Alt Title
Kerusakan Sumber Daya Alam Akibat Kapitalisme

Kerusakan Sumber Daya Alam Akibat Kapitalisme




Eksploitasi SDA bisa mengakibatkan deforestasi 

yang berdampak pada kerusakan lingkungan, kehilangan biodiversitas, dan masalah sosial

______________________________


Penulis Ummi Qyu

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Komunitas Rindu Surga


KUNTUMCAHAYA.com, OPlNl- Belum lama ini, publik dihebohkan terkait penambangan besar-besaran di Raja Ampat yang dianggap merusak alam dan ekologi. Beberapa aktivis pun angkat bicara terkait hal ini, di antaranya para aktivis Papua dan Greenpeace Indonesia, mereka menyampaikan protes terhadap pertambangan nikel dan melakukan aksi “Save Raja Ampat”  pada saat acara Indonesia Critical Mineral Conference & Expo 2025 di Jakarta, hari Selasa (03-06-2025). 


Acara tersebut dihadiri banyak peserta, termasuk dari luar negri. Mereka memprotes dan mengajak publik untuk meningkatkan kesadaran dan  menolak rencana pertambangan nikel di Raja Ampat 'Si surga terakhir di bumi'. Karena dampak buruk pertambangan dan hilirisasi nikel dapat merusak kelestarian alam juga laut.


Dari data yang didapat, Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) mencatat, ada sekitar 380 Izin Usaha  Pertambangan (IUP) Nikel dengan total luasnya 983.300,48 hektar di berbagai wilayah Indonesia. Kondisi yang demikian, alih-alih menyejahterakan masyarakat, yang ada justru menimbulkan kerusakan alam bahkan angka kemiskinan masyarakat terus meningkat. Dari 26 negara yang diteliti, pertambangan nikel di Indonesia adalah yang paling tinggi, puncaknya dimulai pada periode 2010-2014 mencapai 58.2% deforestasi (penggundulan hutan) dan terus berlanjut hingga hari ini, akibatnya banyak hutan tropis Indonesia yang rusak. (kompas.com,13-9-2022)


Kerusakan Alam Akibat Kapitalisme


Nikel adalah salah satu hasil tambang yang komoditasnya sedang diburu pasar global untuk baterai kendaraan listrik. Maka dari itu di mana ada wilayah yang banyak mengandung hasil tambang nikel maka akan diburu dan dikuasai oleh individu atau sekelompok orang yang ingin mendapatkan keuntungan secara ekonomi. Tidak lagi memedulikan dampak dari eksploitasi alam yang mereka buat  salah satunya adalah deforestasi (penggundulan hutan). Ribuan hektar tanah pun diambil alih oleh korporasi raksasa untuk dijadikan perkebunan sawit dan tebu. 


Dampak deforestasi adalah kerusakan lingkungan seperti pencemaran udara dan air oleh industri, perubahan iklim akibat pembakaran bahan bakar fosil, eksploitasi berlebihan terhadap lahan, laut dan keanekaragaman hayati. Lebih dari itu, aktivitas eksploitasi ini juga dapat menimbulkan krisis iklim global.


Selain itu, menyebabkan hilangnya biodiversitas karena banyak spesies yang bergantung pada hutan dan dapat punah akibat deforestasi. Serta berdampak sosial bagi masyarakat adat dan komunitas lokal yang bergantung pada hutan masyarakat bisa kehilangan mata pencahariannya.


Semua itu terjadi karena tidak adanya pengamanan dan penjagaan dari negara untuk melindungi aset dan keselamatan rakyat. Karena penguasa dalam sistem kapitalis saat ini lebih berperan sebagai  regulator dan fasilitator untuk kepentingan pemilik modal.


Dengan mudahnya pemerintah mengizinkan berbagai penambangan oleh korporasi termasuk daerah konservasi dengan dalih demi investasi dan pertumbuhan ekonomi. Maka apa pun itu baik hutan lindung, laut hingga hak masyarakat adat, kerap dikorbankan padahal dengan menyerahkan sumber daya alam milik rakyat ini kepada mereka sama saja dengan menjual negri ini.


lnilah gambaran kerusakan alam, akibat eksploitasi SDA sebagai konsekuensi penerapan sistem kapitalisme. Pengelolaan sumber daya alam oleh pihak swasta dan asing akibat dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme makin menambah jelas hilangnya fungsi negara dalam menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan rakyatnya. 


Padahal Allah Swt. telah mengingatkan dalam firman-Nya:


“Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena ulah tangan manusia. (Dengan itu) Allah bermaksud menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS. Ar-Rum [30]: 41)


Dari sini tampak kejelasannya, bahwa pelaku utama kerusakan alam adalah ulah tangan manusia terkhusus para oligarki kapitalis dan didukung oknum para penguasa yang tidak amanah.


Pengelolaan SDA dalam Islam 


Islam memandang bahwasanya alam adalah amanah dari Allah Swt. yang harus dijaga. Oleh karenanya manusia tidak boleh merusaknya dengan alasan apa pun sebagaimana yang terjadi saat ini. Jika kita cermati, berbagai kerusakan ekologi yang terjadi adalah akibat dari kesalahan konsep kepemilikan SDA, tambang termasuk salah satu sumber daya strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak, maka dalam Islam SDA tersebut termasuk milik umum (milkiyyah ammah) yang wajib dikuasai dan dikelola oleh negara untuk kesejahteraan rakyat. Haram hukumnya jika dimiliki oleh swasta apalagi asing atau diprivatisasi.


Nabi Muhammad saw., bersabda yang artinya: “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara: air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad) 


Maksud dari hadis di atas adalah bahwa semua  sumber daya alam yaitu, air, padang rumput, termasuk hutan dan api yang  menyangkut hidup orang banyak, wajib dikelola oleh negara yang hasilnya akan masuk ke baitulmal dan disalurkan untuk  kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.  


Oleh karena itu, tidak ada sistem lain selain Islam yang mampu mengelola SDA. Negara akan mengelola sesuai dengan tuntunan syariah Islam, semata-mata untuk kesejahteraan rakyat tanpa merusak ekologinya, termasuk dalam hal penambangan.


Dalam sistem Islam, kepala negara adalah raa'in (pengurus rakyat). Maka, negara bertanggung jawab penuh atas kepemilikan umum demi kemaslahatan umat. Negara juga tidak boleh bermitra bisnis dengan korporasi tambang. Akan tetapi, justru negaralah yang harus  mengelolanya, dan hasilnya akan diserahkan ke Baitulmal untuk pelayanan publik bukan untuk investor apalagi elite politik. 


