Featured Post

Recommended

Generasi Sadis, Buah Sistem Kapitalisme-Sekularisme

  Akidah yang berstandar kapitalis sekularisme  dan sanksi hukumnya tidak memberikan efek jera  ________________________ Penulis Ummu Rofi...

Alt Title
Generasi Sadis, Buah Sistem Kapitalisme-Sekularisme

Generasi Sadis, Buah Sistem Kapitalisme-Sekularisme


 

Akidah yang berstandar kapitalis sekularisme 

dan sanksi hukumnya tidak memberikan efek jera 

________________________


Penulis Ummu Rofi'

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Allah 'Azza Wa Jalla berfirman dalam Al-Qur'an (QS. Al-Isra': 23) "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang baik."


Namun, fenomena kehidupan saat ini sangat miris, karena sejatinya seorang anak menghormati, menyayangi orang tuanya, tetapi sebaliknya anaknya menikam, membunuh orang tuanya.


Berbeda dengan Islam, kehidupan berlandaskan tuntunan aturan Allah Swt. anak pun berkepribadian Islam, akan melahirkan anak-anak yang sayang, hormat, patuh kepada kedua orang tuanya. Menjadi generasi yang beriman dan berkepribadian Islam. 


Fakta Fenomena Pembunuhan


Fakta dilansir dari (suara.com, 30-11-2024), telah terjadi fenomena pembunuhan, pelaku adalah seorang remaja usia 14 thn, korban adalah bapak kandung dan nenek pelaku, sedangkan ibunya luka berat karena terkena sajam dari anak kandungnya. 


Kompol Febriman Sarlase (Kapolsek Cilandak) mengatakan ditemukan tewas di lantai dengan keadaan berlumuran darah seorang ayah dan nenek dan ibunya dalam keadaan luka berat dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati.


Pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian dan saat ini sudah kondisi stabil, bisa ditanya-tanya perihal kejadian. Namun, keadaan ibunya masih belum stabil. Akhirnya belum bisa ditanya soal peristiwa keji ini dan motifnya belum diketahui mengapa pembunuhan sadis itu bisa terjadi?


Miris! Fenomena pembunuhan bukan kali pertama yang dilakukan oleh anak usia di bawah umur, mengapa hal demikian bisa terjadi?


Kasus 5 bulan yang lalu, ada seorang anak bunuh orang tuanya di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur dan masih banyak lagi fenomena pembunuhan orang tua oleh anaknya sendiri. 


Analisa Fakta


Melihat kondisi generasi saat ini sedang tidak baik-baik saja. Maka faktor apa yang memengaruhi keadaan generasi sadis zaman now ini?


Ada beberapa faktor yang memengaruhi yaitu individu, keluarga, lingkungan, masyarakat, dan negara. Faktor tersebut saat ini, yang memengaruhi kondisi generasi menjadi generasi sadis kepada keluarganya sendiri, tidak beradab, bermoral kasar, mudah tersinggung, pemikiran pendek, sadis, dan lain-lain yang intinya tidak berkepribadian baik.


Buah Sistem Kapitalisme-Sekularisme


Ditambah sistem yang diterapkan negara saat ini yakni kapitalisme-sekularisme yang menjadikan generasi sadis. Pendidikan yang diterapkan pun hanya sekadar mencari prestasi bukan tujuan mengharap rida Allah dan menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim yang nilainya menjadi ibadah dan pahala.


Tidak menanamkam kepada generasi pola sikap dan pola pikir yang sahih sesuai dengan aturan Allah Swt.. Sebaliknya sekularisme memisahkan agama dari kehidupan dan negara.


Alhasil, menjadikan faktor di atas yang jauh dari aturan Islam, tidak menjadi individu bertakwa, keluarga yang baik, lingkungan kondusif, masyarakat yang tidak beramar makruf nahi mungkar kepada sesama. Negara hanya sebagai regulator dan fasilitator saja bukan raa'in atau pengurus rakyat secara menyeluruh. 


Pendidikan yang berpedoman kepada selain Islam menjauhkan dari ajaran-ajaran Islam akidah yang berstandar kapitalis-sekularisme dan sanksi yang diterapkan negara saat ini tidak memberikan jera kepada pelaku dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi oleh generasi. Sebaliknya, makin marak generasi sadis dan rusak.


Demikianlah sistem saat ini adalah faktor penting yang menjadikan generasi sadis, anak durhaka, tindak kriminal, gangguan mental, dan lain-lain. Maka harus ada sistem yang menjadikan generasi memiliki kepribadian baik dan bertakwa. Hanya sistem Islamlah yang mampu menjadikan generasi berkepribadian baik dan bertakwa. 


Solusi Sistem Islam


Sistem Islam berlandaskan akidah Islam, memiliki aturan dari Allah Swt. sesuai fitrah dan memberikan jera kepada pelaku baik sudah dewasa maupun yang di bawah umur.


Ada khalifah yang mengatur urusan rakyatnya, menjaga akal dan jiwa seluruh manusia. Negara sebagai institusi yang menerapkan hukum-hukum Allah Swt.. dan khalifah bukanlah pembuat hukum. Namun, hanya sebagai pengatur berjalannya hukum-hukum, melegitimasi hukum Allah dan masyarakat menjalankan seluruh aturan-aturan Allah Swt.. 


Maka individu, keluarga, masyarakat menjadi berkepribadian Islam secara menyeluruh, individu bertakwa, keluarga memahami Islam, dan masyarakat yang peduli kepada sesama. Negara bertanggung jawab kepada rakyatnya, memberikan sanksi pun tegas tidak tebang pilih, bagi usia yang di bawah umur khalifah mengembalikan kepada keluarga, namun tetap dalam pengawasan khalifah. 


Kehidupan Islam sangat diperhatikan oleh khalifah, akalnya akan selalu dijaga dengan pemahaman Islam, dan pendidikan pun mengikuti aturan Islam yakni akidah Islam dan media-media diatur tidak sembarang konten ditayangkan. Tayangan seluruhnya yang akan mengedukasi masyarakat khususnya generasi, menambah pemahaman Islam, mendekatkan kepada Allah Swt.. 


Jadi sistem Islam menjadikan generasi beriman, bertakwa dan berkepribadian Islam secara menyeluruh. Sudah tertuang di dalam Al-Qur'an surat Al-Isra': 23 (Lihat di paragraf atas).


Jelas, anak akan ditanamkan sejak dini akidah Islam agar dewasa kelak menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, mengingat jasa orang tua yang sudah membesarkannya. Negara juga wajib meriayah urusan umat secara kafah. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]

Eksploitasi Berkedok Magang

Eksploitasi Berkedok Magang

 


Program 'Merdeka Belajar Kampus Merdeka' 

adalah melalui tahap magang yang bisa dilakukan pada masa liburan

_________________________


Penulis Nur Arofah

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah Jagakarsa


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Magang mahasiswa seharusnya menjadi sarana pengembangan kemampuan dan pengalaman kerja yang berharga.


Namun, kenyataannya menunjukkan bahwa banyak program magang berubah menjadi ajang eksploitasi berkedok magang, terutama bagi mahasiswa yang rentan TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang).


Dilansir (beritasatu.com, 23-11-2024) Polda Sulawesi Selatan kota Makassar telah mengungkap kasus TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang), ada sejumlah 77 mahasiswa yang menjadi korban program magang. Istilah yang digunakan yaitu program kerja musim liburan, atau disebut sebagai  'ferienjob' di Jerman.


Awal program kerja mahasiswa masa liburan (ferienjob) ini hanya untuk di Jerman, namun salah satu perusahaan di Jerman menginisiasi kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia pada masa liburan yaitu Oktober, November dan Desember, di sana ditawarkan pekerjaan yang sesuai program bidang studi dan akan mendapatkan nilai 20 SKS. Namun, pada kenyataannya ekspektasi tidak sesuai harapan, mereka menjadi tenaga buruh kasar.


