Alt Title
Kala Childfree Melanda, Islam Solusi Nyata

Kala Childfree Melanda, Islam Solusi Nyata

 


Sistem Islam akan menuntun umat untuk memiliki akidah yang kuat

sehingga muncul ketakwaan, keimanan, dan keyakinan. Misalnya, tentang konsep rezeki

______________________________


Penulis Dewi Jafar Sidik

Tim Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Anak merupakan anugerah dan karunia dari Allah Swt.. Anak juga sering disebut sebagai harta yang paling berharga dalam keluarga, memilikinya tentu menjadi dambaan bagi semua para orang tua. Namun, dalam kehidupan saat ini ada sebagian para wanita yang memilih untuk tidak memiliki anak. Ada apa dengan fenomena ini?


Dilansir dari disway.id, 16 Februari 2025. Fenomena childfree makin berkembang di kalangan generasi muda. Tidak sedikit orang muda yang merasa takut untuk menikah atau memilih untuk tidak memiliki anak. Berdasarkan data terbaru dari BPS (Susenas 2022) menunjukkan bahwa sekitar 8,2 persen atau 72 ribu perempuan memilih hidup untuk tidak memiliki anak.


Meski dari keseluruhan perempuan Indonesia yang memilih untuk childfree jumlahnya terbilang kecil. Namun, jumlahnya cenderung meningkat dan diperkirakan akan terus bertambah pada tahun-tahun mendatang. Kondisi ini apabila dibiarkan lama-kelamaan akan berpotensi depopulasi.


Indonesia saat ini memang masih aman belum mengalami penurunan generasi, namun bisa saja suatu saat nanti akan mengalami hal yang sama seperti halnya negara-negara yang sedang kewalahan mengalami depopulasi. Kita harus bisa belajar dari negara Jepang dan Korea Selatan yang saat ini mengalami penurunan generasi muda.


Demikian tampak dampak dari childfree, upaya pencegahan harus segera ditempuh untuk menanggulangi dan mengantisipasi dampak tersebut. Pertanyaannya apa yang menjadi sebab childfree makin berkembang dan bagaimana solusi Islam terkait fenomena ini?


Faktor Penyebab Childfree 


Ada beberapa faktor penyebab berkembangnya childfree di kalangan wanita muda. Di antaranya: 


Pertama, ketidakyakinan akan rezeki di masa depan. Ketidakpastian masa depan menjadikan sebagian individu memilih untuk tidak memiliki anak, baik itu dengan memilih tidak menikah ataupun menikah, tetapi tidak ada keinginan untuk mempunyai anak. Memiliki anak dianggap beban kehidupan padahal sebagai seorang muslim harus yakin bahwa setiap mahluk akan diberi rezeki oleh Allah Swt..


Kedua, para perempuan merasa memiliki hak untuk memilih apakah mau melahirkan ataukah tidak. Meski memiliki rahim, mereka bebas menentukan untuk mau mengandung atau tidak sebab saat ini ada di antara para wanita yang tidak mendambakan hadirnya buah hati dan menjadi seorang ibu, mengingat banyak sekali tugas dan tanggung jawab yang harus diembannya mulai dari memelihara, menjaga, mendidik, dan mengasuh anak. 


Ketiga, persoalan ekonomi. Kemiskinan menjadikan banyak perempuan berpikir ulang untuk menikah dan memiliki anak sebab biaya kebutuhan hidup makin tinggi. Di sisi lain, pendapatan tidak ada peningkatan. Perempuan merasa harus mandiri dan berkarier tidak boleh bergantung pada laki-laki agar bisa disebut wanita hebat dan produktif.


Penyebab di atas merupakan dampak dari penerapan sistem kehidupan sekuler. Sekularisme paham yang memisahkan agama dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara sehingga umat tidak menjadikan agama sebagai pedoman kehidupannya. Walhasil, segala sesuatu yang ia pahami, lakukan, inginkan, dan kebahagiaannya tidak sejalan dengan aturan agama.


Sekularisme akan melahirkan liberalisme yakni berupa kebebasan bertingkah laku. Individu akan merasa bebas melakukan sesuatu yang ia kehendaki terkadang tanpa peduli dengan kondisi di sekitarnya. Dalam hal ini, termasuk sikap para wanita yang memilih untuk tidak memiliki anak. Kadang kala dalam bertindak mereka tanpa berpikir terlebih dahulu tentang tindakannya, apakah merugikan atau tidak? Misalnya dapat berdampak pada penurunan generasi penerus.


Islam Solusi Nyata Mengantisipasi Childfree


Kapitalisme sekularisme tidak akan bisa menyelesaikan childfree dengan tuntas. Sistem ini telah gagal membawa manusia pada kesejahteraan hidup. Berbanding terbalik dengan sistem Islam yang punya cara untuk memenuhi segala kebutuhan dasar manusia sekaligus menyelesaikan childfree. Maka dari itu sistem kapitalis sekuler tidak layak untuk mengatur kehidupan manusia karena yang layak untuk mengatur kehidupan manusia hanya sistem yang datang dari Penciptanya manusia yakni Islam.


Sistem Islam akan menuntun umat untuk memiliki akidah yang kuat sehingga muncul ketakwaan, keimanan, dan keyakinan. Misalnya, tentang konsep rezeki. Kaum muslim dengan akidah yang kukuh akan meyakini bahwa rezeki itu datangnya dari Allah Swt.. 


Allah Swt. berfirman: "Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan (juga) kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra [17]: 31)


Akidah yang kuat akan memunculkan ketakwaan yang tinggi sehingga kaum muslim akan berpikir dulu sebelum bertindak dan perilakunya senantiasa sesuai dengan perintah dan larangan Allah Swt.. Kaum muslim juga disunahkan untuk menikah yang salah satu tujuannya adalah melestarikan keturunan. Memiliki keturunan tanpa ada rasa ketidakpastian masa depan karena masa depan Allah Swt. yang menjaminnya.


Sistem Islam menjamin kesejahteraan rakyat dan sistem ini akan mengukuhkan akidah individu sehingga tidak akan ada yang menerima ide childfree karena tidak selaras dengan ajaran Islam. Memiliki anak bukanlah beban, melainkan amanah yang harus dijaga dan akan menjadi ladang pahala bagi orang tuanya.


Pendidikan dalam Islam akan menjaga akidah umat tetap lurus dan pemikirannya sesuai dengan ajaran Islam. Negara juga akan menjaga atas masuknya pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam agar akidah umat tetap berada dalam kemurnian dan kesucian Islam.


Khatimah


Demikianlah sistem Islam dalam menjaga akidah umat. Umat akan hidup dalam ketaatan dengan penuh keyakinan akan rezeki dari Allah Swt. sehingga tidak akan ada para wanita yang menolak kehadiran anak. Bahkan akan mendambakan kehadirannya karena mengurus anak adalah ibadah. Memiliki anak saleh dan salihah doanya akan menjadi pahala yang tidak akan pernah terputus walaupun orang tuanya sudah meninggal dunia. Wallahualam bissawab.

Kenaikan Harga Jelang Ramadan, Negara Kerap Mengabaikan

Kenaikan Harga Jelang Ramadan, Negara Kerap Mengabaikan



Naiknya harga sembako menjelang bulan Ramadan

dengan alasan meningkatnya jumlah permintaan di masyarakat, hal ini nampak sebagai alasan klise belaka

_______________________


Penulis Ledy Ummu Zaid

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Emak-emak mana yang tidak pusing jika mengetahui harga-harga sembilan bahan pokok (sembako) naik di pasaran? Ya, kenaikan harga sembako sering terjadi menjelang bulan Ramadan padahal sembako adalah kebutuhan pokok mendasar bagi masyarakat. Pertanyaannya, mengapa fenomena kenaikan harga terus berulang dan di mana peran negara? 



Kenaikan Harga Berulang dan Lebih Parah


Dilansir dari laman kumparan.com (04-02-2025), badan pangan nasional (Bapanas) mengatakan ada beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga, bahkan lebih tinggi dari harga yang ditetapkan pemerintah.


Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan komoditas-komoditas tersebut dijual dengan harga di atas Harga Acuan Pembelian (HAP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) di pasaran. Adapun komoditas yang harganya di atas HAP dan HET meliputi minyak goreng MinyaKita, cabai rawit merah, cabai merah keriting, dan beras medium.


Di satu sisi, Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan masyarakat tentang adanya potensi kenaikan harga sejumlah komoditas pangan menjelang bulan Ramadan 2025, seperti yang dilansir dari laman rubicnews.com (07-02-2025).


Sampai sekarang, komoditas yang menjadi primadona di masyarakat adalah telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan minyak goreng. Usut punya usut kenaikan ini karena tingginya permintaan selama bulan Ramadan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Hal inilah yang mengakibatkan harga sejumlah bahan pokok naik.


Selanjutnya, dilansir dari laman kaltim.tribunnews.com, (07-02-2025), harga sembako di pasar taman rawa indah (Tamrin), Tanjung Laut Indah, Bontang Selatan mengalami kenaikan secara signifikan menjelang bulan Ramadan 2025. Adapun yang paling mencolok kenaikan harganya adalah minyak goreng dan gula. Kenaikan ini terus terjadi dalam beberapa minggu terakhir.


Seorang pedagang di Pasar Tamrin Syamsiah mengatakan kenaikan harga telah terjadi sejak dua minggu lalu. Menurutnya, fenomena naiknya harga sembako menjelang bulan Ramadan sudah menjadi rutinitas setiap tahunnya. Kendati demikian, tahun ini terasa jauh lebih parah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.


Ekonomi Kapitalisme Memonopoli Pangan


Jangan heran di negeri kaya sumber daya alam (SDA) ini harga kebutuhan pokok terbilang mahal, harganya akan melambung tinggi mendekati hari-hari besar. Tak terkecuali, setiap bulan suci Ramadan tiba, fenomena kenaikan harga sembako tak dapat terelakkan. Kenaikan harga menjelang Ramadan ini terus berulang, dan seolah tidak ada pencegahan ataupun solusinya. Hal ini menunjukkan adanya masalah pendistribusian barang sehingga berpotensi terjadi kelangkaan dan membuat kenaikan harga barang.


Dalam situasi ini, naiknya harga sembako menjelang bulan Ramadan lantaran meningkatnya jumlah permintaan di masyarakat. Sejatinya, hal ini nampak sebagai alasan klise belaka padahal ada banyak faktor yang dapat memengaruhi naiknya harga di tengah daya beli masyarakat yang semakin menurun. Misalnya, tidak adanya jaminan kelangsungan produksi barang kebutuhan. Selain itu, muncul pula masalah internal pada rantai pasok, seperti mafia impor, kartel, monopoli, iktikar, dan lain-lain.


Dalam sistem ekonomi kapitalisme, negara biasanya akan menghalalkan liberalisasi pendistribusian pangan oleh korporasi. SDA yang tidak dikelola dengan baik oleh negara, akhirnya membiarkan swasta bahkan asing memonopoli perdagangan komoditas pangan. Walhasil, rakyat tidak dapat merasakan manfaat dari pengelolaan SDA tersebut. Di sisi lain, para petani juga tidak mendapat dukungan yang optimal dalam mengembangkan lahan pertanian mereka. Adapun pupuk dan benih sulit didapatkan dengan harga yang murah bahkan gratis.