Dengan pengelolaan seperti ini, niscaya ekologi akan terlindungi dan masyarakat akan sejahtera, tidak seperti dalam sistem kapitalis. Oleh karena itu, sudah saatnya kita meninggalkan sistem kufur ini dan kembali ke sistem Islam secara menyeluruh. Wallahualam bissawab. [Luth/MKC]

Anak Sejahtera Jika Syariat Islam Diterapkan

Anak Sejahtera Jika Syariat Islam Diterapkan



Kalau dihitung entah sudah berapa banyak anak di negeri ini

mengalami nasib perantaraan, pelecehan, kekerasan, baik kekerasan secara fisik maupun mentalnya.

________________________


Penulis Tinah Asri

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah (Pegiat Literasi)


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI -Seorang anak perempuan berusia 7 tahun berinisial MK ditemukan oleh petugas keamanan Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Rabu 11 Juni 2025 dalam keadaaan lemas, dan meringkuk di atas kardus. Melihat hal tersebut, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) langsung membawa anak tersebut  ke puskesmas terdekat guna menjalani perawatan. 


Dikutip dari (detikNews.com, 16-06-2025) Asep salah satu pemilik toko Pasar Kebayoran mengatakan, selain kondisi tubuhnya yang lemas juga terdapat sejumlah luka seperti, lebam, luka bakar di wajah, serta tulang pundak yang menonjol.


Awalnya warga mengira hanya numpang tidur saja. Namun, sampai pagi bocah masih terbaring dengan posisi yang sama. MK mengaku sebelumnya diajak naik kereta api oleh ayah kandungnya, kemudian ia ditinggalkan begitu saja dalam kondisi kelaparan.


Dari keterangan Direktur PPA-PPO Bareskrim Polri Brigjen Nurul Azizah, anak tersebut masih dalam perawatan rumah sakit Polri dan dalam kondisi stabil. Pihak kepolisian bersama dinas terkait akan terus melakukan pendampingan, dan memastikan proses hukum tetap berjalan. Namun, untuk saat ini yang paling penting adalah keamanan dan pemulihan kesehatan korban.


Sekularisme Menghilangkan Rasa Kasih Sayang


Jika dicermati kasus kekerasan terhadap anak, penganiayaan, penelantaran dari hari ke hari makin meningkat. Kasus serupa pun terjadi di Mataram Nusa Tenggara Barat, seorang anak perempuan berumur 13 tahun sengaja dijual oleh kakak perempuannya kepada om-om pengusaha kaya sampai dia hamil dan melahirkan. Miris memang, kalau dihitung entah sudah berapa banyak anak di negeri ini yang mengalami nasib sama, menjadi korban penelantaran, pelecehan, kekerasan, baik kekerasan secara fisik maupun mentalnya. 


Sistem sekuler atau memisahkan agama dari kehidupan yang diterapkan di negeri ini telah berhasil menjadikan manusia layaknya seekor binatang, bahkan bisa lebih kejam dari binatang. Perasaan kasih dan sayang seorang ayah, ibu, kakak, dan adik terhadap keluarganya kini lenyap begitu saja. Semangat mencari nafkah berganti dengan keluh kesah, beban berat, mencari cara bagaimana bisa lepas dari tanggungjawab yang terus menekankannya. 


Allah Swt., telah menjelaskan bahwa kewajiban bagi seorang ayah sebagai kepala rumah tangga adalah melindungi anak dan keluarganya, selain mencari nafkah untuk mereka. Allah Swt. akan menghitung setiap tetes keringat yang dikeluarkan oleh seorang ayah, jika disertai niat yang ikhlas menjalankan kewajibannya karena perintah Allah taala. Setiap suapan yang masuk ke dalam mulut anak dan istrinya dianggap sebagai sedekah yang akan diganti dengan imbalan pahala dan surga.


Rasulullah saw. bersabda: "Sungguh apa yang kamu nafkahkan untuk keluargamu itu adalah sedekah, walaupun itu hanya sesuap makanan yang kamu suapkan ke mulut istrimu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Anak Dianggap Beban


Sayangnya, dalam sistem kapitalis-sekuler manusia tidak lagi takut dengan dosa dan azab dari Allah Swt. sebagai Sang Maha Pencipta sekaligus Maha Pengatur. Manusia hanya takut kalau tidak bisa makan, akhirnya anak dianggap sebagai beban, bukan lagi anugerah dan amanah yang diberikan oleh Allah Swt. untuk dijaga demi keberlangsungan hidup manusia. 


Dalam situasi yang sulit seperti saat ini khususnya dalam aspek ekonomi, tidak sedikit seorang suami atau ayah yang putus asa, menyalahkan keadaan, kemudian lari dari kenyataan. Bahkan, ada yang tega menyiksa buah hatinya kemudian membuang dengan meninggalkannya begitu saja. Nauzubillahi min dzalik.


Di sisi lain, pemerintah pun seolah menutup mata, menganggap persoalan rumah tangga hanyalah urusan individu semata. Para penguasa lupa jika tugas dan kewajibannya adalah untuk mengurusi urusan umat. Mereka lebih disibukan mencari celah, melihat proyek apa saja yang bisa mengalirkan dana ke kantong-kantong pribadinya. Sedangkan para istri sibuk ngonten, pamer (flexing) barang-barang mewah, hingga jalan-jalan ke luar negeri dengan pesawat jet pribadi.


Islam Menjamin Anak Sejahtera 


Sebenarnya Islam hadir dengan aturan yang sempurna tak terkecuali aturan yang mengatur masalah dalam rumah tangga. Aturan (sistem) Islam menempatkan perempuan dan anak-anak dalam posisi yang mulia, sehingga negara berkewajiban untuk melindungi dan menjamin terpenuhi semua kebutuhannya. Caranya, menjadikan tanggung jawab penafkahan istri dan anak-anak berada di pundak laki-laki atau para suami.


Negara Khil4fah pun tidak akan tinggal diam, membiarkan para laki-laki kesusahan dalam mencari pekerjaan. Sebaliknya, negara wajib menyediakan lapangan kerja, berbagai pelatihan, memberi fasilitas bagi rakyat untuk mengembangkan bakat dan berkreasi sesuai dengan apa yang diminati sebab fungsi negara adalah mengurusi urusan rakyat baik dari aspek ekonomi, sosial budaya, politik, kesehatan, keamanan. Negara wajib memberikan sanksi bagi para pelanggar syariat, termasuk jika ada seorang ayah atau suami yang dengan sengaja melalaikan kewajibannya, apalagi menyiksa dan menelantarkan anaknya. 


Memang, ada kondisi tertentu seorang suami tidak bisa melaksanakan kewajibannya mencari nafkah untuk keluarga. Misalnya, dia sakit, miskin, atau bisa saja karena kehilangan akal sehatnya. Maka, kewajiban itu akan dilimpahkan kepada ahli warisnya. Ahli waris dimaksud di sini bukan hanya orang yang ada hubungan darah, tetapi orang yang berhak mendapatkan waris, termasuk kerabat lainnya. 