Eksploitasi Upah dan Jam Kerja


Korban mahasiswa magang beberapa perguruan tinggi yang masuk seleksi 'ferienjob' wajib membayar Rp 150 ribu ke rekening PT. CVGEN, serta 150 Euro (sekitar Rp2,5 juta) dengan dalih pembuatan letter of acceptance (LOA) yang ditujukan ke PT. SHB.


Tidak sampai di situ, setelah LOA terbit, para mahasiswa dipaksa membayar biaya pembuatan working permit atau aproval otoritas Jerman sebesar 200 Euro (sekitar Rp3 juta). Korban juga dibebankan dana talangan sejumlah Rp30-50 juta yang mana pengembalian dana tersebut dilakukan dengan memotong upah kerja bulanan.


Terungkapnya TPPO ini atas pengaduan mahasiswa yang datang ke KBRI Jerman, dan ini bukan yang pertama kali, sebelumnya diberitakan salah satu politeknik di Sumatra Barat (Sumbar) kedapatan terlibat dalam praktik tindak pidana perdagangan orang (TPPO), dengan program magang ke Jepang. Korban bekerja di sebuah perusahaan sebagai buruh, dengan jam kerja 14 jam yakni mulai pukul 08:00-22:00 dilakukan selama sepekan tanpa libur. Upah yang dberikan 50.000 yen setara Rp5 juta per bulan, namun korban diharuskan memberi dana kontribusi ke kampus sebesar 17.500 yen atau Rp2 juta per bulan. (kompas.com, 28-6-2023)


Berharap pada Sistem Pendidikan Kapitalisme adalah Mimpi


Harapan bagi mahasiswa ketika selesai menempuh pendidikan adalah mampu mengamalkan ilmunya sesuai dengan jurusan yang ditempuhnya, dan mereka bisa langsung mendapatkan pekerjaan dimana 'skill' mereka terasah tentu mereka juga berharap mendapatkan penghasilan.


Sebelum mahasiswa benar-benar lulus tahapan yang harus dilalui dari program 'Merdeka Belajar Kampus Merdeka' adalah melalui tahap magang yang bisa dilakukan pada masa liburan.


Faktanya akses pendidikan yang terbatas dan tidak terstruktur dalam program magang menjadi penghambat proses belajar mahasiswa dan kelanjutan studinya di luar negeri, karena mereka tidak menerima studi praktik SKS yang menjadi tujuan aplikasi dari studi jurusan mereka.


Dampak psikologis mahasiswa korban magang bermunculan yakni stres, kecemasan, gangguan mental dan kemungkinan dihantui utang tersebab upah yang diterima tidak mencukupi kebutuhan harian selama di luar negeri karena dipotong oleh agen di Indonesia. Berharap pada sistem pendidikan kapitalisme adalah mimpi, sebab orientasinya adalah materi semata.


Sistem Pendidikan Buruk, Hasil Penerapan Kapitalisme


Sistem ekonomi kapitalisme memengaruhi sistem pendidikan karena menekankan efisiensi dan 'profit' yang membudayakan eksploitasi dunia kerja bagi mahasiswa.


Pengawasan dan regulasi pemerintah yang kurang, memungkinkan praktik ekploitasi berulang. Dalam magang mahasiswa ingin punya pengalaman yang bisa menjadi referensi dalam dunia kerja, namun bagi perusahaan hal ini menjadi berkah jika menerima mahasiswa magang yang mereka diuntungkan untuk tidak perlu memberi upah yang tinggi dengan jam kerja yang panjang.


Pemerintah harus memberikan pengaturan dan pengawasan program magang untuk lebih ketat dan terstruktur, menyadarkan masyarakat bahaya eksploitasi dan pentingnya melindungi hak-hak mahasiswa magang. Memberikan perlindungan hukum bagi korban, bekerja sama dengan masyarakat sipil memantau pergerakan dan melaporkan kasus yang terindikasi pada TPPO.


Syariat Islam Membawa Risalah yang Sempurna


Syariat Islam datang dari Allah taala membawa risalah yang sempurna, satu-satunya yang berhak membuat hukum bagi pengaturan kehidupan. Seluruh perkara berupa ekonomi, sosial, politik dan pendidikan.


Dalam hal pendidikan, sistem pendidikan Islam menghasilkan generasi berkepribadian Islami, menguasai tsaqafah, ilmu terapan dan teknologi. Hal ini bertolak belakang dengan sistem pendidikan saat ini yang mengadopsi kapitalisme, yang tujuan belajarnya untuk bekerja agar mampu meraih pundi-pundi materi untuk kebutuhan hidup sehingga arahnya bagaimana bisa bersaing di dunia kerja.


Pendidikan adalah Kebutuhan Pokok dalam Islam


Islam memandang pendidikan adalah kebutuhan pokok tiap individu rakyat, ilmu kedudukannya sangat penting untuk menciptakan generasi cerdas, tangguh dan pencapaian tertinggi yakni meraih rida Allah taala.


Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam: "Barang siapa yang menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)


Islam menjadikan penguasa atau negara sebagai ra'in (pengurus) yang bertanggung jawab untuk semua urusan rakyat termasuk pendidikan, khalifah akan memastikan kurikulum pendidikan berdasar akidah Islam.


Generasi yang menuntut ilmu punya tujuan yang benar dengan ketakwaan, mereka tidak akan terpedaya dengan materi. Anak didik akan mampu menangkal segala praktik penipuan maupun kecurangan dalam akad dan lainnya.


Khalifah akan mengawasi sekolah atau kampus dalam urusan tiap anak didik, tidak memberi ruang adanya tindakan eksploitasi atau kriminalitas lain karena akan memberikan sanksi tegas.


Negara pun akan memfasilitasi dan berupaya untuk memberikan lapangan pekerjaan anak didik yang telah lulus di dalam negeri, menggali potensi mereka untuk kemajuan bangsa dengan menghadirkan fasilitas teknologi sehingga mereka mampu untuk mengembangkan teknologi terbarukan.


Tidakkah kita rindu penerapan syariat kafah yang jelas memberikan kebaikan untuk manusia dalam institusi negara? Wallahualam bissawab. [SM/MKC]

Generasi Sadis dalam Sistem Sekuler

Generasi Sadis dalam Sistem Sekuler



Pengaruh tontonan mengandung kekerasan

membentuk karakter individu masyarakat

________________________


Penulis Siti Mukaromah

Tim Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pembunuhan dengan tingkat kebengisan yang dilakukan generasi makin mengerikan.


Dikutip dari (beritasatu.com, 30-11-2024) kronologi remaja 14 tahun di Lebak Bulus bunuh ayah dan neneknya, serta tikam ibu kandung. Petugas perumahan berhasil mengamankan pelaku MAS saat berusaha melarikan diri. Sementara sang ibu mengalami luka tusuk dan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis.


AKBP Gogo Galesung Kasat Polres Metro Jakarta Selatan menyampaikan pada awalnya MAS mengambil pisau dapur, lalu masuk kamar ayah dan ibunya. Kemudian MAS langsung menusuk ayahnya yang sedang dalam keadaan tidur. Ibunya yang pada saat itu terbangun juga di tusuknya walau mungkin tikamannya tidak sampai mematikan. Setelah pelaku melakukan aksinya kepada ayah dan ibunya sang nenek yang terbangun juga ditusuknya.


Buah Pendidikan Sistem Kapitalis Sekuler


Kasus pembunuhan tingkat kebengisan yang dilakukan oleh generasi tentu tidak terjadi dengan tiba-tiba. Banyaknya faktor memengaruhi perilaku tidak manusiawi menghilangkan nurani dan akal sehatnya sehingga tidak mampu mengendalikan emosinya. Ada beberapa penyebab di antaranya: 


1. Pola asuh keluarga dengan paradigma sekuler kapitalisme, visi misi orang tua hanya memenuhi kebutuhan materi anak saja. Tanpa diimbangi pemahaman Islam, orang tua mengukur keberhasilan anak hanya dengan nilai akademik dan prestasi.