Islam Mengatur Ketersediaan dan Pendistribusian Pangan


Pengelolaan pendistribusian dalam sistem Islam berbeda dengan pengelolaan dalam kapitalisme. Daulah (negara) memiliki tanggung jawab untuk mengatur ketersediaan pangan dan pendistribusian yang merata kepada seluruh rakyat. Tujuannya agar mereka bisa mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya dengan harga yang terjangkau. Daulah akan memastikan tidak ada penimbunan, kecurangan, dan permainan harga.


Adanya peningkatan produksi untuk menyelesaikan masalah kelangkaan juga dilakukan Daulah Islamiah. Di mulai dari menerapkan hukum tanah berdasarkan syariat Islam, produksi pangan akan berlimpah, subur, dan berkah. Langkah selanjutnya Daulah akan melakukan pemantauan dan pengendalian harga komoditas pangannya sesuai dengan hukum syarak.


Sistem ekonomi Islam memiliki pengaturan yang dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan pangan dengan harga murah dan mudah diakses. Daulah akan mendukung para petani dalam mendistribusikan hasil panennya. Di satu sisi, terdapat pula hukum yang tegas dan membuat jera para pelaku yang berbuat curang. Walhasil, tidak ada yang berani memonopoli komoditas pangan. Inilah bukti Daulah hadir mengawasi rantai perdagangan pangan.


Rasulullah saw. bersabda, “Ya Allah, siapa yang mengurusi satu perkara umatku, lalu ia menyulitkan umat, maka persulitlah ia. Dan siapa yang mengurusi perkara umatku, lalu ia memudahkannya, maka permudahlah ia.” (HR. Muslim)


Berdasarkan dalil tersebut, dapat kita simpulkan bahwasanya negara seharusnya wajib bertanggung jawab terhadap segala lini urusan rakyatnya. Dalam hal ini, negara wajib menyediakan pangan yang baik dan memadai untuk setiap individu rakyat. Penguasa yang amanah akan memiliki keimanan yang kokoh sehingga memimpin Daulah Islamiah dengan penuh ketakwaan dan mengharap rida Allah Subhanahu wa taala.


Rasulullah saw. bersabda, “Imam/khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Daulah Islamiah yang akan dipimpin oleh seorang khalifah tentu akan melindungi rakyatnya. Terlebih lagi, menjelang bulan suci Ramadan, khalifah akan menjamin kebutuhan rakyat sehingga mereka dapat fokus beribadah di bulan yang penuh kemuliaan tersebut.


Khatimah


Sayangnya, kehidupan kaum muslimin hari ini tidak terjaga akidah dan kualitas hidupnya. Persoalan kenaikan harga menjelang Ramadan selalu berulang hingga menyengsarakan rakyat. Negara tidak berperan memberi solusi yang mensejahterakan, tetapi malah kerap mengabaikan.


Oleh karena itu, kaum muslim seharusnya merindukan penerapan aturan atau syariat Islam secara kafah (menyeluruh). Dengan kata lain, hal tersebut hanya dapat terealisasikan jika pemerintahan Islam hadir di tengah-tengah umat, yakni Daulah Islamiah. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]

Korupsi Mustahil Hilang dalam Sistem Kapitalisme

Korupsi Mustahil Hilang dalam Sistem Kapitalisme



Sistem kapitalisme menjauhkan rakyatnya dari agama

sehingga ketika melakukan korupsi para pejabat atau penguasa tidak merasa takut akan dosa


_________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Dilansir dari Kompas.com, Presiden Prabowo Subianto menyebut tingkat korupsi di Indonesia mengkhawatirkan. Dia juga menegaskan akan memberantas koruptor yang merugikan negara. Hal ini disampaikannya dalam forum internasional World Governments Summit 2025 di Dubai, Uni Emirat Arab, yang dihadiri secara virtual pada Kamis, (13-02-2025).


Prabowo berpendapat bahwa korupsi adalah penyebab utama dari berbagai kemunduran di bidang pendidikan, penelitian, dan pengembangan. Eks Menteri Pertahanan ini juga menegaskan komitmennya untuk memberantas korupsi yang mendapat dukungan dari berbagai pihak.


Hal ini terlihat dari hasil survei kepuasan publik terhadap pemerintahannya yang menunjukkan angka tinggi. "Dan sekarang, setelah 100 hari saya merasa mayoritas rakyat Indonesia mendukung saya. Mereka menderita setiap hari akibat korupsi ini," tambahnya.


Prabowo mengatakan bahwa akan optimistis dan bertekad untuk melanjutkan perjuangannya. "Saya belum mulai berperang," tegasnya.


Apakah wacana yang disampaikan di atas untuk memberantas korupsi akan terwujud? Rasanya mustahil jika sistem yang sekarang masih dipakai, yaitu kapitalisme. Karena dalam sistem ini setiap individu lebih mementingkan mengembalikan modal tanpa memperhatikan halal haramnya. Kapitalisme menjauhkan rakyatnya dari agama sehingga ketika melakukan korupsi, para pejabat atau penguasa tidak merasa takut akan dosa.


Jadi, apa yang dikatakan Presiden Prabowo yang optimis dapat memberantas korupsi sangatlah mustahil selama sistem yang diterapkan adalah kapitalisme.


Salah satunya adalah kesejahteraan umat yang sudah terwakilkan oleh para pejabat pemerintah. Banyak pejabat pemerintah yang hidup bergelimang harta dengan berbagai fasilitas yang disediakan oleh negara, seperti mobil dinas, rumah dinas, kesehatan yang ditanggung negara, dan biaya listrik yang juga ditanggung negara. Bukankah jelas bahwa hal itu membuat hidup para pejabat sangat sejahtera tanpa terbebani biaya listrik, biaya bensin, atau banyak pengeluaran lainnya?


Dalam sistem Islam, pemimpin atau khalifah memastikan rakyatnya beriman dan bertakwa, yaitu dengan memberikan fasilitas pendidikan gratis yang mencetak generasi unggul dan bertakwa sehingga mereka merasa takut berdosa dalam melakukan kemaksiatan seperti korupsi. Ditambah lagi dengan adanya sanksi yang tegas dan menjerakan.


Allah Swt. berfirman, “Barang siapa yang mengambil harta khianat, maka pada hari kiamat dia akan datang membawa harta hasil khianat itu, dan setiap diri akan diberi pembalasan atas apa yang dikerjakan dengan pembalasan setimpal, sedangkan mereka tidak dizalimi.” (TQS. Al-Imran: 161)


Khalifah sebagai pelayan rakyat sangat memperhatikan kesejahteraan, keamanan, dan ketakwaan umatnya sehingga dalam sistem Islam, tindak korupsi kemungkinan besar tidak akan terjadi.


Para penguasa pada pemerintahan Islam telah terbukti menjadi penguasa teladan dan amanah yang hanya takut kepada Allah Swt.. Siksa-Nya amat pedih bagi yang melanggar hukum syarak sehingga rakyat akan merasa nyaman dan aman di bawah naungan Daulah Islamiah. Wallahualam bissawab. [Luth/Dara/MKC]


Neni 

Aktivis Dakwah

Generasi Terancam! Sistem Kapitalisme terhadap Kesehatan Mental

Generasi Terancam! Sistem Kapitalisme terhadap Kesehatan Mental

 



Kapitalisme tidak mampu mengatur kehidupan manusia dengan baik

sehingga banyak individu memiliki mental yang rapuh 

_________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA -  Kesehatan mental adalah aset berharga bagi manusia. Ketika batin dalam keadaan tenang dan tenteram, seseorang dapat menikmati hidup dan berinteraksi dengan baik dengan orang di sekitarnya.


Mental yang sehat memungkinkan seseorang menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik. Namun, realitas saat ini menunjukkan bahwa semakin banyak generasi muda, khususnya remaja, mengalami gangguan mental.


Dilansir dari TEMPO.CO, Jakarta (15-2-2025)  Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat bahwa jumlah remaja yang mengalami gangguan mental sangat tinggi, mencapai 15,5 juta orang atau sekitar 34,9 persen dari total remaja di Indonesia.


Wakil Menteri Kementerian Kependudukan, Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menegaskan bahwa generasi muda saat ini menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah masalah kesehatan mental di kalangan remaja. Selain itu, ia juga menyoroti tren yang semakin berkembang di kalangan generasi muda, yaitu memilih gaya hidup tanpa anak (childfree).


Rusaknya Mental Generasi Akibat Penerapan Sistem Sekuler Kapitalis


Semakin banyak generasi muda yang merasa takut untuk menikah dan memilih untuk tidak memiliki anak. Data terbaru dari BPS 2022 menunjukkan bahwa sekitar 72 ribu atau 8,2 persen perempuan di Indonesia memilih untuk tidak memiliki anak.


Gangguan mental di kalangan remaja dapat memengaruhi kemampuan berpikir serta mengganggu stabilitas emosi mereka. Akibatnya, banyak remaja mengalami penurunan prestasi, kesulitan dalam membangun hubungan sosial, serta rentan terhadap perilaku menyimpang. Kondisi ini tidak terlepas dari pengaruh sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan.


Dalam kapitalisme, kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan media sosial tidak diatur berdasarkan aturan Islam. Hal ini menyebabkan kesehatan mental generasi muda semakin terpuruk. Misalnya, dalam bidang ekonomi, kenaikan harga kebutuhan pokok dan sulitnya mendapatkan pekerjaan dapat memicu stres yang berkepanjangan.


Selain itu, biaya pendidikan yang tinggi juga menjadi penghambat bagi generasi muda untuk mendapatkan ilmu dengan baik. Kurikulum yang tidak berbasis pada syariat Islam semakin memperburuk keadaan, membuat generasi muda kehilangan arah dan tidak memiliki kepribadian yang kuat.


Kapitalisme tidak mampu mengatur kehidupan manusia dengan baik sehingga banyak individu memiliki mental yang rapuh dan tidak memahami konsep serta tujuan hidup. Kurangnya pemahaman agama menjadikan banyak generasi muda hanya mengejar kesenangan duniawi semata. Ketika mereka gagal mencapai tujuan materialistisnya, mereka mudah mengalami frustrasi hingga depresi. Tidak jarang, kondisi ini berujung pada tindakan ekstrem seperti bunuh diri.


Islam sebagai Solusi Hakiki


Saatnya kembali kepada sistem Islam yang mampu memberikan solusi nyata bagi permasalahan ini. Dalam sistem Islam, individu akan memahami makna dan tujuan hidup mereka. Ketika menghadapi ujian, mereka dapat menyikapinya dengan kesabaran dan keteguhan iman. Pendidikan berbasis Islam akan membentuk kepribadian yang tangguh dengan pola pikir dan sikap yang sesuai dengan ajaran Islam.


Keluarga dalam sistem Islam juga berperan besar dalam membentuk mental yang sehat. Dengan memberikan kasih sayang, kenyamanan, dan keamanan, keluarga akan menjadi tempat berlindung yang kokoh bagi generasi muda. Selain itu, negara juga bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan mental warganya. Pendidikan berkualitas dan biaya hidup yang terjangkau akan menjamin kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.


Islam adalah satu-satunya sistem yang mampu menyelesaikan permasalahan hidup manusia secara komprehensif. Ketika aturan Islam diterapkan secara menyeluruh, kehidupan manusia akan kembali harmonis dan sesuai dengan fitrah, membawa kesejahteraan dan rahmat bagi seluruh alam.