Jika tidak ada ahli waris, maka negara akan mengambil alih tanggung jawab tersebut melalui santunan yang diambil dari Baitulmal. Jika Baitulmal kosong, maka tanggung jawab dialihkan kepada seluruh kaum muslim. Artinya, negara akan memungut pajak sementara dari kaum muslim yang mempunyai kelebihan harta sampai Baitulmal tercukupi semua kebutuhannya. 


Inilah kondisi yang menggambarkan jika negara menerapkan syariat Islam sebab Islam diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengatur urusan manusia. Aturan Islam menyeluruh dan sempurna, bukan hanya mengatur individu saja, tetapi juga urusan bernegara.


Sejarah telah membuktikan bahwa hanya negara yang menerapkan syariat Islamlah yang mampu mewujudkan kesejahteraan untuk rakyatnya. Oleh karena itu, umat Islam harus bangkit, terus berjuang sekuat tenaga mewujudkan tegaknya kembali negara Islam yakni Khil4fah Rasyidah ala minhajjinnubuwwah. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]

Nasionalisme dan Negara Bangsa: Pagar Besi Penghalang Persatuan

Nasionalisme dan Negara Bangsa: Pagar Besi Penghalang Persatuan



Nasionalisme menjadikan umat Islam terperangkap

dalam batas-batas imajiner buatan penjajah


_________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Di tengah genosida yang terjadi di G4za, dunia kembali diguncang oleh aksi Global March to G4za (GMTG). Gelombang aksi solidaritas internasional yang diikuti oleh aktivis dari berbagai negara sebagai bentuk protes terhadap blokade dan penjajahan Zion*s Isra*l.


Aksi ini menunjukkan kemarahan umat yang sangat besar karena diamnya penguasa dan lembaga-lembaga internasional atas genosida di P4lestina. Ribuan orang mewakili lintas etnis, benua, dan profesi menempuh jarak ribuan kilometer demi menjadi representasi moral dan kemanusiaan.


Namun, di tengah semangat solidaritas ini, mereka harus menelan pil pahit karena puluhan aktivis GMTG yang hendak masuk ke Jalur Gaza melalui gerbang Rafah, satu-satunya pintu masuk yang tidak dikendalikan langsung oleh Isra*l ditolak oleh otoritas Mesir. Dengan dalih tidak mengantongi izin.


Pemerintah Mesir mendeportasi lebih dari 30 aktivis di hotel dan Bandara Internasional Kairo (kompas.tv, 12-06-2025). Sungguh ironis, negara yang mayoritas muslim dan secara geografis bertetangga langsung dengan G4za, melakukan tindakan semacam ini. Apa yang membuat saudara sesama muslim tega menutup akses terhadap aksi kemanusiaan?


Nasionalisme Membunuh Solidaritas


Nasionalisme adalah suatu paham kebangsaan yang menempatkan loyalitas tertinggi kepada bangsa. Benar atau salah, ia akan membela bangsanya. Dalam konteks persatuan umat Islam, nasionalisme berarti pengkotakan identitas menjadi Indonesia, Mesir, Suriah sehingga memutus ikatan akidah yang seharusnya menjadi ikatan utama.


Nasionalisme tidak dapat dipisahkan dari sekularisme kapitalis yang melahirkan sistem negara bangsa (nations tate). Hal ini bermula pasca runtuhnya Khil4fah Utsmaniah pada tahun 1924, Inggris sebagai pemenang perang dunia I membagi wilayah kekhilafahan menjadi puluhan negara bangsa yang berdiri atas dasar nasionalisme.


Penjajah menciptakan batas-batas teritorial, memasang penguasa boneka, dan menanamkan tsaqafah asing nasionalis sekuler ke dalam kurikulum pendidikan sehingga lahir generasi muda muslim dengan identitas baru. Mereka lebih bangga menjadi warga negara daripada menjadi bagian dari satu umat.


Dalam kasus GMTG, nasionalisme bekerja secara efektif sebagai pagar besi yang menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan. Pemerintah Mesir lebih memilih loyal pada kepentingan geopolitik dan tekanan Amerika Serikat daripada membuka gerbang perbatasan agar bantuan kemanusiaan bisa masuk.


Tentara muslim yang sebenarnya mampu menyerang tentara Isra*l justru berdiri sebagai penjaga perbatasan negara seolah-olah G4za adalah orang asing dari negara lain. Seorang perawat non-Islam asal Inggris bahkan bersimpuh di hadapan tentara muslim sambil memohon dan menangis agar dibukakan jalur menuju G4za.


Inilah konsekuensi dari paham nasionalisme yang telah mengakar kuat dalam tubuh kaum muslimin. Paham ini bukan hanya memisahkan antar wilayah tapi juga antara hati dan tanggung jawab. Penguasa dibuat lebih takut kehilangan legitimasi di hadapan negara adidaya daripada kehilangan rida Allah.


Nasionalisme menjadikan umat Islam terperangkap dalam batas-batas imaginer buatan penjajah. Padahal, musuh umat Islam satu–penjajah Zion*s Isra*l. Namun, karena nasionalisme umat tidak mampu merespons dengan satu kekuatan kolektif.


Solusi Hakiki: Sistem Politik Islam


Nasionalisme dan negara bangsa adalah penghalang terbesar dalam perjuangan pembebasan P4lestina. Nasionalisme telah membunuh solidaritas atas dasar akidah, membentengi kekuasaan, dan mengaburkan tujuan yang sebenarnya, kebangkitan umat. Realitas ini seharusnya membuka mata umat Islam bahwa masalah P4lestina bukan semata isu kemanusiaan, tetapi isu politik yang melibatkan entitas negara adidaya.


Tidak akan ada penyelesaian sejati selama umat Islam masih terjebak dalam kerangka negara bangsa yang diwariskan penjajah. Oleh karena itu, solusi hakiki hanya dapat diwujudkan melalui perubahan sistemik, yaitu dengan mencabut akar ideologi sekuler-nasionalis, kemudian menggantinya dengan sistem politik Islam yang mempersatukan umat di bawah satu kepemimpinan global.


Daulah bukan sekadar sistem pemerintahan, tetapi institusi yang dibangun atas dasar akidah Islam yang menjadikan syariat sebagai hukum dan umat sebagai satu kesatuan. Dalam kerangka Daulah, G4za bukan wilayah asing, tetapi bagian dari tubuh umat yang wajib dibela.


Dari sudut pandang mana pun, khususnya geopolitik, solusi Daulah adalah solusi yang paling logis. Umat Islam harus memiliki kesadaran penuh bahwa musuh terbesar mereka adalah entitas politik berupa negara adidaya yang mendukung entitas pelaku genosida. Umat membutuhkan Daulah sebagai negara tandingan untuk melawan Zion*s dan sekutunya.


Militer negara-negara muslim yang saat ini diam atau bahkan memblokade G4za akan menjadi satu kekuatan yang digerakkan oleh Daulah untuk menghapus penjajahan. Potensi ini sangat realistis, mengingat dunia Islam memiliki jutaan tentara aktif, sumber daya alam yang melimpah, dan posisi geopolitik yang strategis.


