perilaku seks menyimpang ini jauh lebih banyak menjangkiti masyarakat hari ini. 


Setelah grup ini ramai dibongkar di platform sebelah dan mendapatkan banyak desakan. Polisi diminta segera untuk mengusut tuntas grup inses tersebut dengan menangkap tak hanya admin atau pengelola grup tetapi juga anggota-anggota aktif yang menyebarkan konten-konten menyimpang. (kumparan.com, 18-05-2025)


Miris memang. Ketika perilaku menyimpang, gaya hidup liar menjadi sesuatu hal yang lumrah bahkan secara terang-terangan dipertontonkan di sosial media yang seharusnya menjadi ruang edukasi dan inspiratif malah sebaliknya menjadi ruang-ruang gelap yang merusak perilaku hidup masyarakat.


Selain itu, adanya konten menyimpang fantasi inses makin membuka tabir bahwa di era sosial 5.0 ruang media tak lagi aman nyaris tanpa filter, tetapi juga menjadi warning tatanan keluarga terancam serta nasib generasi dipertaruhkan. Selama mesin ideologi bernama kapitalis sekuler diterapkan.


Inilah yang menjadi akar masalah ketika ruang-ruang publik dipenuhi syahwat, akal sehat dimatikan, agama dipinggirkan, diberi cap kolot dan dianggap mengekang. Wajar, apabila akhirnya masyarakat tidak memiliki pemahaman bahwa hubungan sedarah (inses) secara mutlak bertentangan dengan fitrah, merusak keturunan (nasab), dan menimbulkan kerusakan sosial yang sangat besar. Keluarga yang semestinya menjadi benteng terakhir untuk melindungi, menjaga, serta memberikan rasa aman justru malah membahayakan mereka secara seksual. 


Pantas, jika perilaku menyimpang ini dianggap sebagai kejahatan dan sebagai perbuatan dosa besar. Rasulullah sendiri mengecam,


"Barangsiapa yang berzina masih dengan wanita yang masih mahramnya maka bunuhlah ia." (HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi, An-Nasa'i & Ibnu Majah)


Faktanya, sejauh mata memandang kasus penyimpangan seksual hari ini hanya dijatuhi hukuman tanpa memberikan efek jera bagi para pelakunya sehingga kasus penyimpangan seksual terus saja berulang. Sekalipun sudah difasilitasi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan UU Perlindungan Anak. Hubungan inses bisa dijerat melalui Pasal 285-289 KUHP: Tergantung pada unsur paksaan atau kerelaan, dengan ancaman pidana hingga 12 tahun penjara. Serta, UU No. 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak: Jika terbukti terjadi eksploitasi atau kekerasan seksual terhadap anak, hukuman bisa lebih berat, hingga 15 tahun atau lebih.


Butuh pencegahan secara konkret agar menormalisasi hubungan sedarah (inses) dan perilaku penyimpangan-penyimpangan lainnya lenyap di tengah kehidupan masyarakat. Selain membenahi penerapan hukuman bagi para pelakunya. Media-media yang merusak seyogianya ditertibkan oleh negara melalui undang-undang yang memuat panduan umum pengaturan informasi untuk mengukuhkan masyarakat dalam memegang syariat. Apabila mereka melanggar aturan maka negara berhak untuk menutup atau menghentikan media tersebut sebagai afiliasi kurikulum pendidikan Islam yang bertujuan membentuk akidah dan tsaqofah yang benar. 


Di lingkungan keluarga perlunya mengajarkan seks edukasi sesuai tuntunan, seperti memisahkan tempat tidur saat anak-anak berusia 10 tahun. Rasulullah saw. bersabda, 


"Pisahkanlah tempat tidur anak-anak kalian saat usia 10 tahun." (HR. Abu Dawud)


Menjaga batasan-batasan aurat dengan memahamkan, "Laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain dan perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan lain. Dan laki-laki tidak boleh tidur bersama laki-laki lain dalam satu selimut dan perempuan tidak boleh tidur bersama perempuan lain dalam satu selimut."(HR. Ahmad, Muslim & Abu Dawud) 


Akan tetapi, kondisi ini tidak akan bisa ideal apabila suasana keimanan hanya dibebankan berada di tangan keluarga namun memutilasi peran negara serta peran aktif masyarakat. Ketika pilar keluarga, masyarakat dan negara sejatinya saling berperan aktif maka tindakan perilaku menyimpang dapat dihilangkan. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]

MBG Adanya Kurang Gizi dan Tumbuhnya Ekonomi Lokal

MBG Adanya Kurang Gizi dan Tumbuhnya Ekonomi Lokal




Ini semua membuktikan bahwa apa yang diharapkan tidak mungkin bisa terwujud nyata

Semuanya berhubungan dengan kapitalisme


______________________


Penulis Ummu Nasywa

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dalam melakukan sosialisasi progam strategis nasional Makan Bergizi Gratis (MBG), Komisi IX DPR RI bersinergi dengan Badan Gizi Nasional (BGN). Program MBG ini memfokuskan 4 sasaran utama yaitu bayi dengan usia 1 sampai 2 tahun, anak-anak, ibu menyusui dan ibu hamil.


Tujuan dari program ini adalah mengurangi rasio angka gizi buruk di Jawa Barat khususnya Kabupaten Bandung. MBG berkontribusi juga terhadap pertumbuhan ekonomi lokal. BGN akan menarik petani, peternak, dan nelayan sekitar dalam memasok bahan baku makanan untuk dapur sehat atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).