Bagaimanapun caranya untuk menjadikan anak sukses, meski harus menambah jadwal belajar dan mengurangi tidur mereka. Alhasil, jika pola seperti ini terjadi terus menerus anak akan mengalami tekanan yang luar biasa mengganggu kesehatan mentalnya seperti stres, depresi, dan frustasi.


Tentu tidak masalah memiliki visi misi untuk meraih pendidikan tertinggi, tetapi harus diimbangi dengan kemampuan anaknya dalam menyerap ilmu. Di sisi lain, penting peran orang tua mengutamakan penanaman akidah sehingga anak melakukan apa pun dengan kesadarannya sebagai hamba Allah Swt.. Bukan menjalankan hak kewajibannya karena tekanan orang tua yang berlebihan.


Memang, pendidikan keluarga memiliki peran penting melahirkan generasi berkualitas. Namun, dampak dan pengaruh penerapan pendidikan sistem kapitalis hari ini, anak hanya terpenuhi materinya saja, tetapi minim pemahaman agamanya. Pengaruh hal-hal negatif di sekitarnya yang pada akhirnya anak kehilangan perisai agamanya (IsIam) dalam kehidupan generasi.


2. Maraknya tindakan anak melakukan kriminal baik kepada keluarga atau orang lain yang terjadi akibat buah penerapan sistem pendidikan sekuler. Peran lingkungan sekolah dalam membentuk kesalehan komunal pada diri anak hilang. Sistem ini telah mendegradasi nilai kesalehan tersebut dengan menormalisasi perilaku yang menyalahi aturan Islam seperti pergaulan bebas, pacaran, perzinaan, budaya hedonis, dan permisif.


Nilai-nilai sistem sekuler membentuk masyarakat menjadi apatis dan individualis. Pengaruh tontonan yang mengandung kekerasan membentuk karakter individu masyarakat terbiasa melihat sesuatu kekerasan dijadikan solusi menyelesaikan masalah.


3. Kurangnya peran dan kontrol negara dalam sistem kapitalis melahirkan kurikulum sekuler, generasi bukannya membaik malah makin memburuk. Kepribadian Islam tidak akan tercapai dalam sistem sekuler membangun karakter generasi bertakwa, karena sistem pendidikan ini justru menjauhkan aturan agama dari kehidupan.


Di sisi lain, negara sangat kurang dalam membendung konten-konten kekerasan, perundungan, penyimpangan seksual, seks bebas dan sebagainya. Visi misi penerapan sistem sekuler kapitalisme tidak memiliki tujuan generasi bertakwa karena mengajarkan nilai-nilai kebebasan. Perbuatan tidak lagi bersandar hukum halal haram tetapi nilai materi semata sehingga generasi jauh dari pendidikan dan pemahaman Islam.


Solusi dalam Islam 


Berbeda dengan negara yang menerapkan IsIam kafah dengan sistem Islam, negara sebagai penyelenggara dan pelayan rakyat. Negara bertanggung jawab membangun penuh generasi cerdas atas pertumbuhan dan perkembangannya di dalam pengawasannya. Peran penting pelayanan dan pengurusan negara sangat berpengaruh pada pembentukan karakter generasi. 


Jika kepemimpinan dalam sistem Islam ini dilaksanakan dengan sempurna, pemimpin sebagai penguasa negara menjalankan sebagai pengurus rakyat (ra'ain) dengan amanah. 


Daulah Islam menutup rapat munculnya karakter setiap individu masyarakat dengan aturan IsIam dalam berbagai aspek untuk membentuk generasi cerdas dan bertakwa.


Peran negara dengan kepemimpinan IsIam menjalankan perannya di antaranya, menerapkan sistem kurikulum inti berbasis akidah. Bertujuan membentuk generasi memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai dengan Islam. Negara dalam Islam menjadikan pendidikan gratis yang bisa dinikmati seluruh masyarakatnya dengan kurikulum berbasis Islam.


Pendidikan gratis, fasilitas memadai, dan tenaga profesional menjadi kolaborasi baik dalam menciptakan generasi unggul beriman, berpengetahuan dan teknologi. Sistem penerapan sosial dalam masyarakat pergaulan IsIam menjaga pergaulan di lingkungan dan masyarakat. Kewajiban menutup aurat bagi perempuan yang sudah balig, larangan pacaran, zina, berkhalwat, ikhtilat mencegah generasi bermaksiat dan berperilaku bebas. 


Masyarakat memiliki pembiasaan amar makruf nahi mungkar sebagai fungsi kontrol sosial berjalan baik. Negara ada secara berkala memberikan edukasi memastikan kepada masyarakat menjalankan ketaatannya kepada Allah Swt.. Daulah Islam melakukan pengawasan peredaran media dan tayangan yang tidak mendukung perkembangan generasi seperti film porno, kekerasan, dan penyeru kepada kemaksiatan yang mengarah pada pelanggaran syariat Islam.


Daulah Islam menjamin kebutuhan pokok masyarakat murah dan terjangkau, menciptakan lapangan pekerjaan, layanan pendidikan, kesehatan, dan keamanan gratis. Para laki-laki sebagai penanggung jawab nafkah tidak terbebani dalam mencukupi kebutuhan keluarganya. Begitu pun peran para ibu fokus sebagai pendidik pertama anak-anaknya tidak dibayangi beban ekonomi.


Sanksi tegas dalam menerapkan hukum IsIam tidak ada istilah anak di bawah umur ketika sudah balig berbuat kriminal, ia harus bertanggung jawab mandiri atas seluruh perbuatannya. Penerapan sanksi yang diberikan memberikan efek jera dan pelajaran bagi masyarakat untuk tidak melakukan hal sama. 


Demikianlah hanya dengan penerapan IsIam, peradaban terbaik melahirkan generasi bertakwa, ini terjadi apabila Islam diterapkan secara kafah (menyeluruh) dalam naungan Daulah Islam. Wallahualam bissawab. [SM/MKC

Pentingnya Pertanian dalam Pandangan Islam

Pentingnya Pertanian dalam Pandangan Islam




Dalam perspektif ekonomi Islam

penyuluhan pertanian memainkan peran kunci untuk meningkatkan produktivitas petani

______________________________


 

KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Penghargaan yang diterima Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Ning Hendasah yang menandai keberhasilan Kabupaten Bandung dalam mendukung sektor pertanian. 



Selain penghargaan utama tersebut, kelompok tani di kabupaten bandung juga meraih prestasi yang membanggakan adalah Kelompok Tani Bumi Mekar Laksana meraih penghargaan sebagai kelompok tani dengan budidaya organik tanaman hortikultura terluas di Jawa Barat. (SATUMEDIA.ID, 28-11-2024)


Pertanian Bagian dari Kehidupan



Pertanian merupakan kegiatan produksi biolagis yang berlangsung diatas sebidang tanah dengan tujuan menghasilkan tanaman dan hewan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia tanpa merusak tanah yang bersangkutan untuk kegiatan produksi selanjutnya.


Profesi petani belakangan sering menjadi bulan-bulanan berbagai bentuk ancaman industrialisasi di era sekuler kapitalis misalnya perkembangan industri yang cukup pesat turut menggeser profesi petani. Bertani yang dulu diminati bahkan cenderung dihindari dan ditinggalkan.


Belum lagi diperburuk dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada para petani. Dari harga, kelangkaan pupuk murah serta tidak terserapnya hasil pertanian oleh pemerintahan dan lain sebagainya.


Dalam perspektif ekonomi Islam penyuluhan pertanian memainkan peran kunci dalam meningkatkan produktivitas petani dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam seperti keadilan dan tanggung jawab sosial. 


Penyuluhan membimbing petani dalam praktik petani yang berkelanjutan dan motivasi mereka melalui program pemberdayaan ekonomi. Pendekatan penyuluhan tidak hanya berdampak pada peningkatan hasil pertanian, tetapi sejalan dengan nilai-nilai Islam yang mendorong kontribusi positif pada masyarakat.