Sudah saatnya umat Islam berhenti berharap pada para penguasa boneka, lembaga internasional, dan solusi yang bersifat pragmatis. Umat Islam harus bangkit dari belenggu kaum kafir penjajah.


Saatnya, kita kembali kepada Islam sebagai ideologi yang paripurna, yang mampu memberikan solusi tuntas untuk pembebasan P4lestina. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


Ida

G4za Perang Dua Ideologi Dunia

G4za Perang Dua Ideologi Dunia



Perang di G4za telah membuka mata dunia, 

tentang segala kebohongan yang selama ini dipropagandakan Amerika terhadap Islam

_______________________


Penulis Anastasia, S.Pd.

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Timur Tengah merupakan wilayah yang eksotis bagi Barat yang meliputi sumber daya alam dan sejarah yang melahirkan peradaban dunia. Timur Tengah, termasuk wilayah P4lestina adalah tanah leluhur para Nabi, hingga detik ini menjadi pusat konflik perang di antara dua ideologi. Sebenarnya, Timur Tengah adalah sebutan yang dicetus oleh Barat untuk membagi wilayah Islam. Timur Tengah merupakan sebuah produk politik kolonialisme yang dipelopori oleh Inggris Raya. Untuk memecah kekuasaan Turki Utsmani, menurut kepentingan kolonialisme. 


Secara garis besarnya, dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Timur Dekat dan Timur Jauh. Timur Dekat merupakan negara-negara Balkan, termasuk Turki. Sementara Timur Jauh adalah negara-negara Asia hingga Samudera Pasifik, seperti Tiongkok dan Jepang. Setelah itu, Timur Tengah diciptakan oleh Inggris untuk menjadi semacam wilayah bantalan atau buffer zone antara perbatasan Asia dan Afrika. Bernard Lewis dalam tulisannya The Middle East and the West, memaparkan bahwa hal ini sengaja dibuat oleh Inggris untuk memudahkan penjajahan. (Pinterpolitik.com, 24-07-2024)


Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, pada masa kejayaannya, Inggris adalah negara terkuat dari sisi angkatan laut yang mampu memonopoli lautan. Timur Tengah termasuk wilayah seperti Mesir, Irak, dan negara-negara di Teluk Persia, memiliki nilai strategis. Wilayah tersebut dijadikan pangkalan-pangkalan angkatan laut dan stasiun penambangan batu bara. Begitu sangat dibutuhkan untuk kapal-kapal Inggris yang berlayar antara Eropa, Asia, dan Afrika. 


Istilah “Timur Tengah” membantu Inggris untuk mengategorikan wilayah-wilayah yang potensial untuk dijadikan kawasan eksploitasi. Istilah ini memberikan pengelompokan yang memudahkan kolonialisme, yaitu menggabungkan bersama daerah-daerah yang strategis dalam geopolitik dan ekonomi. Tentu istilah inilah yang akan membantu mengeksploitasi dan manajemen sumber daya alam. Namun, setelah pudarnya kekuasan Inggris, warisan kekayaan Timur Tengah jatuh di bawah kekuasaan Amerika Serikat. 


Dalam perkembangannya, Amerika menjadi negara kapitalisme yang haus akan kekayaan. Timur Tengah adalah wilayah yang merepresentatifkan keinginan kolonialisme mereka sehingga cara pandang Amerika terhadap Timur Tengah terkait masalah-masalah Islam dan bahayanya bagi Barat. Entitas Yahudi menjadi garis terdepan dalam pertahanan Barat. 


Dengan demikian, inti dari masalah Timur Tengah adalah terkait Islam, letak strategis, penjajah, Yahudi, dan minyak. Di fase perang G4za inilah, menjadi titik konflik peradaban dunia yang telah mewakili semua kepentingan Amerika. Dari awal sejarah perjalanan umat manusia, semua berawal dari tanah P4lestina, dari kisah para Nabi yang mengemban risalah Allah Swt., hingga akhirnya perang G4za. Perang dua ideologi, antara Isra*l yang didukung oleh Amerika dan G4za yang mempertahankan Islam. 


Pemimpin Negeri Islam, Boneka Barat 


Negara kafir, khususnya Amerika dan Isra*l sangat membenci Islam dan khawatir akan adanya kebangkitan Islam yang dapat mempersatukan kekuatan di kawasan Timur Tengah. Kawasan Timur Tengah, tentu sangat dekat dengan sejarah Islam. Romansa tersebut sangat mudah untuk perasaan keimanan dan membangkitkan kembali kejayaan Islam. 


Islam adalah ancaman bagi hegemoni Amerika dan Isra*l. Mereka memahami Islam akan bangkit mengubur mimpi kolonialisme. Oleh kerena itu, mereka menjadikan pemimpin-pemimpin kaum muslim menjadi antek mereka yang bekerja untuk kepentingan mereka. G4za adalah kondisi yang menggambarkan keadaan pemimpin umat Islam yang lebih mencintai dunia. Hati mereka sudah dikunci oleh Amerika dan Isra*l.


Perbatasan Rafah adalah bukti nyata matinya hati nurani pemimpin umat Islam. Mereka dengan rela royal terhadap penjajah dan membiarkan penduduk G4za mati kelaparan. Nasib Isra*l dan Amerika sesungguhnya berada di ujung tanduk. Mereka memahami betul kekuatan mereka tidak sebanding dengan kekuatan Islam.


Namun, Amerika telah mengambil para pemimpin boneka dan menjadikan mereka berkuasa di negaranya. Menciptakan pengaruh dan loyalitas mereka terhadap penjajah. Dengan kekuasaan inilah, Amerika mencoba menghentikan segala kebangkitan Islam. Mereka mengangkat pemimpin boneka dan menerapkan sistem kapitalis yang diharapkan mampu menghilangkan aturan Islam dari kehidupan. 


G4za dan Kesadaran Kebangkitan Islam 


Begitulah, Timur Tengah akan selalu menarik bagi Amerika atau pun Isra*l sebab Islam yang lahir di Timur Tengah adalah ancaman bagi Amerika dan sekutunya. Perang di G4za telah membuka mata dunia, tentang segala kebohongan yang selama ini dipropagandakan Amerika terhadap Islam. Di antara kesabaran dan penderitaan rakyat P4lestina, telah menciptakan gelombang kemarahan bagi dunia. 


Genosida di G4za yang sudah berlangsung lebih dari setahun ini, menciptakan simpati yang luar biasa. Bagaimana pun kondisinya, G4za telah mempersatukan umat manusia, melihat keimanan mereka yang begitu luar biasa sehingga menghancurkan persepsi buruk Barat terhadap Islam. 