Oleh karena itu, mari bersama-sama berdakwah dan memperjuangkan tegaknya sistem Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]


Ummu Aura

Muslimah Peduli Umat

Cara Islam Membentuk Generasi Emas

Cara Islam Membentuk Generasi Emas

 



Negara dengan menganut sistem Islam akan menetapkan aturan

yang akan menjauhkan para remaja dari pemikiran yang tidak berasal dari Islam


____________________



KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Dilansir dari Voi.id 16-02-2025, berdasarkan Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey pada tahun 2024, didapati bahwa sebanyak 15,5 juta remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Yang mana hal itu setara dengan 34,9% dari total remaja di Indonesia. Tentu, isu ini menjadi perhatian bersama.


Hal itu diungkap oleh Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atau Wakil Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, S.E.


Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagi remaja. Pengaruh media sosial telah menciptakan standar dalam gaya hidup dan pencapaian. Standar ini dapat menjadi acuan bagi remaja dalam membentuk identitas diri mereka.


Berbagai platform media sosial yang ada, selain berfungsi sebagai alat penghubung untuk mengakses berbagai informasi dengan cepat, juga memudahkan kita berkomunikasi dengan siapa pun, hingga menjadi sarana edukasi dan kreativitas. Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan atau tidak bijak dapat memengaruhi kondisi kesehatan mental generasi muda. Bahkan, anak usia lima tahun ke atas di Indonesia sudah mengakses internet untuk media sosial.


Banyak remaja yang mengalami masalah kesehatan mental akibat ketergantungan pada media sosial, yang dapat membuat mereka cenderung menutupi diri dan terisolasi, merasa cemas, serta kurang percaya diri karena kepercayaan diri mereka ditentukan oleh standar yang ada di media sosial.


Selain masalah mental pada remaja, fenomena lain yang semakin berkembang adalah konsep childfree di kalangan generasi muda. Semakin banyak orang muda yang merasa takut untuk menikah atau memilih untuk tidak memiliki anak. Data terbaru dari BPS (Susenas 2022) menunjukkan bahwa sekitar 72 ribu atau 8,2 persen perempuan memilih untuk tidak memiliki anak.


Masalah mental yang terjadi akibat pengaruh standar media sosial ini merupakan dampak dari penerapan kapitalisme sekularisme dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, pendidikan sekuler menghasilkan remaja dengan perilaku liberalisme.


Liberalisme adalah paham atau ideologi mainstream yang memprioritaskan kebebasan individu sebebas-bebasnya dalam segala aspek. Saat ini, semakin jelas terlihat bahwa masyarakat menganut sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Dengan demikian, negara telah gagal membentuk generasi menjadi lebih baik.


Sudah dipastikan bahwa sistem demokrasi yang dianut oleh negara Indonesia tidak menyelesaikan permasalahan yang mengakar di tengah masyarakat. Berbeda dengan negara yang di dalamnya terdapat sistem Islam. Negara dengan menganut sistem Islam akan menetapkan aturan yang akan menjauhkan para remaja dari pemikiran yang tidak berasal dari Islam.


Demikian, sistem ini akan melahirkan generasi emas yang cemerlang, seperti pada zaman kekhalifahan Sultan Muhammad Al-Fatih, sang penakluk Konstantinopel. Segala sesuatu yang berjalan dalam aturan Islam akan membentuk generasi muda yang berlandaskan syariat agama Islam.


Di sinilah, peran orang tua sangat penting dalam menjaga kesehatan mental anak dengan menanamkan nilai-nilai agama dan mengarahkan segala aktivitas menuju kebaikan yang positif. Hal ini dapat bermanfaat bagi anak, seperti dengan menyibukkan mereka dalam kegiatan belajar Islam secara menyeluruh, mengerjakan tugas sekolah, atau membantu meringankan pekerjaan orang tua.


Islam mewajibkan negara untuk membangun sistem pendidikan yang berdasarkan akidah Islam. Selain itu, negara berkewajiban mempersiapkan orang tua dan masyarakat agar dapat mendukung proses pembentukan generasi yang akan membangun peradaban Islam yang mulia dengan mental yang kuat. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


Fauziah Al Ghauri

Darurat! Mental Remaja Terkikis, Abainya Sistem Kapitalis

Darurat! Mental Remaja Terkikis, Abainya Sistem Kapitalis




Sistem sekuler kapitalis yang mendorong individu

bertindak dengan tujuan materi, gaya hidup hedonisme

_________________________


Penulis Lutfiyah 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - (Tempo.co, 09-02-2025) Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa jumlah remaja yang menderita gangguan kesehatan mental sangat tinggi, yaitu mencapai 15,5 juta orang atau setara dengan 34,9 persen dari total remaja Indonesia.


Wakil Menteri Kementerian Kependudukan Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka mengatakan bahwa generasi muda saat ini memang menghadapi tantangan yang semakin kompleks, salah satunya adalah isu kesehatan mental di kalangan remaja.


“Hal ini tentu saja menjadi keprihatinan kita bersama, mengingat Indonesia adalah negara besar dan penduduk merupakan modal dasar dari pembangunan itu sendiri,” kata Isyana dalam acara Konsolidasi Nasional Pemimpin Muda Hindu di Pusat Pendidikan dan Latihan Kementerian Agama, kawasan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, seperti dikutip dari pernyataan resmi kementerian, Jumat, 14 Februari 2025. (Tempo.co, 09-02-2025)


Rusaknya Mental Remaja Akibat Sekularisme Kapitalis


Mengetahui fakta di atas sungguh terdengar miris, remaja yang digadang-gadang menjadi generasi emas kini sedang mengalami gangguan mental. Mereka lebih fokus pada diri sendiri atau bahkan pada upaya kesembuhan mental mereka yang terus mengganggu kesehariannya. Dari fakta di atas, jumlah remaja yang mengalaminya tidak sedikit.


Banyak remaja yang tidak dapat mengontrol emosinya hingga melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kasus bunuh diri di kalangan remaja, pembunuhan antarteman hanya karena hal sepele, kecanduan narkoba, perundungan, atau tawuran antar sekolah. Semua itu bisa saja terjadi karena mereka tidak mampu mengontrol emosinya dengan baik. Jika hal ini terus dibiarkan oleh negara, jangan harap untuk mewujudkan generasi emas 2045.


Sistem yang saat ini diterapkan, yaitu kapitalis-sekuler memberikan dampak buruk bagi kehidupan saat ini. Beberapa faktor seperti kondisi keluarga yang tidak harmonis akibat masalah ekonomi, seorang ayah yang baru saja terkena PHK dan kesulitan mendapatkan pekerjaan karena terbatasnya usia, atau bahkan seorang ibu yang bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga tidak terlalu fokus memperhatikan anak. Keduanya yang terus bekerja tanpa memperhatikan ajaran Islam.


Tidak lupa dengan kondisi sosial yang sekuler, memisahkan agama dari kehidupan. Manusia tidak mau kehidupannya diatur oleh agama bahkan remaja diracuni pemahaman liberal. Sistem sekuler kapitalis yang mendorong individu bertindak dengan tujuan materi, gaya hidup hedonisme, akhirnya memberikan tekanan pada mental remaja karena jauh dari Tuhannya serta menjadikan mereka berpegang pada prinsip hidup liberal atau bebas.


Di samping itu, pendidikan sekuler tidak mampu menciptakan remaja yang berkepribadian Islam sehingga mereka kesulitan dalam menemukan jati diri. Pendidikan saat ini hanya mementingkan keterampilan (skill), mengabaikan ajaran-ajaran Islam. Tanpa pemahaman Islam, pendidikan saat ini melahirkan remaja yang liberal, bermental lemah, dan gagal dalam memahami penyelesaian permasalahan hidup.


Sistem saat ini adalah akar permasalahannya. Sistem pendidikan kapitalis-sekuler sudah seharusnya dihapuskan karena tidak sedikit siswa maupun siswi yang bermasalah dari tahun ke tahun. Meskipun kurikulum sudah berganti beberapa kali, jika tidak dibekali dengan ajaran Islam, maka hasilnya akan tetap sama. Tidak ada perubahan nyata.


Sistem Islam Menjamin Kesehatan Mental Remaja


Berbeda halnya dengan sistem Islam yang akan bertanggung jawab untuk melahirkan generasi emas. Sistem ini akan memberikan bekal dan pemahaman yang islami, serta menjadikan remaja yang berkualitas dan berkepribadian Islam dengan menerapkan aturan syariat. Islam akan memberikan pembinaan pada anak, tidak hanya berfokus pada keterampilan saja, tetapi juga mengajarkan cara melampiaskan emosi dengan baik menurut Islam, serta memberikan pandangan yang benar tentang permasalahan lainnya sesuai dengan pengaturan syariat Islam.


Dalam Islam, negara diharuskan membangun pendidikan yang berasas akidah Islam karena tujuan utamanya adalah terciptanya kepribadian Islam pada anak. Ini termasuk membentuk kepribadian yang bermental pemimpin. Dalam aspek ekonomi, negara akan memberikan pendidikan yang tidak membebani orang tua sehingga orang tua tidak perlu khawatir dengan masalah biaya.


Negara akan selalu menjamin kebutuhan masyarakat dan selalu adil dalam menjalankan amanahnya. Jika perundungan terjadi, maka akan memberikan sanksi kepada pelaku perundungan, dan memberikan perlindungan bagi korban perundungan sesuai dengan aturan syariat.


Negara juga mewajibkan masyarakat untuk mendukung proses pembentukan generasi, salah satunya dengan melakukan amar makruf nahi mungkar, serta menciptakan lingkungan yang positif dan jauh dari perbuatan atau pemikiran liberal. Pemikiran yang tidak dilandasi Islam akan merusak pola pikir dan sikap anak yang semakin jauh dari ajaran Islam.


Negara Islam juga akan menjaga keamanan lingkungan yang sehat bagi mental anak. Negara akan menetapkan kebijakan agar anak dijauhkan dari pemikiran yang bertentangan dengan Islam, serta akan menyelesaikan masalah dengan merujuk pada Al-Qur'an dan Sunah. Hanya dengan menerapkan Islam secara kafah, remaja akan selamat dari kerusakan mental. InSyaaAllah. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]


Indonesia Gelap: Efisiensi Pangkas Masa Depan Anak Bangsa

Indonesia Gelap: Efisiensi Pangkas Masa Depan Anak Bangsa




Efisiensi anggaran yang terjadi tahun ini 

nyatanya membuat masyarakat semakin tergerus dampak negatif


_____________________


Penulis Alma Salsabila Nurul Fitri

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Remaja


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Program makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, sempat dihentikan mulai Senin, 17 Februari 2025, karena adanya kendala teknis internal yang belum teratasi.


Dilansir dari kompas tv, sejak Senin (17-02-2025) ribuan siswa di Sumenep, Jawa Timur, tidak lagi menerima makan bergizi gratis karena program tersebut dihentikan. Kusniah yang menjabat sebagai pelaksana tugas (PLT) Kepala SDN Pandian I di Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, membenarkan bahwa program tersebut dihentikan.