Pertanian dalam Pandangan Islam 


Islam sangat memuliakan profesi petani. Selain, mendapat manfaat ekonomi untuk mencukupi keluarga, bertani juga bernilai ibadah. Allah Swt. berfirman, "Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,.agar kamu dapat pergi kian kemari di jalan-jalan yang luas (TQS. Nuh (71): 19-20)


Al-Qur'an telah mengemukakan kepada kita tentang paradigma Islam dalam bidang pertanian yang menunjukkan besarnya perhatian Islam terhadap dunia pertanian. Karena menyangkut kebutuhan primer mahluk Allah dalam melangsungkan kehidupannya, termasuk tentang keutamaan bercocok tanam di antaranya:


Pertama, pertanian dalam pandangan Islam bukan semata- mata kegiatan yang bersifat sekuleristik, melainkan usaha yang mempunyai nilai- nilai transedental. Ini bisa dilihat dari pemberian nilai sedekah sebagai penjelas adanya keterkaitan antara kegiatan menanam dengan keimanan kepada Allah Swt..


Kedua, kegiatan pertanian mesti berorientasi maslahat bukan hanya bagi dirinya, tapi diperuntukkan kebutuhan pangan orang lain juga generasi sesudahnya. Ini terlihat jelas tentang keutamaan bahwa Allah Swt. telah mengklasifikasikan kegiatan bertani sebagai perbuatan sedekah. Jika apa yang ditanamnya dikonsumsi oleh manusia maupun mahluk Allah lainnya.


Untuk itu, tentu harus ada institusi negara yang menerapkan aktivitas kemaslahatan yang akan membuat masyarakat sejahtera agar lebih mendorong dan memperhatikan dalam semua bidang, salah satunya pertanian yang bernilai ekonomi Islam dan ibadah dalam setiap kegiatan masyarakat.


Hanya dengan sistem Islam kafah semua akan terwujud. Tinggalkanlah kapitalisme sekuler dan kembali pada kehidupan Islam kafah. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Yani Riyani

Menjadi Abu Bakar Al-Misky Zaman Now

Menjadi Abu Bakar Al-Misky Zaman Now

 


Abu Bakar Al-Misky adalah seorang pemuda saleh

yang menjaga dirinya dari perbuatan zina karena takut kepada Allah Swt.

_________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA -  Gaul Bebas Makin Ngegas


Pergaulan bebas di Indonesia semakin hari semakin memprihatinkan. Hal ini bukan tanpa bukti. Ibarat fenomena gunung es yang tampak sedikit di permukaan namun faktanya amatlah membengkak kasus-kasusnya.


Hampir setiap hari berita-berita di media sosial muncul beragam. Hingga kasus baru-baru ini yang terjadi di Bangkalan Madura yaitu pembunuhan sadis terhadap pacarnya yang berstatus mahasiswa dengan motif tidak ingin bertanggung jawab atas kehamilan yang terjadi. Pelaku tega membacok dan membakar korban.


Makna Cinta ala Kapitalis


Gaul bebas marak terjadi salah satunya akibat miskonsepsi tentang makna cinta. Makna cinta yang diadopsi di negeri ini adalah ketika telah memasuki usia remaja maka remaja tersebut harus menyalurkannya dengan aktivitas pacaran sebagai bagian dari tercapainya tugas-tugas perkembangan. Maknanya aktivitas pacaran menjadi sesuatu hal yang lumrah dilakukan oleh para remaja.


Walhasil, tidak jarang hubungan pacaran ini berakhir dengan hubungan yang terdalam yaitu hubungan suami istri. Kurang kuatnya nilai yang terbentuk secara tersistem di negeri ini bahkan membuahkan sebuah kelaziman ketika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan maka akan ada dua cara yang dilakukan jika tidak melakukan aktivitas aborsi, maka aktivitas menikahkan sejoli dalam kondisi hamil pun terjadi. Inilah yang terjadi akibat negeri ini mengambil nilai-nilai sekularisme-kapitalis.


Menjadi Abu Bakar Al-Misky


Di negeri yang sejatinya mayoritas muslim ini tidakkah seharusnya mengambil aturan Islam secara menyeluruh termasuk di dalam pengaturan sosial. Seharusnya pemerintah mengarahkan generasi untuk bisa memiliki rasa berada dalam pengawasan Allah Swt..


Banyak di dalam kisah-kisah terdahulu yang bisa diambil hikmah untuk menjadi generasi yang berkualitas.


Salah satunya seperti kisah Abu Bakar Al-Misky. Abu Bakar Al-Misky adalah seorang pemuda saleh yang menjaga dirinya dari perbuatan zina karena takut kepada Allah Swt.. Ia dijuluki Al-misky atau si kasturi karena tubuhnya menebar aroma wangi, bau minyak kasturi.


Konon suatu ketika Abu Bakar ditanya oleh seseorang. "Kalau boleh saya tahu apa yang menyebabkan Anda memakai parfum misik setiap hari?" tanya orang tersebut dengan penuh rasa ingin tahu. Abu Bakar lalu menjawab, "Demi Allah sungguh saya tidak pernah memakai minyak misik sejak bertahun-tahun lalu."


Mendengar jawaban Abu Bakar tersebut orang itu semakin bertambah heran dan penasaran bagaimana mungkin seorang yang sepanjang waktu aroma tubuhnya sangat wangi itu mengaku tidak pernah memakai wewangian. Sadar akan hal itu Abu Bakar kemudian berkata, "Saya akan menceritakan alasan kenapa tubuhku selalu mengeluarkan aroma kasturi."


Seseorang tersebut kemudian menyimak dengan penuh minat. "Dahulu ada seorang wanita tak berakhlak. Ia berhasil memperdaya sehingga aku terpaksa masuk ke dalam rumahnya. Setelah itu tiba-tiba ia menutup pintu rumahnya, lalu berusaha menggoda dan merayuku. Bahkan setelah aku menolaknya, ia mengancam jika aku tidak bersedia melayani nafsunya, maka ia akan berteriak dan menuduhku hendak memperkosanya.


Saat itu aku sangat bingung dan aku tidak tahu apa yang dapat aku lakukan agar selamat dari maksiat ini. Akhirnya terpikir olehku sebuah firasat yang aku yakini dapat membebaskanku dari situasi buruk ini. Aku berkata pada wanita itu bahwa sebelum melayaninya aku meminta izin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku terlebih dahulu. 


Wanita itu lalu tersenyum dengan penuh rasa kemenangan karena merasa telah menaklukanku. Lalu aku pergi ke kamar mandi kemudian mengambil kotoran tinja dan melumurkannya ke seluruh tubuhku. Setelah selesai, aku pun kembali menemui wanita itu. Ia pun sangat terkejut dengan perilaku anehku itu lalu mengusirku karena merasa jijik.


Aku pun merasa sangat lega karena bebas dari malapetaka kecil itu dan bergegas pulang ke rumah untuk membersihkan tubuhku. Aku tidak henti bersyukur kepada Allah karena telah menyelamatkanku dari dosa zina ini. Aku tidak peduli meskipun saat itu banyak orang yang menertawakanku karena keberadaanku yang berlumuran kotoran dan menebar bau busuk.


Lalu pada malam harinya aku bermimpi dan mendengar suara, "Wahai Abu Bakar engkau telah melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh orang lain sebelummu, maka mulai saat ini tubuhmu akan menjadi selalu wangi di dunia dan di akhirat. Begitulah setelah itu tubuhku selalu mengeluarkan wangi minyak misik. 


Begitulah jika sistem yang melingkupi kehidupan adalah sistem Islam yang meniscayakan rasa selalu diawasi oleh Allah Swt.. Ketika diri terperangkap di dalam sebuah pilihan yang menjadikan ia memilih antara kebaikan dan keburukan, maka diri akan senantiasa condong pada kebaikan. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]


Inge Oktavia Nordiani

Mengakhiri Ketimpangan Energi dalam Perspektif Islam

Mengakhiri Ketimpangan Energi dalam Perspektif Islam



Penyediaan listrik di bawah kapitalisme tidak dilihat sebagai kewajiban negara

untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat

_________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Kebutuhan akan listrik di tengah pesatnya pembangunan menjadi kebutuhan dasar yang tidak bisa diabaikan.