G4za telah menciptakan kesadaran dunia untuk bisa memahami Islam dari kaca mata sejarah yang sesungguhnya. Bahwa Islam adalah agama yang benar yang dibawa oleh kakek para Nabi, yaitu Ibrahim as, yang lahir dari tanah P4lestina. Genosida di G4za adalah titik sentral benturan perang ideologi yang sesungguhnya, antara kapitalisme dan Islam. 


Kapitalisme yang dipimpin oleh Amerika dan sekutunya, sedangkan Islam saat ini tidak diemban oleh negara mana pun. Namun, potensi kebangkitan Islam sangatlah besar. Pasalnya, P4lestina adalah wilayah yang sangat kondusif untuk melahirkan gerakan-gerakan perlawanan yang dilatarbelakangi oleh ideologi Islam. Tentu hal demikian adalah cikal bakal kebangkitan Islam yang dijanjikan oleh Allah Swt..


Genosida di G4za adalah pembuka kebangkitan dan kesadaran dunia terhadap kebenaran Islam, yang selama ini ditutupi oleh Amerika dan sekutunya. Pada akhirnya, Amerika dan sekutunya akan mengalami kekalahan karena Allah telah menjanjikan kemenangan bagi umat Islam seperti firman Allah Swt., yang berbunyi: 


يُرِيۡدُوۡنَ اَنۡ يُّطۡفِــُٔــوۡا نُوۡرَ اللّٰهِ بِاَ فۡوَاهِهِمۡ وَيَاۡبَى اللّٰهُ اِلَّاۤ اَنۡ يُّتِمَّ نُوۡرَهٗ وَلَوۡ كَرِهَ الۡـكٰفِرُوۡ


Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai. (QS. At-Taubah : 23)


Wallahualam bissawab. [Eva/MKC]


Nasionalisme dan Negara Bangsa Menghalangi Perjuangan Membebaskan P4lestina

Nasionalisme dan Negara Bangsa Menghalangi Perjuangan Membebaskan P4lestina



Apa yang terjadi di P4lestina saat ini bukanlah sekadar isu kemanusiaan

melainkan konflik politik global yang menuntut solusi politik pula

______________


Penulis Sri Wulandari 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Hingga saat ini, penderitaan yang dialami rakyat G4za belum menunjukkan tanda akan berakhir. Setiap hari, dunia menyaksikan penyerangan brutal yang dilakukan oleh penjajah Zion*s Isra*l.


Anak-anak syahid dalam pelukan ibu mereka, bangunan runtuh tak tersisa, rasa aman berubah menjadi mimpi yang jauh dari kenyataan. Dunia internasional bersuara, tetapi tak didengar. Sementara, penguasa negeri-negeri muslim justru hanya terpaku pada pernyataan dan kecaman, tanpa aksi nyata.


Kondisi ini menyentuh hati ribuan manusia, sehingga membuat para aktivis dari berbagai negara menggelar aksi yang menuai banyak sorotan publik yaitu gerakan Global March To G4za (GMTA). Hadirnya gerakan Global March To G4za (GMTA) bukan hanya bentuk solidaritas kemanusiaan global terhadap penderitaan rakyat G4za, tetapi juga bentuk dari kegagalan lembaga-lembaga internasional dan penguasa saat ini, terutama dari negeri-negeri muslim.


Mereka datang dari berbagai negara seperti Maroko, Eropa, Asia, Libya, Amerika, Tunisia, termasuk Indonesia. Mereka berlatar belakang pensiunan, jurnalis, perawat, dokter, pegiat HAM, termasuk anak-anak muda biasa yang ingin berbuat sesuatu yang lebih dari kata-kata, mereka tak tahan lagi melihat berita dari G4za. Gelombang nuranilah yang menuntun langkah mereka.


Aksi yang dilakukan oleh puluhan aktivis ini, meski dipenuhi semangat dan pengorbanan, justru memperlihatkan bahwa kekuatan moral tanpa dukungan politik yang kuat dan tegas akan selalu dihadang oleh tembok kekuasaan yang dibangun atas dasar kepentingan nasionalistik dan konsep negara bangsa. Gerakan Global March to G4za yang berlangsung dari Al-Arish menuju Gerbang Rafah menjadi sorotan dunia internasional sebagai bentuk estafet nurani kolektif yang menolak diam atas krisis kemanusiaan di P4lestina.


Namun, kenyataannya Pemerintah Mesir dilaporkan mendeportasi 30 lebih aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Isra*l di Jalur G4za. Penyelenggara Global March To G4za melaporkan kurang lebih 170 peserta ditahan dan diusir ketika berada di Kairo. Dikutip kompas.com (17-06-2025)


Kenyataan pahit bahwa para aktivis ditahan dan diusir di gerbang Rafah oleh otoritas Mesir, negeri yang dikenal mayoritas penduduknya muslim, menyingkap tabir bahwa nasionalisme dan konsep negara bangsa telah menjelma menjadi alat penjajahan baru. Pintu Rafah, yang seharusnya menjadi jalan masuk bantuan dan dukungan ke G4za, malah berubah menjadi simbol nyata pengkhianatan terhadap ukhuwah Islamiah karena tunduk pada kepentingan geopolitik dan tekanan dari kekuatan adidaya, seperti Amerika Serikat.


Paham nasionalisme yang ditanamkan setelah keruntuhan Khil4fah Utsmaniah telah memecah belah dunia Islam menjadi negara-negara kecil yang masing-masing menjaga batas wilayah dan kekuasaan sendiri. Ikatan kebangsaan lebih dikedepankan daripada ikatan akidah sehingga penderitaan umat di satu bagian dunia Islam tidak lagi dirasakan sebagai bagian dari penderitaan sendiri. Inilah warisan kolonial yang berhasil menghancurkan satu-satunya kepemimpinan politik Islam yang dahulu mampu menjadi perisai bagi kaum muslim.


Nasionalisme telah mematikan hati nurani para penguasa negeri-negeri muslim kepada rakyat muslim itu sendiri. Jiwa nasionalisme mereka telah tertanam di hati mereka. Bahkan mereka lebih taat kepada batas-batas imajiner yang diciptakan penjajah daripada ikatan akidah dengan saudara seiman.


Bahkan, mereka tanpa berpikir panjang membantu kepentingan Amerika dan Isra*l demi legitimasi kekuasaan semu mereka. Tentara-tentara yang seharusnya membela kehormatan dan darah umat Islam justru menjaga perbatasan dan mengusir saudara-saudaranya yang ingin membela G4za.


Persoalan ini seharusnya umat Islam sadar bahwa hal yang dialami P4lestina saat ini bukanlah sekadar isu kemanusiaan, melainkan konflik politik global yang menuntut solusi politik pula. Jadi, segala upaya penyelesaian yang terbatas pada aspek diplomasi atau bantuan kemanusiaan akan selalu terbentur oleh tembok legalitas negara bangsa yang telah dikuasai oleh sistem kapitalisme global.