Fakta di atas adalah program yang dijanjikan pemimpin Indonesia tidak dilaksanakan dengan baik. Alasan mengapa para siswa tidak semua mendapatkan MBG, bahkan ada yang sampai dihentikan? Jawabannya karena negara Indonesia saat ini sedang melakukan efisiensi anggaran.


Efisiensi anggaran adalah upaya untuk mencapai tujuan dengan menggunakan sumber daya finansial seminimal mungkin. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari pemborosan dan memastikan setiap pengeluaran memberikan hasil yang optimal. Adapun efisiensi anggaran dapat diterapkan pada perusahaan, instansi, maupun pemerintah.


Efisiensi anggaran bertujuan untuk mengoptimalkan MBG, tapi ternyata tidak terselenggara dengan benar. Bahkan, banyak anak-anak yang belum menerima MBG ini. Pemerintah juga mengusulkan memberi MBG untuk anak sekolah di Papua berupa serangga yang jelas itu bukan makanan yang bergizi.


Indonesia belum siap dengan program yang dijanjikan. MBG ini seharusnya diberikan pada anak usia golden age dan ibu hamil karena anak yang berlangsung sejak lahir hingga usia 5 tahun pada masa ini anak mengalami perkembangan yang pesat baik secara fisik, kognitif, maupun kesehatan mental. Alasan pentingnya MBG diberikan pada masa golden age:


• Pada masa ini otak anak berkembang pesat sekitar 80%.


• Perkembangan otak pada masa ini akan memengaruhi kebiasaan dan sifat anak seumur hidupnya.


• Pada masa ini anak-anak berada pada periode kritis, sangat peka, dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari luar.


Ketika MBG ini diberikan untuk anak usia sekolah SD hingga SMA, maka ini kesalahan yang besar karena masa tumbuh kembang yang baik tersebut sudah habis dan tidak akan maksimal untuk kemajuan pemikiran otaknya.


Efisiensi anggaran yang terjadi tahun ini nyatanya sangat membuat masyarakat semakin tergerus dampak negatif. Masyarakat terus dibohongi oleh janji pemerintah Indonesia seperti: bansos yang akan diberikan setiap bulan oleh pemerintah, infrastruktur sukses, makan bergizi gratis, serta lowongan pekerjaan yang banyak


Tidak ada satu pun janji mereka yang terwujud dengan baik, malah semakin memburuk. Lagi dan lagi korbannya jelas rakyat. Dalam sistem ini yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Negara lebih mengutamakan kepentingan penguasa, dibandingkan masyarakatnya sendiri.


Yang seharusnya terkena efisiensi anggaran ini adalah:


1. Tunjangan pejabat dan segala fasilitas mewah.


2. Kabinet gemuk, beserta jajaran menteri, wakil menteri, stafsus, staf ahli, utusan khusus presiden, dan jabatan yang tidak penting lainnya.


3. Anggaran aparat keamanan yang digunakan untuk menembak masyarakat.


4. Proyek Strategis Nasional yang merusak lingkungan dan membunuh masyarakat adat.


5. Anggaran untuk buzzer dan influencer rezim.


6. Subsidi ugal-ugalan biodiesel untuk korporasi sawit dan pejabat pejabat yang tidak berfungsi untuk apa pun.


Solusi yang tepat untuk seluruh permasalahan ini adalah pergantian sistem. Sistem demokrasi yang diagungkan oleh pemerintah tidak berdampak baik dan tidak menyejahterahkan rakyat. Sistem tersebut bukan berasal dari Pencipta, melainkan buatan manusia yang tidak ada kepuasan dalam dirinya. 


Lalu, sistem apa yang seharusnya diterapkan? Sistem pemerintahan Islam adalah sistem pemerintahan yang berdasarkan syariat Islam. Dalam sistem ini, pemimpinnya disebut khalifah. 


Adapun struktur pemerintahan Islam, yaitu:


•Khalifah sebagai kepala negara.


•Muawin sebagai pembantu kepala negara.


•Wali sebagai gubernur.


•Amirul Jihad sebagai panglima perang.


•Qadli sebagai lembaga peradilan.


•Jihazul Idari sebagai aparat administrasi.


•Majelis Umat sebagai lembaga yang mengoreksi penguasa.


Pemerintah dalam negara Islam seharusnya menjadi ra'ain untuk mengurusi umat, memberikan kesejahteraan, dan memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Bukan untuk orang miskin, tapi untuk seluruh masyarakat karena ini sudah menjadi tugas negara dan menerima segala kebutuhan hak bagi seluruh masyarakat.


Kedaulatan harus mengikuti syarak, maka masyarakat khususnya pemerintah harus tunduk pada hukum syarak. Dalam Islam, tidak harus ada efisiensi anggaran yang bisa membebankan satu pihak karena ada solusi yang ditawarkan, seperti zakat, Baitulmal untuk membantu masyarakat dalam keadaan darurat. Dengan adanya hal tersebut, akan mampu menyejahterakan rakyat yang kekurangan ekonomi karena Baitulmal juga tersedia di jalanan mana pun.


Solusi ini hanya bisa dilakukan ketika masyarakat dan pemerintah taat akan hukum syarak. Ketika terselenggaranya sistem yang menganut sistem Islam. Hanya Islam yang bisa membuat masyarakat sejahtera serta hidup layak tanpa kekurangan suatu apa pun. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Maraknya Kriminalitas: Kesalahan Individu atau Kegagalan Sistem

Maraknya Kriminalitas: Kesalahan Individu atau Kegagalan Sistem

 


Jika tiga pilar utama Islam ditegakkan

maka kriminalitas bisa ditekan secara signifikan


___________________


Penulis Nahmawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Dalam beberapa tahun terakhir, hampir setiap hari kita disuguhi berita tentang perampokan, penipuan, hingga kekerasan yang semakin brutal. Apakah semua ini terjadi begitu saja? Atau ini adalah buah dari sistem yang rusak dan gagal menciptakan kesejahteraan, keadilan, serta keamanan bagi masyarakatnya? 


Angka kriminalitas terus meningkat dengan tindakan kekerasan yang semakin mengerikan. Lebih mengkhawatirkan lagi, banyak pelaku kejahatan berasal dari kelompok usia muda. Fakta ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang keliru dalam sistem saat ini. Sebuah sistem yang gagal membentuk individu yang bertanggung jawab dan menciptakan keamanan bagi masyarakat.


Seperti yang diberitakan baru-baru ini. Seorang pria bernama Ismail (40 tahun), warga Kelurahan Selagit, Kabupaten Musi Rawas, ditangkap polisi usai menganiaya ibu kandungnya yang berinisial SA (80 tahun). Kapolres Musi Rawas AKBP Andi Supriadi melalui Kasat Reskrim Iptu Ryan Tiantoro Putra mengatakan peristiwa penganiayaan itu berawal saat Ismail kesal karena kalah main judi online. Pelaku meminta uang kepada ibunya, tapi karena tidak diberi pelaku emosi dan mencekik leher ibunya. Lalu menyekap ibunya yang sudah tua di dalam kamar dan mengancam akan membunuh korban. (Urban.id, 09-02-2025)


Pada kasus lain, kepolisian mendapatkan informasi mengenai adanya penemuan mayat bayi baru lahir. Penemuan mayat bayi berjenis kelamin laki-laki di dalam parit tersebut terjadi pada Jumat 7 Februari 2025. Kapolres Sambas AKBP Sugiyatmo melalui Kasat Reskrim Polres Sambas AKP Rahmad Kartono mengatakan dari hasil penyelidikan diketahui pelaku pembuang bayi adalah ibu bayi itu sendiri, sedangkan terduga masih di bawah umur. (Kumparan.com, 09-02-2025)


Lonjakan kasus kriminalitas yang terjadi di berbagai daerah tentu bukan sekadar kebetulan atau fenomena musiman. Ketimpangan sosial, lemahnya penegakan hukum, dan hilangnya nilai-nilai moral dalam masyarakat menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan kejahatan. Jika dibiarkan, kriminalitas akan terus menjalar, menggerogoti sendi-sendi kehidupan.


Kriminalitas bukan sekadar masalah individu yang kehilangan arah, tetapi hasil dari sistem yang gagal menciptakan kesejahteraan dan keadilan. Saat masyarakat dipaksa bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi, sulitnya lapangan kerja, serta lemahnya penegakan hukum, kejahatan menjadi jalan pintas yang tak terhindarkan.


Berbagai kasus pencurian, perampokan, hingga kekerasan yang semakin brutal menjadi potret suram masyarakat yang tertekan oleh ketimpangan sosial dan ekonomi. Selama sistem ini tidak berubah, kita hanya akan terus menyalahkan pelaku tanpa menyentuh akar permasalahannya.


Dalam sistem sekuler kapitalisme, nilai-nilai materialisme dan individualisme menjadi tolok ukur utama dalam kehidupan sosial. Akibatnya, banyak orang terutama generasi muda kehilangan arah dan tujuan hidup yang hakiki. Minimnya pendidikan moral dan lemahnya kontrol sosial menyebabkan banyak anak muda terjerumus dalam tindakan kriminal, bahkan dengan kadar kekerasan yang brutal. 


Maraknya kasus kriminal, dengan kadar kekerasan makin mengerikan serta pelaku kalangan usia muda adalah fenomena yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Kondisi ini menunjukkan adanya kegagalan sistem dalam membangun masyarakat yang aman, beradab, dan bermoral. Sistem sekuler kapitalisme saat ini mendominasi tata kelola kehidupan. Terbukti tidak mampu memberikan jaminan keamanan yang layak bagi masyarakat.


Sistem sekuler yang menyingkirkan aspek spiritual dan moral agama dalam kehidupan sosial telah melahirkan generasi yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa adanya dasar keimanan yang kuat dan aturan hidup yang jelas. Manusia akan cenderung bertindak sesuai dengan hawa nafsunya. Oleh karena itu, diperlukan solusi mendasar untuk mengatasi persoalan ini, yakni dengan menggantikan sistem yang gagal dengan sistem yang mampu menjaga moralitas, keadilan, dan keamanan dalam kehidupan bermasyarakat.


Masyarakat membutuhkan sistem yang berbasis pada nilai-nilai lebih tinggi, yang tidak hanya menitikberatkan pada aspek materi tetapi menanamkan kesadaran akan tanggung jawab sosial dan moralitas. Jika kapitalisme terus dipertahankan, bukan tidak mungkin kriminalitas akan semakin mengerikan dan merusak generasi mendatang.


Dalam realitas kehidupan saat ini, kita dapat melihat bagaimana sistem yang diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan justru membawa lebih banyak kerusakan dibanding manfaat. Kapitalisme sebagai sistem yang mendominasi dunia telah menciptakan ketimpangan ekonomi, krisis sosial, degradasi moral, dan lemahnya penegakan hukum. Semua ini berkontribusi pada meningkatnya kriminalitas, hilangnya rasa aman, serta semakin pudarnya nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan masyarakat.


Secara ekonomi, kapitalisme hanya menguntungkan segelintir orang. Sementara mayoritas masyarakat harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sistem ini melahirkan jurang kaya dan miskin yang semakin lebar, di mana kekayaan hanya berputar di tangan para pemodal besar. Kemiskinan yang meluas akhirnya memicu tindakan kriminal sebagai jalan pintas bagi mereka yang frustrasi dengan kehidupan.