Sayangnya hingga triwulan pertama 2024, masih ada 112 desa di Indonesia yang belum teraliri listrik. (Tirto.id, 2024)


Selain itu, sekitar 22.000 kepala keluarga (KK) di Jawa Barat juga mengalami nasib serupa. Calon Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, bahkan menjadikan isu ini sebagai salah satu program unggulannya dalam Pilkada 2024, dengan target penyelesaian dalam dua tahun jika terpilih.  (BeritaSatu.com, 2024)


Fakta ini menunjukkan betapa pentingnya listrik bagi masyarakat. Tidak hanya sebagai kebutuhan rumah tangga, tetapi juga sebagai pendorong aktivitas ekonomi, pendidikan, dan layanan kesehatan. Namun, kondisi ketimpangan akses listrik ini menggambarkan kegagalan tata kelola energi di Indonesia yang masih berorientasi pada kapitalisme.


Listrik sebagai Komoditas dalam Kapitalisme


Penyediaan di bawah kapitalisme, listrik tidak dilihat sebagai kewajiban negara untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat. Sebaliknya, listrik menjadi komoditas yang dikelola oleh korporasi dengan orientasi utama pada keuntungan.


Liberalisasi tata kelola listrik semakin memperburuk situasi. Penyediaan listrik di daerah terpencil sering diabaikan karena dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi, mengingat biaya infrastruktur yang tinggi.


Ketimpangan ini semakin diperparah dengan kebijakan tarif listrik yang tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat. Negara justru seperti "memalak" rakyat melalui tarif listrik yang mahal, pajak tambahan, hingga denda jika terjadi keterlambatan pembayaran. Akibatnya, masyarakat di pedesaan tidak hanya terisolasi secara geografis, tetapi juga terkendala dalam mengakses kebutuhan dasar seperti listrik.


Pandangan Islam: Listrik adalah Milik Umum


Berbeda dengan kapitalisme, Islam memandang listrik sebagai salah satu harta milik umum yang harus dikelola negara demi kemaslahatan rakyat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw., "Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal: padang rumput, air, dan api." (HR. Abu Dawud)


Api dalam hadis ini secara luas diartikan sebagai energi, termasuk listrik. Oleh karena itu, negara dalam sistem Islam bertanggung jawab penuh untuk mengelola sumber daya energi, termasuk listrik, agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh rakyat tanpa terkecuali.


Beberapa prinsip pengelolaan listrik dalam Islam adalah:


1. Pengelolaan oleh Negara 


Listrik harus dikelola langsung oleh negara, bukan diserahkan kepada pihak swasta. Hal ini untuk memastikan bahwa kepentingan rakyat menjadi prioritas utama, bukan keuntungan korporasi.


2. Layanan Merata


Negara wajib memastikan bahwa setiap individu, baik di perkotaan maupun di pelosok desa, memiliki akses yang sama terhadap listrik. Tidak ada diskriminasi berdasarkan lokasi geografis atau kemampuan ekonomi.


3. Listrik Murah atau Gratis


Dalam Islam, layanan publik seperti listrik disediakan dengan harga murah atau bahkan gratis. Negara bertanggung jawab menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk memastikan hal ini terwujud.


4. Infrastruktur Berkualitas


Negara harus menyediakan infrastruktur yang memadai dan berkualitas untuk mendukung distribusi listrik yang efisien. Ini termasuk pembangunan pembangkit listrik di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau.


Solusi Nyata dengan Sistem Islam


Islam tidak hanya memberikan visi tentang bagaimana seharusnya listrik dikelola, tetapi juga menyediakan solusi yang nyata. Sistem ekonomi Islam memberikan peluang bagi negara untuk memiliki sumber pendapatan yang besar, seperti hasil pengelolaan sumber daya alam, zakat, dan kharaj. Dengan sumber pendapatan ini, negara mampu menyediakan layanan listrik yang murah atau gratis kepada rakyatnya.


Selain itu, Islam melarang privatisasi sumber daya alam dan infrastruktur penting, termasuk listrik. Negara bertindak sebagai pengelola yang amanah, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, bukan untuk mencari keuntungan.


Kesimpulan: Kembali ke Sistem Islam


Ketimpangan akses listrik di Indonesia adalah cerminan kegagalan sistem kapitalisme dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat. Selama listrik dipandang sebagai komoditas dan bukan hak, ketidakadilan ini akan terus terjadi.


Islam menawarkan solusi yang berbeda. Dengan mengelola listrik sebagai milik umum, memberikan layanan merata, dan menjadikannya sebagai hak dasar rakyat, sistem Islam mampu menjamin kebutuhan energi terpenuhi tanpa diskriminasi.


Sudah saatnya kita kembali mempertimbangkan tata kelola yang berbasis syariat Islam untuk mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]


Endah Dwianti, S.E., CA, M. AK. 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pengusaha

 Magang dalam Kapitalisme: Peluang atau Ancaman?

Magang dalam Kapitalisme: Peluang atau Ancaman?




Kampus meminta mahasiswa magang untuk "kredit" pengalaman

tapi sering kali tanpa perlindungan hukum yang jelas

_________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Kasus yang baru-baru ini terungkap di Makassar tentang perdagangan manusia membuat kita harus berpikir ulang soal praktik magang dalam sistem kapitalis. (Beritasatu.com, 23-11-2024)


Polda Sulsel mengungkap bahwa 77 mahasiswa jadi korban eksploitasi dengan modus "ferienjob" di Jerman. Janji pengalaman kerja yang menarik malah berujung eksploitasi, bahkan menjurus pada perdagangan manusia. Ini hanya salah satu contoh nyata dari wajah gelap kapitalisme yang sering disembunyikan.


Tidak hanya itu, di berbagai negara praktik magang kerap jadi kedok eksploitasi. Laporan tahun 2023 menyebutkan, 55% magang di perusahaan besar Amerika tidak digaji. Perusahaan berdalih ini “kesempatan belajar”, tapi realitanya anak magang ditugaskan hanya bekerja keras tanpa kompensasi. Bahkan, beberapa perusahaan sengaja memakai anak magang untuk menggantikan karyawan tetap demi menekan biaya. Bukannya belajar, mereka dimanfaatkan jadi alat untuk profit maksimal.


Tekanan untuk magang di Indonesia sendiri sering datang dari sistem pendidikan, kampus meminta mahasiswa magang untuk “kredit” pengalaman, tapi sering kali tanpa perlindungan hukum yang jelas. Ini membuat mahasiswa rentan, apalagi ketika perusahaan menganggap mereka hanya tenaga kerja gratis. Kapitalisme dengan orientasi profitnya, secara sistemik menormalisasi praktik-praktik semacam ini.


Masyarakat mempunyai dua pandangan soal ini. Ada yang menganggap magang itu peluang emas untuk belajar, menambah pengalaman, dan memperluas relasi. Di sisi lain, banyak juga yang melihatnya sebagai ancaman, terutama karena praktik-praktik yang tidak manusiawi di baliknya. Dalam kapitalisme, semua hal termasuk kerja magang diukur dengan keuntungan materi semata bukan nilai kemanusiaan. Ini alasan kenapa eksploitasi tenaga kerja muda terus terjadi.


Jika kita ingin mengupas tuntas secara lebih dalam, masalah ini sebenarnya bukan hanya soal individu atau kebijakan perusahaan, tapi kapitalisme sebagai sistem membuat kerja dan pengalaman jadi barang dagangan. Anak muda dimotivasi untuk “bekerja keras” tanpa mempertimbangkan apakah itu adil atau manusiawi. 


Solusi Islam Kafah


Kenapa solusi ada di Islam kafah? Karena sistem rusak harus diganti dengan sistem yang adil dan menyeluruh. Islam kafah mengajarkan kita untuk mengatur seluruh aspek kehidupan dengan aturan Ilahi, termasuk persoalan pekerjaan maupun yang lainnya.


Dalam Islam, kerja itu bagian dari ibadah dan setiap orang punya hak yang harus dipenuhi. Surah Al-Baqarah ayat 188 dengan jelas melarang mengambil keuntungan dari hak orang lain secara zalim.