Umat Islam harus tahu bahwa hanya dengan menghapus batas-batas negara buatan ini dan menyatukan kembali kaum muslim di bawah satu kepemimpinan politik Islam—Khil4fah—maka perjuangan membebaskan P4lestina akan menemukan arah dan kekuatan sejatinya.


Maka, untuk menyelesaikan persoalan P4lestina umat Islam harus membuang nasionalisme dan menggantinya lagi dengan spirit ukhuwah Islamiah. Karena Islam menetapkan sesama muslim adalah saudara yang diibaratkan satu tubuh, harus saling peduli, menyayangi, dan berempati.


Dari An-Nu’man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:


"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Muslim No 4685)


Umat beserta penguasa negeri-negeri muslim tidak boleh lagi diam dengan kondisi P4lestina yang makin memburuk, basa-basi atau hanya membantu atas nama kemanusiaan. Akan tetapi, harus dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh umat Islam. Karena sesungguhnya umat Islam sudah memiliki semua potensi, baik dari SDA maupun SDM. Tinggal disatukan dalam satu kepemimpinan global, yakni kembalinya kekhilafahan Islamiah. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]

Sekat Nasionalisme Membunuh Nurani P4lestina Terus Dizalimi

Sekat Nasionalisme Membunuh Nurani P4lestina Terus Dizalimi



Inilah penyebab utama mengapa konflik P4lestina tak pernah selesai

Karena tidak ada lagi institusi kekhilafahan yang bisa mengerahkan seluruh potensi umat

___________________


Penulis Nur Hasanah, S.Kom

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Islam


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pecahnya suara takbir, doa, dan isak tangis di jalan-jalan kota dunia dari Asia hingga Eropa adalah ekspresi nyata dari satu hati umat Islam yaitu, kemarahan dan kesedihan atas tragedi kemanusiaan yang menimpa G4za. Global March To G4za (GMTA) adalah salah satu gerakan yang mencerminkan hal ini. Gerakan global lintas negara ini menjadi bentuk nyata solidaritas umat dari berbagai penjuru dunia yang tidak tahan lagi melihat pembantaian atas rakyat P4lestina. (Kompas.tv, 12-06-2025)


Namun, ketika iring-iringan kemanusiaan ini tertahan di perbatasan Rafah, lalu dicegah untuk masuk membawa bantuan bagi warga yang sedang sekarat di Gaza. Satu realitas pahit kembali tersingkap, ‘tidak ada harapan pada lembaga-lembaga internasional maupun penguasa negeri-negeri muslim saat ini’.


Gerakan kemanusiaan seperti apa pun bentuk dan skalanya, pada akhirnya tetap dibenturkan dengan tembok besar yang lebih kuat dari baja, yaitu nasionalisme dan konsep negara bangsa yang telah menjerat umat ini sejak runtuhnya Khil4fah Islam.


Nasionalisme Tembok Besar yang Menyekat Umat


Nasionalisme telah ditanamkan di tengah umat Islam sejak abad ke-19 oleh penjajah Barat. Sejak saat itu, kesatuan umat berdasarkan akidah Islam dihancurkan. Diganti dengan kesetiaan kepada batas-batas geografis buatan kolonial. Dari satu umat menjadi 50 lebih negara-negara kecil. Masing-masing dengan identitas nasionalnya sendiri (nation state). Konsep negara bangsa inilah yang menjelma menjadi tembok pemisah umat Islam.


Apa akibatnya? Ketika saudara mereka dibantai di P4lestina, para pemimpin negeri-negeri muslim tidak bisa bertindak atas nama persaudaraan Islam. Mereka hanya bisa bersikap atas nama kepentingan nasional semata. Bahkan banyak di antara mereka yang secara sadar ikut menjaga batas negara dan kepentingan penjajah daripada membela darah dan kehormatan saudara seiman mereka. Sungguh miris dan menyakitkan sekaligus mengkhianati akidah Islam.


Tertahannya GMTA di Rafah bukan hanya persoalan teknis atau izin. Itu adalah bukti nyata bahwa nasionalisme telah memupus rasa kemanusiaan dan mengalahkan semangat keimanan. Ketika G4za dibombardir yang dijaga justru perbatasan Mesir dan keamanan Isra*l. Ketika anak-anak mati kehausan dan kelaparan, bantuan malah dicegat dan dikembalikan. Lebih menyedihkan lagi, tentara-tentara muslim menjadi pagar pengaman bagi penjajah, bukan perisai bagi rakyat tertindas.


Nasionalisme Racun Pemikiran dan Sejarah Hitam Umat


Dalam Islam, nasionalisme adalah paham yang bertentangan dengan akidah Islam. Islam datang untuk menyatukan umat berdasarkan iman, bukan berdasarkan suku, bangsa, atau batas geografis. Nasionalisme justru mendorong umat membatasi loyalitasnya hanya pada satu bangsa, satu wilayah, dan satu bendera, yang semuanya adalah produk buatan manusia, bukan wahyu Allah.


Secara historis, nasionalisme telah menjadi alat efektif musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Khil4fah Utsmaniah. Gerakan nasionalisme Arab, nasionalisme Turki, dan gerakan separatis lainnya yang didukung oleh Inggris dan Prancis pada awal abad ke-20 berhasil meruntuhkan institusi pemersatu umat, yaitu Khil4fah. Sejak itu, dunia Islam terpecah belah menjadi negara-negara kecil yang mudah dijajah, dikendalikan, dan dipermainkan oleh kekuatan adidaya dunia.


Inilah penyebab utama mengapa konflik P4lestina tak pernah selesai karena tidak ada lagi institusi kekhilafahan yang bisa mengerahkan seluruh potensi umat, baik militer, ekonomi, maupun diplomasi untuk menghentikan kezaliman Zion*s. Kini yang tersisa hanyalah negara-negara lemah dengan penguasa yang lebih takut kepada Amerika daripada kepada Allah Swt..


Arah Pergerakan Umat Harus Bersifat Politik


Saat ini umat Islam tidak boleh lagi terjebak dalam solusi-solusi jangka pendek dan bersifat emosional. Aksi-aksi kemanusiaan memang baik, tetapi tidak akan pernah menyelesaikan akar masalah. GMTA telah menunjukkan bahwa bahkan gerakan global sekalipun tidak bisa menembus dinding nasionalisme dan negara bangsa yang melindungi eksistensi Zion*s Isra*l.


Arah perjuangan umat Islam seharusnya bersifat politik, bukan sekadar kemanusiaan. Fokus utama umat adalah membongkar sekat-sekat negara bangsa dan menyatukan umat dalam satu kepemimpinan Islam global, yaitu Khil4fah. Hanya dengan kembalinya Khil4fah, umat Islam akan kembali memiliki pelindung, penolong, dan pemimpin yang akan mengerahkan kekuatan untuk membebaskan P4lestina dan seluruh negeri yang dijajah.


"Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu adalah perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya." (HR. Muslim)


Hadis ini menegaskan bahwa kepemimpinan Islam (Khil4fah) adalah pelindung umat, bukan hanya dalam urusan spiritual, tetapi juga politik, militer, dan kemanusiaan sehingga umat tidak bercerai-berai. Tanpa khalifah, umat tak mampu menghadapi musuh.


Wajib Mendukung Gerakan Politik Ideologis


Umat Islam harus mulai mendukung dan bergabung dengan gerakan politik ideologis yang berjuang secara konsisten menegakkan Khil4fah Islamiah. Gerakan ini tidak mengenal sekat nasionalisme, tidak tunduk pada sistem kapitalis, dan tidak berhenti pada seruan emosional. Mereka menawarkan solusi politik Islam yang berlandaskan syariat dan sejarah umat.


Mereka juga menyadarkan umat bahwa satu-satunya solusi yang benar-benar tuntas untuk membebaskan P4lestina adalah dengan menghancurkan eksistensi zion*s melalui kekuatan politik dan militer dari sebuah Daulah Islam. Bukan melalui lembaga internasional yang bias dan tidak berpihak. Bukan pula melalui perjanjian damai palsu yang hanya menguntungkan penjajah.


Pilihan Kita, Diam atau Bergerak


Realitas di G4za hari ini adalah cermin bagi umat Islam sedunia. Apakah kita akan terus membiarkan saudara-saudara kita ditindas di balik dinding nasionalisme dan negara bangsa? Ataukah kita akan mulai bergerak secara politik untuk menghancurkan sistem yang menghalangi pertolongan sejati?


Kita tidak boleh lagi berharap pada para penguasa yang menjaga batas-batas nasional buatan kolonial. Kita tidak boleh bergantung pada organisasi internasional yang berpura-pura netral. Kita hanya bisa berharap kepada kekuatan umat yang bergerak dengan akidah, visi politik Islam, dan kesadaran sejarah yang benar.


Nasionalisme dan negara bangsa bukan alat pemersatu, tapi belenggu yang memisahkan kita dari saudara kita. P4lestina tidak akan bebas selama umat ini masih terpecah. Mari kita satukan kembali kekuatan politik umat Islam dan tegakkan kembali perisai kita yaitu, Khil4fah Islamiah. Wallahualam bissawab. [Eva/MKC]

Antara Surga Terakhir di Bumi dan Tambang Nikel

Antara Surga Terakhir di Bumi dan Tambang Nikel



Dalam kapitalisme bebas seseorang menguasai SDA

Sebagaimana aktivitas tambang nikel di Raja Ampat yang dikuasai oleh beberapa perusahaan


_________________________


Penulis Wina Widiana

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Surga terakhir di bumi. Itulah julukan bagi Raja Ampat yang ada di Papua Barat Daya. Raja Ampat mulai mencuat beritanya ketika ramai tagar "Save Raja Ampat" di berbagai platform medsos karena adanya aktivitas penambangan yang merusak lingkungan. 


Apalagi Raja Ampat dikenal dunia sebagai tempat destinasi wisata yang luar biasa dengan keanekaragaman hayati yang indah dan banyaknya spesies kehidupan laut yang paling lengkap. Namun siapa sangka, semua keindahan di Raja Ampat mulai rusak karena ada aktivitas tambang nikel di sana.


Kementerian Lingkungan Hidup Hanif Faisal Nurofiq mengatakan bahwa ia menemukan banyak pelanggaran serius terkait aktivitas penambangan nikel di Raja Ampat. Dikutip tirto.id (07-06-2025) di antaranya PT Mulia Raymond Perkasa yang tidak memiliki dokumen lingkungan dan PPKH (Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan) dalam aktivitas tambangnya di Pulau Batang Bele, PT Kawei Sejahtera Mining terbukti membuka tambang di luar izin lingkungan dan di luar kawasan PPKH mencapai 5 hektare di Pulau Kawe.


Lalu PT Anugerah Surya Pratama melakukan pertambangan di Pulau Madura seluas 746 hektare tanpa adanya sistem manajemen lingkungan dan pengelolaan air limbah larian. Kemudian PT Gag Nikel beroperasi di Pulau Gag sekitar -+6.030,53 hektare yang tergolong pulau kecil dan itu bertentangan dengan UU No.1 tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.


Raja Ampat terus menjadi sorotan publik yang akhirnya muncul keputusan presiden untuk menghentikan aktivitas pertambangan nikel  yang merusak lingkungan. Bapak Presiden RI Prabowo Subianto memutuskan untuk mencabut 4 dari 5 IUP (Izin Usaha Pertambangan) yang beroperasi di Raja Ampat, yaitu PT Mulia Raymond Perkasa, PT Kawei Sejahtera Mining, PT Anugerah Surya Pratama, dan PT Nurham.


Adapun untuk PT Gag Nikel tetap dipertahankan setelah menteri ESDM Bahlil Lahadalia melakukan evaluasi menyeluruh terhadap aspek lingkungan dan teknis tidak menemukan pelanggaran padahal jelas bertentangan dengan undang-undang. Begitulah ketika aturan datang dari manusia bisa berubah-ubah sekehendaknya.


Pertambangan nikel di Raja Ampat juga berpotensi sangat kuat menimbulkan adanya pelanggaran HAM terutama di bidang lingkungan hidup. Sebagaimana dalam keterangan tertulis ketua Komnas HAM Anis Hidayah bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan dijamin konstitusi untuk mendapatkan hak atas lingkungan hidup yang sehat. (cnnindonesia.com, 14-06-2025)


Aktivitas penambangan nikel tersebut banyak menimbulkan kerusakan di lingkungan sekitar mulai gundulnya hutan yang menjadi tempat hidupnya hewan yang dilindungi, merusak ekosistem laut, juga masyarakat adat di sana yang mulai terganggu kehidupannya.


Inilah yang menjadi bentuk nyata kerusakan kapitalisme yang jelas melanggar aturan, tetapi tetap berjalan. Sekalipun sekarang ada keputusan presiden mencabut IUP, tetapi kita tidak tahu bisa jadi beberapa waktu ke depan aktivitas tambang tersebut dilanjutkan. Seperti PT Gag yang jelas melanggar UU malah di pertahankan karena yang dicari dalam kapitalisme adalah materi, tidak memikirkan apa dampak jangka panjang atau dampak saat ini.


Begitu rakusnya para kapital dan korporat. Tidak memikirkan bagaimana dampak dari kerusakan lingkungan. Bagaimana kehidupan hewan yang dilindungi di sana, ekosistem lautnya, kehidupan penduduk yang terkena dampak langsung dari aktivitas tambang nikel tersebut. Mereka hanya memikirkan keuntungan untuk dirinya sendiri.


Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surah An-Nur ayat 41 yang artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena ulah tangan manusia. (Dengan itu) Allah bermaksud menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."