Dalam aspek sosial dan pergaulan, individualisme yang diusung kapitalisme membuat masyarakat semakin terpecah. Nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian sosial tergeser oleh budaya persaingan yang tidak sehat. Akibatnya, konflik sosial, ketidakpedulian, serta perilaku menyimpang semakin marak terjadi.


Di bidang pendidikan, sistem yang lebih berorientasi pada keuntungan membuat akses terhadap ilmu pengetahuan semakin sulit bagi rakyat kecil. Pendidikan yang seharusnya menjadi alat untuk mencerdaskan bangsa malah menjadi ladang bisnis yang mengedepankan profit. Akibatnya, banyak generasi muda kehilangan kesempatan untuk berkembang dan malah terjerumus dalam berbagai perilaku menyimpang.


Media yang seharusnya menjadi sarana informasi dan edukasi, juga tak lepas dari pengaruh kapitalisme. Alih-alih menyajikan informasi yang objektif dan bermanfaat, banyak media justru digunakan sebagai alat propaganda kepentingan pemilik modal. Tayangan yang merusak moral, hoaks, dan manipulasi berita semakin menjauhkan masyarakat dari kebenaran.


Selain itu, lemahnya sistem sanksi hukum juga menjadi penyebab utama meningkatnya kejahatan dan kriminalitas. Banyak pelaku kejahatan, terutama mereka yang memiliki kekuatan finansial dan politik dengan mudah lolos dari jerat hukum. Sementara hukum sering kali tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Ketidakadilan ini semakin menggerus kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum yang seharusnya melindungi mereka.


Semua ini menunjukkan bahwa sistem yang rusak akan menghasilkan dampak yang merusak di segala bidang kehidupan. Selama kapitalisme masih diterapkan, sulit untuk berharap adanya perbaikan yang mendasar. Oleh karena itu, perubahan yang menyeluruh dalam sistem kehidupan menjadi kebutuhan mendesak agar keadilan, kesejahteraan, dan keamanan benar-benar bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.


Dalam pandangan Islam, negara memiliki peran yang sangat penting sebagai pelindung dan penjamin keamanan bagi seluruh rakyatnya. Negara tidak hanya bertanggung jawab dalam menjaga ketertiban dan keamanan, tetapi juga dalam menciptakan kondisi yang sejahtera bagi masyarakatnya. Prinsip-prinsip ini sangat terkait dengan bagaimana Islam memandang hubungan antara negara dan rakyat, serta bagaimana negara menjalankan tanggung jawabnya dalam memastikan kesejahteraan dan keadilan.


Islam menekankan bahwa negara harus menutup pintu-pintu kriminalitas dengan menjamin hak-hak dasar rakyat, termasuk di antaranya hak untuk hidup dalam keadaan aman, pendidikan yang baik, kesehatan, dan memperoleh pekerjaan yang layak. Dengan terciptanya kesejahteraan, masyarakat akan lebih cenderung menghindari perilaku kriminal dan dapat hidup dalam kedamaian.


Keamanan dalam konteks Islam adalah salah satu hal yang sangat dijaga. Islam mengajarkan bahwa hidup dalam keadaan aman dan tenteram adalah hak setiap individu. Negara bertanggung jawab untuk menyediakan sistem yang mampu mencegah segala bentuk ancaman terhadap keamanan rakyatnya, baik dari segi fisik maupun sosial.


Selain itu, penerapan sistem sanksi dalam negara Islam harus dilaksanakan dengan adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan yang diajarkan oleh Islam. Sistem sanksi yang ditegakkan dalam Islam bersifat jawabir dan zawajir.


Jawabir berarti sanksi yang memberikan jalan untuk memperbaiki atau mengoreksi kesalahan seseorang. Sedangkan zawajir adalah sanksi yang bertujuan untuk memberikan efek jera sehingga pelaku kejahatan tidak mengulanginya lagi. Dengan demikian, sistem hukuman tidak hanya bersifat menghukum, tetapi mendidik dan memberikan kesempatan bagi pelaku untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar.


Dengan pendekatan yang adil, transparan, dan penuh kasih sayang ini, Islam menjadikan negara sebagai pelindung dan penjamin bagi keselamatan serta kesejahteraan rakyat. Negara bertindak tidak hanya untuk menegakkan hukum, tetapi untuk memberikan ruang bagi masyarakat untuk berkembang dalam kedamaian dan kesejahteraan yang seimbang.


Pendidikan Islam berbasis akidah membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi memiliki kepribadian yang kokoh dan berlandaskan pada ajaran agama. Sistem pendidikan dalam Islam bertujuan untuk mendidik individu agar memahami hakikat penciptaan mereka, yaitu sebagai hamba Allah yang memiliki tujuan hidup yang jelas, beribadah kepada-Nya dan menjaga amanah yang diberikan.


Melalui pendidikan yang menyeluruh ini, generasi Islam diharapkan tidak hanya menjadi individu yang cerdas, tetapi memiliki kepribadian Islam yang tangguh. Kepribadian ini terbentuk dari kedalaman ilmu agama, pemahaman terhadap nilai-nilai moral Islam, serta keteguhan hati dalam menjalani hidup sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan oleh Allah.


Dengan demikian, pendidikan Islam berfungsi untuk mencetak generasi yang tidak hanya mampu menghindari perbuatan maksiat, tetapi berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang adil, sejahtera, dan penuh kedamaian.


Tegaknya tiga pilar mulai dari ketakwaan individu, kontrol masyarakat dan penerapan sistem sanksi oleh negara merupakan fondasi utama untuk menciptakan keamanan dalam masyarakat. Ketakwaan individu mendorong setiap orang untuk menjaga diri dari perbuatan maksiat dan kriminalitas dengan kesadaran bahwa setiap tindakan memiliki pertanggungjawaban di dunia dan akhirat. 


Sementara, kontrol masyarakat melalui prinsip amar makruf nahi mungkar (menyuruh yang baik dan mencegah yang buruk) memastikan solidaritas sosial dan mencegah perilaku menyimpang. Negara dengan penerapan sistem sanksi yang adil dan tegas berfungsi untuk memberi efek jera kepada pelaku kejahatan, sekaligus menjaga ketertiban hukum. Ketiga pilar ini saling melengkapi, menjadikan masyarakat lebih aman, tertib, dan terhindar dari kriminalitas.


Jika tiga pilar utama Islam ditegakkan, maka kriminalitas bisa ditekan secara signifikan, dan masyarakat bisa hidup dengan aman serta tenteram. Sudah saatnya kita mempertimbangkan kembali sistem yang kita jalani dan mencari solusi yang benar-benar mampu menyelesaikan permasalahan secara mendasar. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Kecelakaan Terulang Bukti Lemahnya Negara

Kecelakaan Terulang Bukti Lemahnya Negara

 


Dalam Islam, kecelakaan yang terjadi 

merupakan permasalahan yang harus diselesaikan tuntas oleh negara

______________________________


Penulis Siti Rahmawati 

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kecelakaan di jalan bebas hambatan atau tol kerap terjadi. Kecelakaan-kecelakaan tersebut melibatkan truk, bus, dan juga mobil pribadi.


Kecelakaan maut yang baru terjadi di Gerbang Tol Ciawi, Bogor, pada Selasa (04-02-2025) malam. Kecelakaan tersebut menewaskan 8 orang dan menyebabkan 11 orang lainnya mengalami luka berat dan ringan. Salah satu penyebab utama kecelakaan adalah rem blong. (kompas.com, 05-02-2025)


Kasus kecelakaan di tol ini kerap terjadi, berikut kecelakaan tol di beberapa bulan terakhir sebelum kecelakaan Tol Ciawi :


1. Tol Cipularang, kecelakaan beruntun terjadi di Km-92 jalan tol Cipularang pada Senin 11 November 2024, kecelakaan tersebut melibatkan 19 kendaraan yang sedang melaju dari arah Bandung menuju Jakarta.


2. Tol Depok-Antasari pada 12 Desember 2024 mobil Mitsubishi XForce ringsek tertimpa muatan besi baja dari truk usai kecelakaan. Berdasarkan video amatir, terlihat truk terguling sementara mobil putih berada di depannya dalam kondisi tertimpa besi baja.


3. Kecelakaan bus dan truk di Tol Pandaan-Malang terjadi pada 23 Desember 2024, mengakibatkan 4 orang tewas. Kronologi kecelakaan karena truk tidak kuat menanjak sehingga berhenti di bahu jalan. Dari belakang bus melaju dengan kecepatan tinggi, akibatnya benturan antara truk dan bus tidak terelakkan.


4. Kecelakaan beruntun terjadi di Km+200 pada Ahad 5 Januari 2025. Tabrakan beruntun yang melibatkan 5 kendaraan. Adapun penyebab diduga truk tidak kuat menanjak sehingga berjalan mundur menghantam kendaraan lain di belakangnya. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, namun terdapat 2 korban luka.


Dari kejadian kecelakaan di atas, harusnya ada edukasi pada masyarakat. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan, maka ini menjadi tugas seluruh pengendara untuk mengetahui apa saja aturan yang berlaku dalam berkendara.


Aman Berkendara


Ada beberapa faktor yang harus di perhatikan dalam berkendara di antaranya, kendaraan layak jalan adalah kendaraan yang memenuhi persyaratan-persyaratan teknis dan keselamatan, serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 


Syarat teknis dalam pengereman harus berfungsi dengan baik. Sistem penerangan dan syarat sesuai standar, kaca spion, klakson, dan alat keselamatan lainnya berfungsi dengan baik, emisi gas buang kendaraan bermotor memenuhi kebisingan suara kendaraan bermotor memenuhi ambang batas. Alat penunjuk kecepatan berfungsi dengan baik.


Syarat keselamatan yaitu kaca depan tidak mengganggu pandangan pengemudi. Tempat duduk pengemudi pun tidak boleh terhalang oleh penumpang atau barang muatan. Lampu penerangan berfungsi dengan baik, rem, ban tidak gundul dan kempes.


Adapun syarat perundang-undangan Kendaraan bermotor harus memenuhi aturan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.


Adapun berkendara harus aman, periksa kendaraan sebelum berkendara, perhatikan kesehatan diri sendiri sebelum berkendara. Gunakan helm saat mengendarai roda, gunakan sabuk pengaman saat berkendara mobil, dan perhatikan rambu-rambu lalu lintas saat berkendara.


Dalam berkendara tidak hanya individu yang harus berkewajiban untuk mengetahui aturan lalu lintas, tapi butuh juga peran negara yang berpengaruh besar dalam mengawasi atau memantau rakyatnya dalam berkendara.


Tugas Negara


Keselamatan rakyat dalam berkendara menjadi tugas negara. Banyak kebijakan yang dikeluarkan oleh negara untuk mengurusi rakyat dalam berkendara, tapi berbeda dengan kenyataan di lapangan. Contohnya, pemberian SIM terkadang didapatkan secara instan karena aturan untuk mendapatkan SIM pun sulit dengan uji kelayakan berbelit. Alhasil, tidak sedikit akhirnya memberikan uang pada aparat setempat.


Adanya pelanggaran lalu lintas banyak yang berakhir dengan uang damai untuk menyelesaikan kasus  pada aparat yang bertugas saat itu. Masih banyak kasus lain yang berakhir tidak sesuai dengan ketentuan aturan berkendara yang ada. Negara tidak memberikan secara jelas mengenai edukasi tentang berkendara, juga aturan berkenaan sanksi-sanksi yang berlaku, serta mengawasi kelayakan beroperasi pada perusahaan kendaraan.