Sistem Islam dirancang untuk memastikan keadilan ini terjadi. Magang tidak hanya menjadikan ajang eksploitasi karena negara bertanggung jawab melindungi setiap individu. Dalam Islam, pendidikan dan pekerjaan diatur untuk memberikan manfaat nyata, bukan untuk memperkaya segelintir orang. Negara juga memastikan semua pekerjaan, termasuk magang, dihargai sesuai kontribusinya.


Dengan Islam kafah, tidak akan ada lagi kasus seperti ferienjob atau eksploitasi pekerja magang. Sistem ini menempatkan manusia pada posisi yang semestinya, sebagai makhluk yang bermartabat, bukan untuk alat produksi. Jika kapitalisme membuat kita terus terjebak dalam lingkaran eksploitasi, Islam kafah justru memutus rantai ini dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih adil dan bermakna.


Sungguh sangat jelas berbeda perubahan yang akan dirasakan bagi seluruh umat jikalau sistem Islam saat ini diterapkan. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]


Hasna Husna Husniyah

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan

Aktivis Remaja

Menjadi Ibu Adalah Mulia, Kenapa Pilih Childfree

Menjadi Ibu Adalah Mulia, Kenapa Pilih Childfree

 



Wanita menurut fitrahnya memiliki sifat keibuan

dengan kasih sayang yang tulus

_________________________


Penulis Nurul Bariyah

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - "Kasih ibu, kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia."


Masih ingat lagu ini? Penggalan lagu di atas menggambarkan betapa besar kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Kasih sayang ibu memang tidak ternilai dan terbalaskan.


Seorang ibu rela berbuat apa pun demi anaknya, walaupun terkadang melukai dirinya sendiri. Dengan kasih sayang inilah dunia bersinar dan kehidupan bisa berkelanjutan. Namun, hari ini banyak perempuan yang memilih tidak menjadi ibu alias childfree


Dikutip dari RRI.co.id (15-11-2024) anggota Komnas Perempuan Maria Ulfah Ansor dalam wawancara bersama Pro 3 RRI menerangkan bahwa setiap perempuan memiliki hak untuk menentukan hidupnya termasuk memiliki anak. Hal ini dikarenakan ia merupakan bagian dari kebebasan setiap individu dan gaya hidupnya.


Menurut data BPS terbaru, sekitar 8,2 persen perempuan usia 15-49 tahun memilih tidak memiliki anak.


Alasan Memilih Childlfree 


Rata-rata alasan mereka memilih childfree di antaranya yaitu keadaan ekonomi yang sulit. Padahal setiap anak sejatinya membawa rezekinya sendiri pada saat ia dilahirkan ke dunia. Kehidupan ekonomi yang semakin sulit membuat seseorang menjadi pesimis akan masa depan. Ada pula alasan lain karena enggan direpotkan oleh keberadaan anak demi karir yang sedang menanjak, dan lain sebagainya.


Bisakah alasan mereka dibenarkan? Secara alami, memilih childfree bukanlah sesuatu yang benar bahkan menyalahi sunatullah dan fitrah manusia serta keluar dari tujuan pernikahan itu sendiri. Tujuan menikah adalah melangsungkan kehidupan artinya untuk memiliki keturunan.


Tidak dimungkiri hari ini beban hidup semakin berat. Banyak keluarga yang kekurangan, pas-pasan bahkan di bawah garis kemiskinan dan miskin. Untuk mencukupi diri sendiri saja susah, bagaimana harus menanggung kalau ditambah dengan anak? Pasti butuh biaya yang lebih banyak lagi dan tidak akan cukup.


Pemikiran ini banyak menghinggapi pasangan muda yang pada akhirnya memilih childfree. Bahkan diopinikan juga oleh beberapa selebriti dan selebgram. Akhirnya ide ini menjadi tren dan dianggap sah-sah saja.


Dampak Buruk Childlfree 


Padahal akan ada efek yang ditimbulkan, seperti berkurangnya jumlah penduduk. Maka dari itu, dalam hal ini negara harus menyiapkan strategi untuk mengantisipasi  berkurangnya penerus generasi. Layaknya negara-negara yang telah mengadopsi childfree seperti Jepang, mereka kekurangan generasi penerus yang meneruskan peradaban. Jika jumlah perempuan yang memilih childfree terus bertambah, tentu akan berpengaruh pada jumlah populasi penduduk. 


Dampak lain yang mungkin dirasakan pasangan yang memilih untuk childfree adalah berdampak pada kesehatan reproduksi pada wanita. Secara alami wanita yang sehat adalah wanita yang mampu melahirkan. 


Robin Lim adalah seorang bidan dan pendiri Yayasan Bumi Sehat dan klinik kesehatan. Ia mengatakan bahwa melahirkan adalah inisiasi spiritualitas paling mendalam yang dapat dimiliki seorang wanita. Oleh karena itu, mengandung dan melahirkan bagi seorang wanita adalah suatu hal yang istimewa dan momen paling bahagia dalam hidupnya.


Buah Sistem Kapitalis


Jelas bahwa pilihan untuk tidak memiliki anak adalah keliru. Childfree bersumber dari ide feminisme dan liberalisme yang mengedepankan asas kebebasan. Ide feminisme bertujuan untuk mendobrak sistem bias gender dan mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. 


Wanita menurut fitrahnya memiliki sifat keibuan dengan kasih sayang yang tulus sehingga apabila fitrah itu dimungkiri, maka akan ada gangguan dalam dirinya, baik secara mental maupun fisik. Namun, ada juga wanita yang ditakdirkan tidak memiliki keturunan dalam pernikahannya.


Maka nalurinya sebagai ibu dapat disalurkan kepada anak-anak di sekitarnya, baik anak kerabat maupun anak didik. Sungguh disayangkan jika seorang wanita memilih tidak memiliki anak (childfree).


Semua ini adalah buah sistem kapitalis yang diterapkan saat ini. Kapitalisme menyebabkan kesulitan ekonomi sebab sebagian besar kekayaan dikuasai hanya oleh segelintir orang yakni konglomerat/ pengusaha dan para penguasa. Sedangkan rakyat di bawah hidup susah. 


Selain itu, kapitalisme yang berasaskan sekularisme membuat seseorang merasa bebas berbuat. Termasuk dalam memiliki anak atau tidak. Semuanya didasarkan pada asas manfaat dan keuntungan semata. Adapun nilai agama, moral, dan adab dijauhkan bahkan ditentang.


Pandangan Islam tentang Seorang Ibu


Seorang ibu dalam Islam dipandang sangat mulia. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Siapakah yang harus dihormati terlebih dahulu?" Rasulullah menjawab, "Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, baru ayahmu."


Hal ini menunjukkan betapa mulianya seorang ibu di mata Allah dan rasul-Nya. Hingga Rasulullah menyebutnya sampai 3 kali. Bahkan rida orang tua terutama ibu adalah rida Allah Swt.. Oleh karena itu, seorang anak diharuskan berbakti kepada orang tua terutama ibu.


Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (QS. Lukman ayat 14)


Maka sungguh merugi jika seorang wanita tidak mau menempati posisi dan kedudukan mulia yaitu menjadi ibu. Keistimewaan dan kemuliaan ibu di mata Allah sangat luar biasa, ketika seorang wanita hamil, maka doanya akan didengar langsung oleh Allah.


Adapun saat dia melahirkan dan merasakan kesakitan maka dosanya akan berguguran. Sedangkan jika ia meninggal saat persalinan maka ia menyandang gelar syuhada atau mati syahid. Masya Allah. Wallahualam bissawab. [By/MKC]

Hari Guru, Kapan Nasib Guru Honorer Sejahtera?

Hari Guru, Kapan Nasib Guru Honorer Sejahtera?

