Sistem Kapitalis Gagal Cetak Generasi Taat
Opini
Sistem pendidikan Islam yang berlandaskan syariat
akan menghasilkan generasi unggul yang taat kepada Allah
_______________________
Penulis Nurhikmah Oktavia
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Di era teknologi yang makin maju, seharusnya nilai kejujuran makin diperkuat. Namun ironisnya, justru kejujuran itu semakin rapuh. Pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025 kembali tercoreng oleh berbagai kasus kecurangan yang memanfaatkan teknologi canggih.
Hal ini menimbulkan pertanyaan penting. Apakah lulus UTBK lebih penting daripada kejujuran? Fakta ini mengundang keprihatinan mendalam terhadap kondisi moral dan akhlak generasi muda yang sedang dibentuk oleh sistem pendidikan kita.
Dilansir dari beritasatu.com (25-04-2025) dari kasus kecurangan dalam UTBK SNBT 2025 telah menjadi perhatian publik dan mendapat kecaman keras dari panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB). Mereka menegaskan bahwa praktik curang seperti ini merusak prinsip fundamental seleksi, yaitu keadilan, integritas, dan kejujuran.
Dilansir dari kompas.com (25-04-2025) Prof. Eduart menjelaskan bahwa kasus ini masih terus diselidiki dengan menemukan berbagai modus. Mulai dari penggunaan ponsel, aplikasi perekam layar, hingga metode remote desktop yang memungkinkan orang lain mengerjakan soal dari luar lokasi ujian. Meskipun soal bocor bukankah soal sesi berikutnya ada 23 sesi dengan soal berbeda. Penyalahgunaan teknologi ini sudah mencerminkan kegagalan sistem pendidikan dalam membentuk akhlak mulia.
Lebih lanjut, dikutip dari beritasatu.com (24-04-2025), panitia juga mengungkap modus kecurangan baru yang cukup mengejutkan, yaitu pemasangan kamera kecil yang tidak terdeteksi oleh metal detector di behel gigi, kuku, ikat pinggang, dan kancing baju peserta. Modus ini menunjukkan bahwa pelaku curang semakin kreatif memanfaatkan teknologi demi keuntungan pribadi.
Sebagai respons terhadap temuan tersebut, panitia berkomitmen melakukan investigasi mendalam dengan menggandeng berbagai pihak terkait. “Kasus dugaan kecurangan yang teridentifikasi sedang dalam proses verifikasi dan investigasi lebih lanjut, bekerja sama dengan berbagai pihak,” ujar panitia SNPMB.
Salah satu lokasi pelaksanaan UTBK, Universitas Diponegoro (Undip), juga tidak luput dari kasus serupa. Dikutip dari detik.com (30-04-2025) Wakil Rektor I Undip Prof. Heru Susanto melaporkan temuan dugaan kecurangan di kampus mereka pada tanggal 27 April 2025. Walaupun peserta sudah menjalani pemeriksaan ketat menggunakan metal detector sesuai standar nasional. Masih ditemukan peserta yang membawa perangkat logam yang diduga untuk berbuat curang.
Akibat dari Sistem Pendidikan yang Gagal
Fenomena ini menunjukkan krisis akhlak yang serius di kalangan calon mahasiswa. Sistem pendidikan yang mengedepankan hasil semata lulus UTBK tanpa dibarengi penanaman nilai kejujuran dan integritas telah gagal mencetak generasi yang berkarakter taat dan bermoral. Teknologi yang seharusnya menjadi sarana pembelajaran dan kemudahan, justru disalahgunakan sebagai alat untuk menipu dan meraih hasil instan.
Sistem kapitalis yang mendorong kompetisi ketat dan hasil akhir sebagai ukuran kesuksesan telah menciptakan tekanan berlebihan yang berujung pada praktik kecurangan. Hal ini tidak hanya merusak nilai pendidikan, tetapi juga mengancam masa depan bangsa karena generasi muda yang lahir dari sistem seperti ini berpotensi kehilangan landasan moral yang kuat, politik dan ekonomi hingga hubungan personal.