Peran negara seakan lemah, dalam memfasilitasi pelayanan pun buruk. Banyak masalah dalam infrastruktur jalan, berupa jalan berlubang, bergelombang, minimnya penerangan sehingga menimbulkan berbagai kecelakaan berkendara juga pejalan kaki. Semua ini seharusnya menjadi tanggung jawab negara, namun sampai saat ini pelayanan tersebut belum optimal.


Sistem kapitalis yang diemban saat ini, menjadikan negara membuat aturan dan mengeluarkan kebijakan ketika sesuai dengan kepentingan penguasa, pengusaha aseng dan asing. Jadi, bukan untuk memberi keamanan dan keselamatan rakyatnya dalam pelayanan publik sebab dalam sistem ini, negara abai terhadap permasalahan yang sedang dihadapi rakyatnya.


Islam Menjamin Keselamatan 


Dalam Islam, kecelakaan yang terjadi merupakan permasalahan yang harus diselesaikan tuntas oleh negara. Seperti pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a. yang sangat memperhatikan rakyatnya, "Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad niscaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya, seraya ditanya, Mengapa tidak meratakan jalan untuknya?"


Kisah di atas menunjukkan bahwa seorang pemimpin punya tanggung jawab besar untuk mengurusi urusan rakyatnya, termasuk kecelakaan yang terjadi pada binatang. Negara pun berperan menyediakan kendaraan yang baik dengan tingkat keselamatan yang tinggi sehingga kelayakan moda kendaraan jenis apa pun akan terjamin keselamatannya.


Negara Islam akan memberikan sanksi tegas terhadap siapa pun yang melanggar aturan lalu lintas yang sudah ditetapkan negara. Negara pun akan membatasi jumlah kendaraan.


Dalam masalah jalan, termasuk pada pelayanan publik yang harus dibiayai secara penuh pembangunannya sehingga tidak ada jalan yang mengalami kerusakan. Ada peran aktif dari negara untuk mengawasi secara berkala dalam perbaikan jalan sehingga fasilitas yang ada bisa dimanfaatkan dengan layak dan aman.


Pembiayaan dalam pembangunan bisa diambil dari kas Baitulmal. Pemasukannya bisa digunakan untuk kepentingan umum, salah satunya pelayanan jalan yang baik. Negara pun akan selalu memberikan edukasi dan aturan dalam berkendara sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku. Kemudian akan terus mengawasi lembaga pemerintahan agar tidak terjadi kecurangan dalam transaksi apa pun.


Dalam negara Islam, moda kendaraan akan dibuat sesuai dengan standar operasional yang berlaku, akan mempermudah rakyat mengakses dan mendapatkan kendaraan yang berkualitas secara murah, aman, dan nyaman.


Khatimah


Hal ini bisa dirasakan jika hukum-hukum Islam diterapkan secara sempurna atau menyeluruh, bukan malah menerapkan hukum buatan manusia yaitu kapitalisme liberalisme yang setiap hukumnya tidak akan membawa kemaslahatan, bahkan membawa kerusakan pada rakyatnya. Wallahualam bissawab.

Indonesia Gela(ga)p

Indonesia Gela(ga)p

 



Indonesia gelap dengan aturan yang jauh dari nilai Tuhan

Ketika Tuhan dicampakkan dan hanya diletakkan dalam pelantikan


____________________


Penulis Hanif Kristianto

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, PUISI - Gelap bukanlah terang
Karena yang terang terasa benderang
Gelap di mata manusia yang mati penglihatannya
Tampak dunia tiada arti dan makna


Indonesia sudah terang oleh mentari di pagi hari

Atas kuasa Allah ultraviolet memberikan energi bermakna

Tinggal rakyat Indonesia mensyukuri nikmat dari Sang Kuasa

Rasa syukur teraplikasi dalam titik-titik kehidupan


Siapa yang menjadi pemimpin Indonesia

Dibuat gelagap dengan problematika yang sudah kusut

Dari perebutan kekuasaan yang saling mengancam

Dari politik yang dikotori demokrasi manipulasi


Pantas mahasiswa kini hadir sebagai penerang jalan

Mengusung tema besar Indonesia Gelap

Melihat masa depan yang begitu suram

Melihat rakyat yang sibuk berjoget dan berdendang


Indonesia gelap diimpit kapitalisme yang kalap

Ideologi jahat yang diemban penjahat

Memalak jutaan rakyat dengan isapan kasar

Ketimpangan distribusi kekayaan di luar nalar


Indonesia gelap dengan kebijakan yang tidak tepat

Rakyat tidak butuh makan siang gratis

Harusnya jaminan sandang, pangan, dan papan itu yang prioritas

Rasa aman dan nyaman itulah yang perlu digas


Indonesia gelap dengan aturan yang jauh dari nilai Tuhan

Ketika Tuhan dicampakkan dan hanya diletakkan dalam pelantikan

Ketika Tuhan hanya disebut agung dalam seremonial 

Maka Tuhan pun bergumam: "Ingatlah manusia itu lemah dan terbatas butuh aturan Yang Maha Tak Terbatas"


Indonesia gelap dengan wajah-wajah yang tak peduli urusan rakyat

Demi apa rakyat harus makan ulat dan belalang?

Sementara tanah luas Indonesia subur dan makmur terhampar

Sementara tanah Indonesia dijual dan obral kepada pemilik modal yang ganas


Indonesia gelagap

Compang-camping dalam pemerintahan yang menutupi noktah dosa

Dosa kepada Tuhan karena aturan-Nya ditiadakan

Dosa kepada rakyat karena semena-mena dan semaunya berkuasa


Indonesia gelagap

Rakyat megap-megap

Mulut ini hanya bisa mangap

Pantas saja gelap [Dara/MKC]

Kriminalitas Marak, Buah Sistem Hidup Rusak

Kriminalitas Marak, Buah Sistem Hidup Rusak



Lemahnya keimanan dan ketakwaan individu menjadi penyebab

seseorang dengan mudahnya menghilangkan nyawa manusia

________________________


Penulis Anis Nuraini

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Pria bernama Ismail (40 tahun), warga Kelurahan Selagit, Kabupaten Musi Rawas, ditangkap polisi setelah menganiaya ibu kandungnya berinisial SA (80 tahun). Kapolres Musi Rawas AKBP Andi Supriadi melalui Kasat Reskrim Iptu Ryan Tiantoro Putra mengatakan bahwa peristiwa penganiayaan itu berawal saat Ismail kesal karena kalah main judi online. Dikutip dari (kumparan.com, 08-02-2025)


Gagalnya Sistem Kapitalis Menjamin Rasa Aman 


Sungguh miris, kriminalitas makin marak di negeri ini dengan kadar kekerasan makin mengerikan. Pelaku adalah seorang anak yang ingin menghilangkan nyawa ibu kandungnya akibat kalah main judi online. Pelaku yang kesal awalnya membanting HP miliknya, lalu ia meminta uang kepada ibunya. Akan tetapi, karena tidak diberi membuat pelaku semakin emosi dengan membanting dan mencekik leher ibunya. 


Jaminan keamanan di era kapitalisme saat ini juga tidaklah terpenuhi. Tidak ada perlindungan oleh negara untuk menjamin keamanan rakyatnya. Masyarakat tidak mendapatkan rasa aman atas keselamatan hidupnya dan negara pun gagal menjaga nyawa manusia. Kehilangan nyawa manusia seolah tidak lagi berharga. Ibaratnya, terbunuh seorang manusia seperti terbunuhnya seekor nyamuk.

 

Lemahnya keimanan dan ketakwaan individu menjadi penyebabnya sehingga seseorang dengan mudahnya menghilangkan nyawa manusia. Semua itu menunjukkan dampak penerapan sistem hidup yang rusak, yaitu kapitalisme pada semua bidang kehidupan. Baik ekonomi, sosial pergaulan, pendidikan sekuler, media yang serba bebas, dan lain-lain. Karena sistem ini dibuat oleh manusia yang lemah dan terbatas sehingga tidak akan mengatasi kasus kriminalitas yang terjadi.


Hal ini menunjukkan bahwa sistem sekuler kapitalisme makin mandul. Pelaku kriminalitas bisa berkeliaran dengan bebas memangsa harta dan nyawa para korbanya. Sanksi yang diberlakukan oleh negara pun tidak menjerakan. Bagi sang pelaku, hanya sekadar dipenjara. Itu pun paling lama lima belas tahun saja. Belum lagi ditambah masa potongan hari raya, bahkan bisa beraksi lagi selepas di penjara sehingga membuat kejahatan dan kriminalitas terus meningkat dan tidak bisa diberantas. 


Islam Mewujudkan Keamanan 


Islam menjadikan negara sebagai pelindung dan penjamin keamanan rakyat. Negara akan menutup pintu kriminalitas dengan menjamin kesejahteraan rakyat, keamanan, dan penerapan sistem sanksi ditegakkan dengan adil, serta bersifat jawabir (penebus dosa pelaku) dan zawajir (pencegah orang lain berbuat yang serupa). 


Sistem pendidikan Islam juga akan mencetak generasi yang memahami hakikat penciptaan sebagai seorang manusia dan memiliki kepribadian Islam, pola pikir (aqliah) dan sikap (nafsiah) sesuai Islam sehingga menjaga dirinya dari perbuatan maksiat dan kriminal.


Dengan tegaknya tiga pilar, akan mencegah kriminal. Pertama, mulai dari ketakwaan individu, menjalankan perintah dan menjauhi larangannya, yang taat pada aturan Allah Swt. sehingga akan mencegah pada perbuatan kemaksiatan. 


Kedua, kontrol masyarakat Islam memiliki budaya amar makruf nahi mungkar. Saling menasihati dalam kebaikan dan mencegah kemaksiatan yang akan membuat sikap peduli terhadap masyarakat lainya agar tidak terjerumus pada kemaksiatan.


Penerapan sistem sanksi yang membuat efek jera terhadap pelaku oleh negara akan menjamin terwujudnya keamanan pada masyarakat. Sanksi bagi pelaku kriminal tidak selalu penjara. Pelaku pembunuhan dan penganiayaan akan dijatuhkan hukuman kisas, hukum yang setimpal dengan apa yang dilakukanya. 


Seperti firman Allah Swt.,


"Wahai orang -orang yang beriman diwajibkan kepadamu (melaksanakan) kisas dalam perkara pembunuhan, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hambanya, wanita dengan wanita." (QS. Al-Baqarah: 178)


Atau yang melakukan penganiayan akan dikenakan kisas, seperti firman Allah Swt.,


"Dan Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (juga harus dibalas) dengan kisas." (QS. Al-Maidah: 45)


Ketiga, dalam Islam, negara wajib menjaga masyarakat dari kemungkinan berbuat dosa dan kejahatan. Yaitu dengan menegakkan aturan-aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Negara wajib menjamin setiap kebutuhan warganya. Saat semua kebutuhan pokok warga terpenuhi, maka mereka tidak akan terdorong untuk melakukan berbagai tindak kejahatan.