 



Selama sistem kapitalisme sekularisme eksis

Selama itu pula kesejahteraan, penghormatan, dan perlindungan terhadap profesi guru tidak akan pernah tercapai

______________________________


Penulis Cahaya Chems

Kontributor Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - "Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru. Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku. Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku. Sebagai prasasti terima kasihku. Tuk pengabdianmu. Engkau sebagai pelita dalam kegelapan." 


Demikian sepenggal lirik lagu wajib nasional dengan judul 'Pahlawan Tanpa Tanda Jasa' karya Sartono. Dari lagu tersebut menggambarkan bagaimana peran dan jasa guru benar-benar mulia dan istimewa. Sampai diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Hingga akhirnya ada momen perayaan hari guru untuk memberikan apresiasi kepada para guru di tanah air.


Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) terus diperingati setiap tahunya pada tanggal 25 November. Di bumi Pertiwi ini, hari guru disambut dengan euforia oleh murid-murid dan tenaga pendidik di berbagai sekolah di beberapa tempat dengan berbagai model. Dikutip dari Kemdikbudristek tahun ini perayaan hari guru mengangkat tema 'Guru Hebat, Indonesia Kuat'. (Liputan6.com, 22-11-2024)


Walaupun peringatan Hari Guru Nasional telah usai, namun perbincangan mengenai nasib guru dan pendidikan tentunya tak boleh usai dan memang harus mendapatkan sorotan demi perbaikan nasib pendidikan Indonesia di masa depan sebab persoalan pendidikan masih memprihatinkan.


Entah itu kualitas pendidikan yang rendah, sampai gaji guru yang bikin gigit jari. Belum menyejahterakan. Standarisasi upah di bawah standar. Lebih lanjut, masih terdapatnya dikotomi antara gaji guru honorer dengan guru ASN. 


Meski mereka mengemban tugas-tugas yang sama. Nyatanya dalam persoalan gaji, para guru honorer tidak mendapatkan gaji yang layak sebagaimana halnya guru ASN. Inilah yang  menciptakan kesenjangan kesejahteraan bagi para guru honorer. Juga persoalan guru yang dikriminalisasi yang jarang mendapatkan perlindungan hukum. Ditambah masalah sarana dan prasarana gedung sekolah yang belum memadai dan layak.


Harapannya di momentum peringatan Hari Guru ini, tidak hanya disikapi sebagai momen seremonial belaka, tanpa memberikan makna yang berarti bagi kemajuan pendidikan sebab apa arti sebuah perayaan jika tak berdampak kepada pendidikan dan kesejahteraan para guru. Terutama guru honorer. Tetapi seluruh elemen baik pemerintah, komunitas, orang tua dan lembaga pendidikan harus berkolaborasi menyelesaikan persoalan pendidikan yang masih carut marut.


Jika tak segera berbenah, selama itu pula wajah pendidikan di bumi Pertiwi akan tetap bernasib suram. Namun, melihat situasi dan regulasi yang ada saat ini tampaknya harapan ini bagai pungguk merindukan purnama. Rasanya sulit mengharapkan perbaikan selama sistem pendidikan yang diterapkan masih berbasis sekuler kapitalis.


Nasib Guru Takkan Sejahtera dalam Sistem Kapitalis!


Nasib para guru honorer selamanya tidak pernah diperhatikan secara total jika sistem yang diadopsi oleh bumi yang kita pijak masih berbasiskan sistem kapitalis. Sistem ini tak akan memberikan perhatian yang serius terhadap kesejahteraan para pendidik maupun guru. 


Karena tabiatnya, sistem pendidikannya bukan dibuat dengan orientasi pelayanan kepada rakyat. Justru sebaliknya, pendidikan dalam sistem ini berorientasi materi. Ini jelas dapat menghilangkan nilai ruhiyah dalam bidang pendidikan. Alhasil, dalam sistem pendidikan ini guru tidak dipandang sebagai pendidik, melainkan hanya sebagai faktor produksi yang menyiapkan murid-murid menjadi pekerja bagi industri.


Kehidupan kapitalisme yang menihilkan peran agama membuat kehidupan guru semakin terjerat kemiskinan. Tak heran jika muncul jargon 'guru diperah sebesar-besarnya namun jasanya dibalas rendah-rendahnya'. Seperti itu terjadi pada guru honorer saat ini. Nyatanya, beban kehidupan semakin mahal akibat monopoli dan liberalisasi kebutuhan masyarakat oleh para kapital. 


Akhirnya, para guru harus berhadapan dengan kehidupan yang keras. Mereka terpaksa demi menyambung hidup, sebagian guru terlibat judol, terlilit utang, hingga mencari pekerjaan tambahan. Imbasnya kondisi ini akan berpengaruh pada pelaksanaan tugasnya mendidik generasi menjadi tidak optimal. Oleh karena itu, selama sistem kapitalisme sekularisme eksis. Selama itu pula kesejahteraan, penghormatan, dan perlindungan terhadap profesi guru tidak akan pernah tercapai.


Guru Sejahtera dalam Naungan Islam!


Potret yang ditawarkan pendidikan sekuler saat ini yang tidak menyejahterakan guru, amat berbeda dengan konsep yang ditawarkan oleh sistem pendidikan Islam. Islam telah memiliki aturan tertentu terkait guru. Islam menghormati guru dan pembawanya.


Karena itu, seorang guru akan mendapatkan jaminan perlindungan, juga peningkatan kualitas ilmunya. Ini merupakan kebijakan negara yang menghormati profesi guru. Negara Islam memiliki pengaturan peningkatan kualitas ilmu para guru. Seperti pemberian secara gratis berbagai fasilitas pendidikan, pelatihan, diskusi ilmiah, penelitian, buku, serta sarana, prasarana pendukung lainnya sehingga kualitas guru bisa dipertanggungjawabkan.


Terkait kualifikasi seorang guru. Para guru harus orang-orang yang bertakwa, berakhlak mulia, memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni, disiplin, profesional, dan memiliki kemampuan mendidik. Kualifikasi tersebut akan menjadi bahan evaluasi bagi negara men-screening para calon guru sebelum mereka dinyatakan layak mengajar.


Dengan demikian, kebijakan negara Islam terkait penghormatan profesi guru memastikan para guru adalah orang-orang yang layak untuk menjadi pendidik bukan hanya orang-orang yang menyandang status guru, namun perbuatannya mencederai profesinya yang mulia. Untuk mewujudkan peran guru yang mencerdaskan generasi secara optimal. Maka, negara memiliki mekanismenya yang teratur dan tertib dalam memperlakukan guru diantaranya;


Pertama, memberikan gaji yang besar. Contohnya pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid gaji tahunan rata-rata untuk pendidik umum mencapai 2000 dinar. Sedangkan gaji untuk perawat hadis dan ahli fikih mencapai 4000 dinar. Jika dikonversikan ke kurs rupiah gaji guru saat itu kurang lebih Rp8,5 miliar per tahun dengan asumsi harga satu gram emas murni  sekitar Rp1 juta. Juga disebutkan Azzarahwi, makin tinggi keilmuwan seseorang maka makin besar gaji yang diperoleh. 


Jumlah gaji yang fantastis tersebut tentu sangat cukup untuk menjamin kesejahteraan guru. Jika guru sejahtera para guru tentu akan lebih fokus dan optimal menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Mereka tidak perlu memikirkan lagi sampai kekurangan gaji atau mencari pekerjaan sampingan untuk menutupi kebutuhan hidup.


Sebab negara telah menjaminnya. Ditambah negara memang berkewajiban menjamin kebutuhan dasar publik seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan yang disediakan oleh negara secara cuma-cuma. 


Kedua, selain memberikan gaji besar bagi guru, tidak lupa negara memberikan jaminan keamanan kepada guru ketika mereka melaksanakan tugas sehingga meniadakan kasus kriminalisasi atau bullying pada guru karena hukum syarak memerintahkan murid-murid untuk takzim pada guru dan menghormatinya.


Dengan menunjukkan akhlak mulia dan adab yang luhur. Mereka paham dengan konsep ini sebab dari awal anak-anak ini telah mendapatkan pembelajaran awal dari rumah sebagai pendidikan syariat awal. Alhasil, dapat dibayangkan betapa berkahnya kehidupan para guru apabila profesi mereka diatur dalam syariat Islam yang diterapkan oleh negara. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Green Roof dan Cool Roof, Solusikah bagi Rakyat?