Dalam perspektif etika Islam, kecurangan tidak hanya dianggap sebagai tindakan yang melanggar norma masyarakat, melainkan sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar keadilan dan kejujuran yang menjadi fondasi moralitas. Islam sebagai agama yang menyeluruh memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana individu harus berperilaku dalam berbagai situasi, termasuk dalam hal kejujuran dan integritas. Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad saw. memberikan arahan yang tegas tentang pentingnya memegang teguh prinsip kejujuran dalam segala aspek kehidupan.
Syariat Islam Adalah Solusi dalam Pendidikan
Kecurangan UTBK bukan sekadar masalah individu, melainkan kegagalan sistem pendidikan yang tidak mampu membangun karakter islami yang berintegritas. Pendidikan harus mampu menanamkan nilai-nilai kejujuran, amanah, dan ketakwaan sebagai fondasi utama.
Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam membentuk akhlak mulia sejak dini. Allah Swt. berfirman: "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali-Imran: 104)
Dalam sistem Islam, pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi menanamkan nilai-nilai akidah dan akhlak. Tujuan utamanya untuk membentuk individu yang beriman dan berakhlak mulia. Sesuai firman Allah Swt.: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk." (QS. Al-Bayyinah: 7)
Pendekatan ini menekankan bahwa ilmu harus membawa kepada ketakwaan dan perilaku terpuji. Sebagaimana dijelaskan dalam jurnal Tahdzib Al-Akhlaq, pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk karakter yang sesuai dengan ajaran Islam, bukan sekadar pencapaian akademik.
Dalam QS. Al-Baqarah: 2, Allah menyebut bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Hal ini menegaskan bahwa tujuan utama pendidikan dalam Islam bukan semata-mata mencerdaskan akal, tetapi membentuk pribadi yang takut kepada Allah dan menjunjung tinggi kebenaran dalam setiap aspek kehidupan. Ketakwaan menjadi pondasi utama bagi terciptanya generasi yang jujur, adil, dan bertanggung jawab.
Lebih jauh lagi, Rasulullah ﷺ juga mengajarkan nilai kepedulian sosial sebagai bagian penting dari iman seorang muslim. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, beliau bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."
Hadis ini menunjukkan bahwa karakter muslim sejati tidak hanya tercermin dalam hubungan dengan Allah, tetapi juga memiliki hubungan dengan sesama manusia. Juga harus ditanamkan sejak dini melalui pendidikan yang benar.
Solusi atas krisis moral dalam pendidikan adalah membangun sistem pendidikan yang mengintegrasikan aspek intelektual, spiritual, dan sosial berdasarkan ajaran Al-Qur'an dan sunah. Pendidikan Islam yang menyeluruh akan melahirkan generasi unggul yang berakhlak mulia dan pintar.
Pemisahan antara nilai agama dan pendidikan (sekularisme) menyebabkan hilangnya moral kejujuran dan tanggung jawab. Mentalitas pragmatis yang melahirkan generasi oportunis mengancam masa depan bangsa.
Solusi mendasar adalah mengubah paradigma pendidikan menjadi pendidikan yang berkarakter dan berlandaskan nilai-nilai Islam. Sistem Islam memandang pendidikan sebagai amanah negara dan hak rakyat yang mengintegrasikan aspek spiritual dan akal. Penegakan syariat Islam secara menyeluruh menjadi solusi efektif untuk membersihkan sistem pendidikan dari kecurangan.
Peran pendidik dalam Islam adalah pembimbing moral dan spiritual yang bertanggung jawab menanamkan nilai kejujuran, amanah, dan ketakwaan. Adapun, tujuan pendidikan Islam adalah membentuk insan kamil yang jujur, bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama.
Syariat Islam tidak mungkin terwujud dalam kapitalisme. Hanya bisa terlaksana dengan sempurna dalam institusi pemerintahan yang menerapkan sistem Islam. Penegakan sistem Islam akan membuat pendidikan menjadi sarana transfer ilmu dan benteng pembentuk karakter dan moral generasi.
Sistem pendidikan Islam yang berlandaskan syariat akan menghasilkan generasi unggul yang taat kepada Allah dan bermanfaat bagi umat serta bangsa. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]