Hanya syariat Islam yang mampu mewujudkan rasa aman bagi rakyat, mengatasi kriminalitas dengan penerapan sistem sanksi yang adil dan tegas. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]

Pajak dalam Sistem Kapitalisme: "Antara Kewajiban dan Eksploitasi"

Pajak dalam Sistem Kapitalisme: "Antara Kewajiban dan Eksploitasi"

 


Dalam sistem demokrasi yang menerapkan ekonomi kapitalis

pajak adalah sumber pendapatan utama negara

_________________________


Penulis Rukmini

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ratusan kendaraan bermotor ditangkap dalam operasi gabungan (Opsgab). Dari 254 kendaraan yang ditangkap, 98 di antaranya mobil dan 156 sepeda motor yang masih menunggak pajak.


Menurut Dedi Taufik Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Jawa Barat sebagian besar kendaraan yang ditangkap memiliki tunggakan pajak. Beliau juga menjelaskan bahwa operasi ini bertujuan untuk mengurangi jumlah kendaraan yang tidak terdaftar ulang dan memiliki tunggakan pajak. 


Dalam operasi tersebut, pemilik kendaraan yang ditangkap diberikan pemahaman tentang pentingnya membayar pajak kendaraan secara tepat waktu. Tujuan utama operasi ini adalah untuk mengurangi jumlah kendaraan yang belum melakukan daftar ulang (KBMDU) dan kendaraan yang sudah lama tidak melakukan daftar ulang (KTMDU).


Operasi ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah dan akan dilakukan secara bertahap di berbagai wilayah dengan harapan dapat meningkatkan penerimaan pajak daerah yang nantinya akan digunakan untuk pembiayaan program-program pembangunan daerah. (iNews Bandung Raya, 07-02-2025)


Pajak, Sumber Pendapatan Pemerintahan Demokrasi Kapitalis 


Sistem demokrasi kapitalisme yang diterapkan saat ini memiliki kelemahan yang signifikan. Salah satunya adalah kebijakan pajak yang tidak adil dan membebani rakyat kecil. Meskipun pemerintah mengeklaim bahwa pajak digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, namun kenyataannya tidak demikian. 


Rakyat kecil sudah terbebani dengan berbagai jenis pajak, seperti pajak kendaraan bermotor, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan, iuran BPJS, dan tabungan perumahan. Sementara itu, pemerintah memberikan kemudahan pajak kepada para konglomerat melalui tax amnesty dan tax holiday.


Kebijakan ini menimbulkan ketidakadilan dan memperburuk kondisi ekonomi rakyat kecil. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap kebijakan pajak yang ada dan mencari solusi untuk membuat sistem pajak yang lebih adil dan berkeadilan. Pemerintah harus lebih memperhatikan kepentingan rakyat dan tidak hanya memikirkan kepentingan para konglomerat.


Jika pemerintah benar-benar ingin memperbaiki nasib rakyat, maka seharusnya mereka menghapus semua beban pajak yang membebani rakyat. Namun, realitasnya berbeda. Dalam sistem demokrasi yang menerapkan ekonomi kapitalis, pajak adalah sumber pendapatan utama negara.


Pemerintah akan terus meningkatkan pendapatan negara melalui pajak. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terjadi kenaikan pajak setiap tahun dan penambahan jenis barang yang dikenai pajak. Pejabat dalam sistem saat ini sulit untuk memosisikan diri sebagai pelindung dan pengayom rakyat. Konsep kedaulatan rakyat hanya omong kosong belaka. Buktinya, ketika rakyat mengajukan petisi untuk memprotes kenaikan PPN, petisi tersebut tidak ditanggapi secara serius dan diabaikan begitu saja.


Konsep kedaulatan rakyat hanya sebuah teori yang tidak berlaku dalam praktiknya. Aksi protes rakyat terhadap kenaikan pajak sering kali diabaikan dan tidak dianggap. Rakyat dianggap sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi kapan saja untuk memenuhi kepentingan penguasa. Suara rakyat hanya didengarkan ketika penguasa membutuhkan dukungan mereka, seperti saat pemilu dan pilkada. Selebihnya, penguasa tidak peduli dengan kepentingan rakyat dan hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri.


Penguasa populis otoritarian membuat kebijakan yang seolah-olah untuk kepentingan rakyat, tetapi sebenarnya hanya untuk memperkaya diri mereka sendiri. Mereka membuat kebijakan yang memeras rakyat melalui berbagai cara, termasuk pajak.


Pajak adalah pungutan yang diambil oleh negara dari rakyat secara terus-menerus dan memaksa. Dalam sistem demokrasi kapitalisme, pajak dijadikan sebagai sumber utama pemasukan negara. Hal ini karena sistem demokrasi tidak mengenal konsep halal dan haram sehingga kebijakan yang dibuat hanya berdasarkan kepentingan penguasa. 


Pajak Haram dalam Islam


Sungguh, kebijakan memungut pajak ini telah menimbulkan kezaliman terhadap rakyat. Dalam Islam, pajak dianggap haram dan tidak sesuai dengan nilai-nilai keadilan. Rasulullah saw. bersabda, "Tidak akan masuk surga pemungut pajak." (HR. Abu Dawud)


Oleh karena itu, sudah seharusnya kebijakan ini ditinggalkan dan digantikan dengan sistem yang lebih adil dan berkeadilan.


Dalam Islam, penguasa diharapkan menjadi raa'in dan junnah yang bertakwa, mencintai dan dicintai oleh rakyatnya. Penguasa juga harus memudahkan urusan rakyatnya, bukan mempersulitnya dengan berbagai iuran pajak. Dengan demikian, keadilan dan kesejahteraan rakyat dapat terwujud.


Dalam sistem Islam, penguasa atau pejabat memiliki peran sebagai penggembala (raa'in) yang menjaga dan memelihara urusan rakyatnya. Mereka bertanggung jawab memastikan bahwa semua rakyat terpenuhi kebutuhan pokoknya sehingga mereka dapat menikmati kesejahteraan.


Penguasa dalam sistem Islam tidak akan membebani rakyat dengan berbagai pungutan pajak yang memberatkan. Mereka tidak akan menaikkan besaran pajak secara sewenang-wenang. Sebaliknya, negara memiliki Baitulmal atau kas negara yang dikelola untuk membiayai kebutuhan masyarakat.


Pemasukan Baitulmal berasal dari sumber-sumber yang sah, seperti fai, kharaj, harta kepemilikan umum, dan zakat. Semua pemasukan ini akan dikelola dengan transparan dan adil untuk memastikan kesejahteraan rakyat.


Dalam Islam, aturan yang adil dan transparan dapat menjauhkan penguasa dari perbuatan zalim yang menyengsarakan rakyat, seperti pungutan pajak yang memberatkan. Contoh nyata dari kepemimpinan yang adil dan peduli terhadap rakyat dapat dilihat dari sosok Rasulullah dan para khalifah setelahnya.


Umar bin Khattab misalnya, merupakan sosok pemimpin yang sangat memperhatikan kebutuhan rakyatnya. Kisahnya yang terkenal adalah saat beliau melakukan patroli malam dan menemukan seorang ibu yang memasak batu karena tidak memiliki makanan. Dengan cepat, Umar mengambil gandum dari Baitulmal, memasaknya sendiri, dan menghidangkan makanan itu kepada ibu dan anak-anaknya yang kelaparan.


Inilah contoh ideal dari seorang penguasa yang peduli dan adil. Apakah kita masih ragu untuk menerima kepemimpinan Islam yang membawa keberkahan? Atau masih berharap pada penguasa yang menerapkan aturan yang menyengsarakan? Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]

#KaburAjaDulu: Mencari Harapan di Tengah Keterpurukan

#KaburAjaDulu: Mencari Harapan di Tengah Keterpurukan

 



Salahkah kalau generasi muda merasa nggak punya harapan di negeri sendiri

dan ingin mencari kehidupan lebih baik di luar negeri? 

___________________________


Penulis Hanny N

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dari Kompas.com (05-02-2025), tagar #KaburAjaDulu belakangan ini ramai diserukan warganet melalui media sosial, termasuk di X atau Twitter. Jika tagar #KaburAjaDulu dilihat di X, media sosial itu akan memunculkan unggahan warganet terkait kesempatan studi atau bekerja di luar negeri untuk "kabur" dari Indonesia.


Lewat #KaburAjaDulu, warganet berbagi informasi seputar lowongan kerja, beasiswa, les bahasa, serta pengalaman berkarier dan kisah hidup di luar negeri. Banyak anak muda yang bercanda atau mungkin serius ingin kabur ke luar negeri. Entah buat kuliah, kerja, atau sekadar cari hidup yang lebih baik. Fenomena ini sebenarnya bukan sekadar tren digital biasa, tapi gambaran dari kekecewaan generasi terhadap kondisi dalam negeri.


Satu sisi, sosial media memperlihatkan kehidupan di negara maju yang terlihat jauh lebih menjanjikan. Sementara di sisi lain, realitas di dalam negeri justru penuh dengan kesulitan pendidikan mahal dan kualitasnya rendah, lapangan kerja susah didapat, gaji kecil, harga kebutuhan pokok melambung. Tidak heran kalau banyak yang mulai berpikir untuk “kabur” dan mencari kehidupan yang lebih layak di negeri orang.


Fenomena Brain Drain dan Kesenjangan Ekonomi Global


Sebenarnya tren anak muda ingin hijrah ke luar negeri bukan sesuatu yang baru. Dalam ekonomi global, ini dikenal dengan istilah brain drain yaitu migrasi besar-besaran tenaga terampil dari negara berkembang ke negara maju. Indonesia sendiri sudah lama mengalami fenomena ini.


Bayangkan banyak mahasiswa berprestasi yang akhirnya memilih menetap di luar negeri setelah mendapat beasiswa dari negara-negara maju. Para pekerja, baik yang profesional maupun tenaga kasar, lebih memilih merantau ke negeri orang karena di sana mereka bisa mendapatkan gaji berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan di Indonesia.


Hal ini diperparah dengan kebijakan dalam negeri yang tidak bisa memberikan kepastian kesejahteraan bagi rakyatnya. Lapangan kerja minim, ekonomi sulit, harga-harga naik, sementara kebijakan pemerintah cenderung lebih memihak investor dan korporasi besar.


Yang paling ironis, negara maju terus mendapatkan manfaat dari masuknya tenaga kerja terampil, sementara negara berkembang kehilangan sumber daya manusianya. Kesenjangan ekonomi antara negara kaya dan miskin makin lebar, menciptakan sistem yang tidak adil dan timpang secara global.


Kapitalisme, Biang Keladi yang Bikin Generasi Ingin Kabur


Kalau kita telusuri lebih dalam, semua masalah ini berakar pada sistem ekonomi kapitalisme yang diadopsi negeri ini. Sistem ini cuma menguntungkan segelintir orang dan menjadikan rakyat sebagai objek eksploitasi. Kekayaan alam yang seharusnya bisa menyejahterakan rakyat malah dikuasai oleh swasta dan asing. Kebijakan negara lebih fokus pada pertumbuhan ekonomi berbasis investasi, bukan kesejahteraan rakyat.


Kapitalisme juga menciptakan persaingan kerja yang tidak sehat. Alih-alih memastikan setiap orang mendapatkan pekerjaan yang layak, sistem ini justru membebankan rakyat untuk bertahan hidup sendiri di tengah persaingan global. Negara cuma berperan sebagai regulator yang memastikan investor betah, bukan sebagai penyedia kesejahteraan bagi warganya.