Green Roof dan Cool Roof, Solusikah bagi Rakyat?

 


Rendahnya tingkat kepedulian pemerintah 

terhadap masyarakat dalam memenuhi kebutuhan primernya 

_________________________


Penulis Anita Rahayu

Kontibutor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - BMI Indonesia atau yang juga dikenal dengan PT. Monier dikabarkan telah meluncurkan sebuah produk baru yakni Green Roof dan Cool Roof pada acara BCI Equinox 2024 yang diselenggarakan di Jakarta, pada Jumat (15/11/2024) lalu.


Hal ini merupakan sebuah bentuk kepedulian pada pemanasan global yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Managing Director dari BMI Indonesia Susanto mengatakan bahwa suhu bumi di tahun 2024 meningkat 1 derajat celcius dibandingkan suhu bumi di tahun 2023, peningkatan ini juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya.


Green Roof sendiri selain sebagai atap, juga dapat mengurangi polusi dan mempercantik atap hunian. Menurut penelitian green roof dapat menurunkan suhu hingga 5 derajat celcius.


Konsep green roof yang mengusung konsep atap yang dapat ditanami mengusung 4 lapisan tersendiri yang bersifat waterproof sehingga akar tidak menembus dak rumah. Lapisan pertama bernama BMI canopia filter atau filter pertama penyaringan, yang kedua ialah BMI canopia drainage board sebagai penampung air bagi tanaman. Produk ketiga yakni BMI canopia protection fleece penyaringan ketiga bagi air dan akar. Sedangkan yang keempat BMI waterproofing system yang akan menjaga dak dari air dan akar. 


Selanjutnya produk kedua dari PT. Monier ialah cool roof yang dikatakan mampu mengurangi suhu panas hinggal 10 derajat celcius. Dengan konsep yang memiliki 3 produk tersendiri, yakni atap beton monier yang dapat mengurangi panas dengan merefleksi sinar matahari, ventilasi atap yang mengurangi panas dengan mensirkulasi udara, dan monier radenshield yang mengurangi panas dengan insulatornya.


Susanto mengatakan pihaknya mematok harga produk cool roof dengan kisaran Rp200.000- Rp300.000 per meter persegi dan untuk produk green roof yang memiliki 4 lapisan dengan harga Rp500.000- Rp600.000 per meter persegi.(ekonomi.bisnis.com, 16-11-2024)


Filosofi Rumah


Hunian yang nyaman, sejuk, dan indah merupakan impian setiap orang. Bagaimana tidak hunian atau rumah sendiri merupakan salah satu tempat beraktifitas manusia. Rumah adalah tempat di mana manusia akan beribadah, beristirahat, membina keluarga, mendidik generasi, dan bersosialisasi dalam silaturahmi, dan masih banyak lagi.


Rumah juga menjadi pusat aktivitas setiap individu. Menjadi tempat ternyaman setelah aktivitasnya yang beragam di luar rumah. Kata pulang, merupakan kata yang bermakna tersendiri di dalam hati, yang langsung tertuju pada sebuah tempat bernama rumah itu sendiri. 


Apakah Green Roof dan Cool Roof Adalah Solusi?


Dilihat dari kondisi nyata masyarakat Indonesia, jangankan rumah dengan atap yang dapat menurunkan suhu panas di dalam rumah keadaannya rumah seadanya. Sekadar tempat merebahkan badan dari penatnya setelah aktifitas bekerja.


Rumah masih menjadi mimpi bagi jutaan masyarakat Indonesia. Bukan hal baru, di Indonesia sendiri masih terlalu banyak rakyat yang tak dapat mendambakan kata pulang, sebab tak memiliki hunian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2024, sebanyak 9,9 juta masyarakat Indonesia belum memiliki rumah. (metrotvnews.com, 31-05-2024)


Penyebab Memiliki Rumah


Sulitnya masyarakat Indonesia belum memiliki rumah bukan tanpa alasan. Selain minimnya  penyediaan tanah dan perumahan, daya beli akibat harga tanah yang semakin naik juga menjadi faktor utama. Rumah menjadi semakin sulit dimiliki dilihat dari jumlah rakyat terkategori miskin di Indonesia yang masih di atas 25 juta orang.


Permasalahan pelik Indonesia sendiri masih terlalu beragam. Karut marutnya sistem ekonomi serta rendahnya tingkat kepedulian pemerintah terhadap masyarakat dalam memenuhi kebutuhan primernya saja, masih amat jauh dari kata peduli. Padahal tugas utama pemerintah seharusnya adalah mengurusi rakyatnya, yang masih terlalu jauh dari kata sejahtera. Rakyat dipaksa memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri secara pribadi.


Saat ini, rakyat yang mayoritas beragama muslim dan masih berharap pada sistem demokrasi seharusnya mulai sadar dan mempelajari agamanya. Islam telah lebih dulu memiliki solusi dalam penyediaan rumah bagi rakyat. Dalam pandangan Islam, rumah adalah kebutuhan primer yang wajib terpenuhi. 


Solusi Islam


Islam memiliki sistem tersendiri yang unik dalam memenuhi kebutuhan primer, sekunder maupun tersier bagi warga negaranya. Mekanisme pemenuhan kebutuhan dalam hal ini pemenuhan kebutuhan rumah ialah dengan melalui 3 tahapan: 


Pertama, Islam akan memerintahkan laki-laki (yang mampu) untuk bekerja, agar dapat memenuhi kebutuhan primernya. Negara wajib memfasilitasi dengan membuka seluas-luasnya lapangan pekerjaan, memberikan lahan, peralatan serta modal sehingga dapat memenuhi kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier rakyatnya.


Kedua, apabila pekerjaan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka keluarga, ahli waris dan kerabat memiliki kewajiban untuk memenuhinya sebagaimana aturan/hukum Islam dalam menyantuni makanan dan pakaian.


Hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam yang diriwayatkan Nasa'i: "Mulailah memberi nafkah dari orang-orang yang menjadi tanggunganmu, ibumu, ayahmu, saudara laki-lakimu, saudara perempuanmu dan kemudian kerabatmu yang jauh."


Ketiga, apabila tahapan 1 dan 2 juga tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyat, maka kewajiban pemenuhan kebutuhan tersebut akan ditanggung oleh negara. Dengan menyediakan rumah dari harta kepemilikan negara atau harta kepemilikan umum.


Maka khalifah bisa menjual secara tunai maupun kredit dengan harga yang terjangkau, menyewakan, meminjamkan atau bahkan menghibahkan rumah kepada rakyat yang membutuhkannya sehingga tidak ada rakyat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya atau tidak memiliki rumah.


Begitulah sistem Islam mengatur seluruh kebutuhan rakyat dengan sangat rinci. Khalifah sebagai raa'in atau pengurus rakyat akan senantiasa bertanggung jawab terhadap kehidupan rakyatnya sebab khalifah memimpin dengan landasan ketakwaan kepada Allah semata. Ia akan senantiasa khawatir apabila terdapat rakyat yang kesulitan di bawah kepemimpinannya, dan pemimpin akan bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya.


Sebagaimana hadis Rasulullah shallahu alaihi wasallam: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."(HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Islam menjadi agama yang diturunkan secara sempurna, mengatur seluruh tata kehidupan manusia. Mulai dari sistem pendidikan, sosial, ekonomi, bahkan pemerintahan dengan landasan ketakwaan. Kaum muslim wajib mempelajari Islam sebagai mabda sehingga tergambar di dalam benak mereka bahwa Islam adalah solusi tuntas berbagai problematik kehidupan yang sejatinya memberikan ketenteraman, kenyamanan, serta kebahagiaan bagi orang-orang yang mau menerapkannya. 


Sebab Islam hanya bisa tergambar apabila telah diterapkan secara menyeluruh sebagai sebuah mabda/ideologi. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]