Sabtu, 26 April 2025, pukul 14.00-16.00 WIB, bertempat di Gedung DPD KNPI Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Berlangsung kegiatan sosialisasi program MBG diikuti oleh sekitar 300 orang peserta dan dihadiri Anggota Komisi IX DPR RI Asep Romy Romaya Staff Ahli Sesdeputi Bidang Prokerma BGN Kolonel Cba R. Wira, serta tokoh masyarakat Kabupaten Bandung. (jabar.tribunnews.com, 27-04-2025)


Awal tercetusnya ide program MBG ini memang dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus stunting di Indonesia. Namun timbul pertanyaan, betulkah MBG bisa menjawab akar masalah kekurangan gizi? Mengingat MBG sesungguhnya hanya solusi praktis yang belum bisa dipastikan menjadi solusi efektif untuk kasus kekurangan gizi.


Pasalnya, akar persoalan kekurangan gizi adalah ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan pangan bergizi bagi anggota keluarganya akibat diterapkan ekonomi kapitalis yang eksploitatif.


Sejak awal, paradigma MBG memang sudah salah yaitu lahir dari ambisi penguasa untuk menarik hati rakyat atas nama pencegahan stunting dan mewujudkan generasi berkualitas. Namun, pada saat yang sama melalui program MBG ini penguasa malah abai terhadap hal fundamental yang ada di tengah-tengah masyarakat. Kondisi ekonomi dan keuangan negara yang sedang dilingkupi masalah akibat penerapan kapitalisme.


Untuk itu, program MBG selain bertujuan mengatasi stunting, program ini diharapkan bisa memberikan andil pada pertumbuhan ekonomi lokal. Melalui BGN, pemerintah mengajak para petani, peternak, dan nelayan turut serta dalam menyuplai bahan baku makanan untuk dapur sehat atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).


MBG juga akan membeli bahan-bahan masakan dari pengusaha lokal atau dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Di tambah lagi lapangan kerja baru akan terbuka lebar karena dapur MBG membutuhkan tenaga kerja yang banyak.


Dengan berbagai polemik MBG yang terjadi, mulai dari kasus keracunan, menu yang tidak disukai anak, pembagian yang tidak merata, dan kasus terbaru yaitu tutupnya dapur MBG di Kalibata karena belum dibayar hampir Rp1 miliar, sepertinya harapan mengatasi stunting atau meningkatkan ekonomi lokal masyarakat hanya ilusi semata. Ini semua membuktikan bahwa apa yang diharapkan tidak mungkin bisa terwujud nyata sebab semuanya berhubungan dengan sistem yang diterapkan negara saat ini yaitu kapitalisme. Negara tidak benar-benar mengurusi kepentingan rakyat melainkan segelintir kelompok saja baik pengusaha atau pengelola.


Berbeda dengan Islam sebagai ideologi yang bersumber dari Allah Taala. Islam merupakan aturan kehidupan yang sesuai fitrah juga memahami semua urusan manusia selaku makhluk Allah. Penerapan Islam terwujud melalui pengaturan urusan masyarakat di tangan penguasa yang sadar dan paham dengan perannya sebagai raa’in dan junnah. Rasulullah saw. bersabda: “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Bukhari)


Juga dalam hadis: “Sesungguhnya imam (khalifah) itu junnah (perisai) yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Dengan perannya sebagai raa’in dan junnah, penguasa dalam negara Islam akan serius dan bertanggung jawab penuh dalam hal pemenuhan gizi masyarakat secara sistemis menurut perintah syariat Islam. Pemenuhan gizi dilakukan secara merata pada tiap individu masyarakat, juga komprehensif dan berkelanjutan. Bukan dengan kebijakan seperti MBG yang cenderung sementara dan terbatas.


Realisasi kebijakan pemenuhan gizi dalam Islam akan sama rata atau tidak akan membedakan antara anak sekolah, mahasiswa di bangku kuliah, santri di pondok pesantren, maupun orang dewasa yang sudah bekerja. Islam tidak hanya memenuhi gizi ibu hamil, tetapi ibu yang tidak hamil karena semua individu rakyat berhak memperoleh pemenuhan gizi sebagai wujud jaminan pemenuhan kebutuhan primer mereka, selain sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan.


Islam akan fokus pada aspek fundamental berupa perbaikan tingkat ekonomi rumah tangga dengan menerapkan sistem ekonomi Islam. Negara bertugas serta mengawasi pengelolaan pos-pos anggaran pemasukan dan belanja negara sesuai dengan ketetapan syariat. Semuanya berasal dari berbagai sumber atau jalur yang masing-masing berpotensi memiliki jumlah besar dan peruntukannya sesuai syariat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.


Sumber-sumber harta di kas negara (baitulmal) di antaranya fai, kharaj, jizyah, zakat, dan pengelolaan hanya kekayaan milik umum berupa SDA yang diatur secara syar'i. Inilah gambaran dan realita yang mestinya ada di tengah umat saat ini. Keadaan di mana negara bekerja efektif sebagai pengurus dan pelindung rakyat.


Akar persoalan yang bersumber dari sistem maka solusinya harus datang dari sistem pula. Islam dan institusinya adalah jawaban ketika sistem kufur kapitalisme tidak bisa lagi dipertahankan. Sistem ini bukan saja mendatangkan kegagalan diberbagai aspek tapi juga keburukan yang akan terus menimpa rakyat.


Begitupun akar masalah stunting dan keterpurukan ekonomi saat ini bukan semata kemiskinan dan ketidakmampuan masyarakat memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Akan tetapi, akibat minimnya tanggung jawab negara yang diakibatkan ideologi yang diadopsinya yakni kapitalisme. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]