Lalu, kalau begini terus, salahkah kalau generasi muda merasa nggak punya harapan di negeri sendiri dan ingin mencari kehidupan lebih baik di luar negeri? Bukankah ini cerminan nyata dari kegagalan sistem yang diterapkan di negeri ini?


Islam: Solusi Nyata untuk Mewujudkan Kesejahteraan


Sebagai seorang muslim, kita tentu perlu mencari solusi yang hakiki, bukan hanya sekadar mengikuti arus tren. Islam sebagai sistem kehidupan punya jawaban atas permasalahan ini. Islam tidak hanya memberikan tuntunan moral, tetapi sistem ekonomi dan pemerintahan yang menjamin kesejahteraan rakyatnya.


Dalam sistem Islam, negara wajib menjamin kebutuhan dasar setiap individu, menyediakan lapangan kerja, serta mengelola sumber daya alam untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir elite.


1. Negara Wajib Menyediakan Lapangan Kerja


Dalam Islam, negara bertanggung jawab penuh dalam memastikan laki-laki balig memiliki pekerjaan. Negara tidak boleh lepas tangan dan menyerahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar seperti dalam kapitalisme. Pemerintah akan membuka lapangan kerja di berbagai sektor, mulai dari pertanian, perdagangan, industri, hingga jasa. Alhasil, rakyat tidak perlu mencari nafkah di negeri orang.


2. Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Rakyat


Islam mengajarkan bahwa kekayaan alam adalah milik bersama dan harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat, bukan untuk dijual ke swasta atau asing. Dengan begitu, hasil dari sumber daya alam bisa digunakan untuk kesejahteraan masyarakat, misalnya dengan menyediakan pendidikan gratis, layanan kesehatan berkualitas, serta infrastruktur yang memadai.


3. Pendidikan yang Mencetak SDM Unggul


Berbeda dengan sistem pendidikan kapitalisme yang lebih berorientasi pada penciptaan tenaga kerja murah bagi korporasi, sistem pendidikan dalam Islam dirancang untuk mencetak SDM yang berkualitas, beriman, dan siap membangun peradaban. Pendidikan bukan sekadar alat untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi sebagai bagian dari tanggung jawab negara dalam membangun generasi yang kuat dan mandiri.


4. Kehidupan yang Adil dan Sejahtera


Islam menjamin kehidupan yang adil dan sejahtera bagi seluruh rakyat, tanpa membedakan kaya atau miskin. Tidak ada kesenjangan ekonomi yang tajam seperti dalam kapitalisme. Setiap individu berhak mendapatkan akses yang sama terhadap kebutuhan dasar, baik itu pendidikan, kesehatan, maupun kesejahteraan ekonomi.


Sistem Islam: Jalan Menuju Kehidupan yang Lebih Baik


Kalau kita benar-benar ingin keluar dari lingkaran kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan sistem yang ada saat ini, maka solusinya bukan sekadar “kabur” ke luar negeri, tetapi berjuang untuk menegakkan sistem yang benar, yaitu Islam.


Hanya dalam sistem Islam setiap individu akan mendapatkan haknya secara adil, pendidikan berkualitas akan diberikan kepada seluruh rakyat, dan negara akan bertanggung jawab penuh dalam menciptakan kesejahteraan. Bukan rakyat yang dipaksa bertahan hidup sendiri, tetapi negara yang wajib memastikan kesejahteraan mereka.


Daripada sibuk ikut tren #KaburAjaDulu, mengapa kita tidak fokus untuk memperjuangkan sistem yang benar agar tidak ada lagi generasi yang merasa ingin kabur dari negerinya sendiri?


Inilah saatnya kita berpikir lebih jauh, bahwa solusi nyata bukanlah melarikan diri, tetapi memperjuangkan perubahan hakiki. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

#KaburAjaDulu: Cerminan Kekecewaan Generasi dalam Bayang-Bayang Kesenjangan Ekonomi Global

#KaburAjaDulu: Cerminan Kekecewaan Generasi dalam Bayang-Bayang Kesenjangan Ekonomi Global




Dalam konteks globalisasi dan liberalisasi ekonomi

kesenjangan antara negara maju dan berkembang semakin melebar

_________________________


Penulis Nahmawati 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi 



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Tagar #KaburAjaDulu ramai diperbincangkan di media sosial, khususnya di platform X (Twitter).


Disinyalir ini merupakan kegelisahan anak muda terhadap kondisi sosial dan ekonomi di dalam negeri. Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan cerminan dari ketidakpuasan generasi muda terhadap sistem yang dianggap tidak memberi cukup ruang untuk berkembang.


Seorang warganet lewat akun Threads, menganalisis lebih banyak pengguna tagar #KaburAjaDulu ingin pindah Singapura, Amsterdam, Tokyo, Berlin, dan Dubai. Dari data Direktoral Jenderal Imigrasi Kemenkumham menunjukkan sebanyak 3.912 WNI Usia 25-35 tahun memilih menjadi warga negara Singapura pada 2019 hingga 2022.


Sementara itu, laporan Kompas.id (4-12-2024) menyebutkan bahwa lebih dari 100.000 orang mengikuti acara Study and Work Abroad Festival pada Juli-Agustus 2024, yang memberikan informasi terkait beasiswa luar negeri. (Kompas.com, 05-02-2025)


#KaburAjaDulu Akibat Mahalnya Pendidikan dan Sulitnya Pekerjaan


Melalui #KaburAjaDulu, warganet berbagi informasi seputar lowongan kerja, beasiswa, les bahasa, serta pengalaman berkarier dan kisah hidup di luar negeri. Banyaknya unggahan mengenai pengalaman mereka yang telah berhasil menempuh pendidikan dan berkarier di luar negeri menciptakan perspektif bahwa "kabur" adalah pilihan rasional. Dalam konteks ini, mudah dipahami mengapa banyak anak muda melihat peluang lebih baik di luar negeri daripada bertahan di dalam negeri dengan segala keterbatasannya.


Hal ini menciptakan paradoks. Di satu sisi, individu mendapatkan kesempatan yang lebih baik, tetapi di sisi lain negara asal kehilangan sumber daya manusia yang seharusnya menjadi penggerak pembangunan. Dalam konteks globalisasi dan liberalisasi ekonomi, kesenjangan antara negara maju dan berkembang semakin melebar, memperburuk ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan.


Kemunculan tagar #KaburAjaDulu tidak lepas dari isu brain drain yang telah lama terjadi di Indonesia yakni sejak tahun 1960-an. Brain drain atau human capital flight merupakan fenomena ketika orang pintar dan berbakat dengan profesi seperti dokter, ilmuwan hingga insinyur memilih untuk bekerja di luar negeri. Dengan alasan mencari keuntungan yang lebih tinggi di negara lain, standar dan kehidupan yang lebih baik karena belum bisa didapatkan di negaranya sendiri. (Beautynesia, 05-02-2025)


Salah satu faktor utama yang mendorong keinginan "kabur" adalah kualitas pendidikan yang dianggap masih jauh dari ideal. Ketimpangan sistem pendidikan antara negara berkembang dan maju semakin terlihat jelas, terutama dengan banyaknya program beasiswa yang ditawarkan oleh institusi pendidikan di luar negeri. Bagi banyak orang, kesempatan ini menjadi satu-satunya jalan keluar untuk mendapatkan akses pendidikan berkualitas yang tidak bisa mereka temukan di dalam negeri.


Selain itu, masalah ketenagakerjaan juga menjadi pemicu utama. Lapangan kerja yang terbatas, gaji yang tidak sebanding dengan biaya hidup, serta minimnya kesempatan untuk berkembang di dalam negeri mendorong banyak orang untuk mencari peluang di luar negeri. Banyak negara maju yang menawarkan pekerjaan dengan gaji lebih tinggi, baik bagi tenaga kerja terampil maupun pekerja kasar. Dengan perbedaan kesejahteraan yang mencolok, keputusan untuk "kabur" menjadi semakin masuk akal bagi banyak individu.


Pemerintah dan pemangku kebijakan perlu melihat fenomena ini sebagai peringatan serius. Jika negara tidak segera berbenah dalam menyediakan pendidikan berkualitas, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, maka gelombang #KaburAjaDulu akan semakin besar. Reformasi dalam sektor pendidikan dan ekonomi menjadi kunci untuk membalikkan tren ini agar generasi muda merasa memiliki masa depan di negeri sendiri, tanpa harus mencari harapan di tempat lain.


Pemerintah perlu melihat fenomena ini sebagai alarm peringatan bahwa ada yang salah dalam kebijakan ekonomi dan kesejahteraan di dalam negeri. Diperlukan reformasi kebijakan yang serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan, memperluas lapangan pekerjaan dengan gaji yang kompetitif, serta menciptakan ekosistem yang mendukung anak bangsa untuk berkembang tanpa harus "kabur" ke luar negeri. Jika tidak segera ditangani, fenomena #KaburAjaDulu dapat berdampak panjang terhadap pembangunan bangsa dan semakin memperparah ketimpangan global.


Sebagai solusi, pemerintah perlu memperkuat investasi di bidang pendidikan, memberikan insentif bagi tenaga kerja berkualitas untuk tetap bekerja di dalam negeri, serta mendorong inovasi dan kewirausahaan sebagai motor pertumbuhan ekonomi. Tanpa langkah konkret, bukan tidak mungkin tren ini akan terus berlanjut dan negara kita akan semakin tertinggal dalam persaingan global.


Cara Islam Menyediakan Pendidikan Berkualitas dan Menciptakan Lapangan Pekerjaan


Islam mewajibkan negara membangun kesejahteraan rakyat, dan mewajibkan negara memenuhi kebutuhan asasi setiap warga negara individu per individu. Ada banyak mekanisme yang harus dilakukan negara termasuk diwajibkan menyediakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki baligh. Baik di sektor pertanian, perdagangan, industri, dan jasa dengan pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang Allah limpahkan kepada kaum muslimin untuk memastikan kesejahteraan dan kemakmuran yang merata.


Selain lapangan pekerjaan, pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun peradaban yang kuat dan berdaya saing. Dalam negara Islam, pendidikan tidak hanya bertujuan mencetak individu yang berilmu, tetapi juga membangun generasi yang beriman, bertakwa, serta memiliki visi membangun negara. Dengan strategi pendidikan yang komprehensif dan berbasis nilai-nilai Islam, akan mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan siap menghadapi tantangan zaman.


Dalam sejarah peradaban Islam, penerapan syariat telah terbukti memberikan keadilan, kesejahteraan, dan perlindungan bagi seluruh rakyatnya, baik muslim maupun nonmuslim. Dunia akan merasakan rahmat yang mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga stabilitas sosial dan politik.


Dengan demikian, penerapan syariat bukan hanya membawa manfaat bagi umat Islam, tetapi juga bagi seluruh manusia dan alam semesta. Sistem Islam yang diterapkan akan menciptakan dunia yang lebih adil, sejahtera, dan harmonis di bawah naungan hukum Allah.


Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam kembali memahami dan memperjuangkan penerapan syariat Islam secara kafah sebagai solusi atas permasalahan global yang dihadapi saat ini. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]