Hal tersebut menunjukkan bahwa para korporat lebih berkuasa, sedangkan rakyat yang merupakan penduduk asli di sana tidak bisa apa-apa. Bahkan tidak pernah sedikit pun merasakan hasil alam tersebut. Dalam kapitalisme bebas seseorang menguasai SDA. 


Sebagaimana aktivitas tambang nikel di Raja Ampat yang dikuasai oleh beberapa perusahaan sehingga keuntungannya masuk ke dalam kantong pribadi mereka. Bukan untuk kesejahteraan rakyat. Itulah watak dari kapitalisme yang senantiasa rakus untuk meraih materi semata.


Berbeda dengan Islam, dalam pengelolaan SDA tidak boleh diserahkan kepada individu atau sebuah perusahaan. Akan tetapi, wajib negara yang harus mengelola SDA kemudian hasilnya di kembalikan kepada rakyat. Misalnya, dalam bentuk fasilitas umum yang digunakan untuk kebutuhan mendasar rakyat. 


Seperti yang disabdakan Rasulullah saw. bahwa kaum muslim berserikat dalam 3 perkara, air, padang rumput dan api (HR. Abu Dawud dan Ahmad).


Tiga perkara tersebut harus negara yang mengelolanya tidak boleh diserahkan kepada individu atau asing. Seperti pengelolaan tambang nikel, batu bara, mata air, tambang emas dan sebagainya yang merupakan milik komoditas yang hasilnya harus dikembalikan untuk kepentingan umum.


Islam juga menetapkan wajibnya menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan yang akan berpengaruh bagi kehidupan manusia. Dalam Islam, ada yang disebut dengan konsep hima, yakni konsep yang penting dan relevan untuk melindungi alam dan lingkungan terutama untuk tujuan konservasi alam.


Seperti yang pernah dicontohkan di zaman Rasulullah yang melarang aktivitas eksploitasi yang berlebihan dan merusak. Boleh memanfaatkan hasil alam, hanya saja ada batasan-batasan yang harus diperhatikan agar tidak sampai merusak lingkungan, merusak hutan, laut yang tercemar, dan dampak kerusakan lainnya.


Fungsi negara itu sendiri sebagai raa'in, pengurus rakyat. SDA akan betul-betul dikelola sebaik mungkin tanpa menimbulkan dampak kerusakan lingkungan. Negara akan betul-betul memperhatikan pendistribusiannya agar rakyat bisa merasakan hasil alam tersebut. Bukan seperti saat ini yang hanya dirasakan oleh segelintir orang saja.


Maka dari itu, diperlukan aturan yang menyeluruh terutama untuk mengatur pengelolaan SDA yang hasilnya bisa dirasakan oleh semua orang karena hasil alam adalah kepemilikan umum bukan untuk swasta apalagi para korporat.


Aturan tersebut hanya ada di dalam Islam yang datang dari Al-Khaliq (Maha Pencipta) Al-Mudabbir (Maha Pengatur) Allah Swt. yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk makhluk-Nya. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]

Darurat Kekerasan terhadap Anak

Darurat Kekerasan terhadap Anak

 



Kapitalisme sekularisme telah nyata menimbulkan berbagai persoalan dan tekanan hidup

yang makin meningkat serta menjauhkan tuntunan agama dari kehidupan masyarakat

_______________________________


Penulis Sri Haryati

Tim Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Tragis, seorang bocah perempuan (7) ditemukan dengan kondisi memprihatinkan pada Rabu (11-06-2025) di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Korban berinisial MK pertama kali ditemukan oleh Petugas Satpol PP Kebayoran Lama, Eko Iswahyudi. Saat itu MK terbaring di depan emperan toko yang beralaskan kardus bekas, ia mengaku dianiaya dan ditelantarkan ayahnya. Nampak bekas luka bakar di wajahnya, matanya lebam bekas ditonjok, dan luka bacok sekitar 5-6 cm di kakinya. (idntimes.com, 11-06-2025)


Sadis dan biadab, bagaimana bisa seorang ayah berbuat demikian kejam pada anaknya sendiri? Di mana hati nurani dan akalnya? Hewan saja yang tidak berakal memperlakukan anaknya dengan kasih sayang. Lantas, bagaimana bisa seorang ayah yang bertanggung jawab melindungi, mendidik, dan menyayangi anaknya malah berperilaku kejam?


Indonesia Darurat Kekerasan terhadap Anak 


Kasus kekerasan terhadap anak, baik fisik maupun seksual yang terjadi di Indonesia sangatlah tinggi. Bahkan, bisa dikatakan Indonesia darurat kekerasan terhadap anak. Dikutip dari kaltimedia.com, (17-06-2025) Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi mengatakan Indonesia masuk dalam kategori darurat kekerasan terhadap anak. 


Menurut Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) tercatat sebanyak 11.850 kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia. Data tersebut diperoleh dari Januari sampai 12 Juni 2025. Dengan jumlah korban mencapai sekitar 12.000 orang. Bahkan, kekerasan seksual menempati tempat tertinggi dan terbanyak berada di lingkungan keluarga. Tragis, keluarga yang seharusnya menjadi tempat ternyaman dan teraman justru menjadi tempat yang sangat rawan. 


Kapitalisme Sekularisme Biang Kekerasan terhadap Anak


Kekerasan di lingkungan keluarga dipengaruhi oleh banyak faktor. Di antaranya faktor ekonomi, emosi yang tak terkendali, kerusakan moral, lemahnya iman, penggunaan gadget, minimnya pemahaman akan fungsi dan peran sebagai orang tua, lingkungan sosial, dan negara.


Ideologi kapitalisme sekularisme yang diterapkan di Indonesia menjadi biang kekerasan terhadap anak. Kapitalisme sekularisme mengakibatkan hilangnya nilai-nilai ketakwaan dalam individu. Perilaku amoral, bejat, hingga sadis seperti kasus di atas menjadi salah satu buktinya. 


Impitan ekonomi kapitalisme telah merusak peran dan fungsi keluarga. Peran ayah hanya sebatas mencari nafkah tanpa ikut berperan mendidik keluarganya. Begitu pun sosok ibu yang terpaksa bekerja untuk membantu suami agar terpenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Walhasil, ia meninggalkan peran utamanya sebagai pendidik atau madrasah pertama bagi anak-anaknya.


Ideologi kapitalisme yang menyebabkan masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial sangat berdampak dalam kehidupan masyarakat. Kapitalisme sekularisme telah nyata menimbulkan berbagai persoalan dan tekanan hidup yang makin meningkat serta menjauhkan tuntunan agama dari kehidupan masyarakat. Akibat tekanan hidup sering dijadikan alasan orang tua untuk menyiksa dan menelantarkan anak, hingga melakukan kekerasan seksual.


Negara tidak hadir sebagai periayah umat sehingga orang tua harus berjuang keras untuk mendapatkan kehidupan yang layak untuk keluarganya. Negara hanya hadir sebagai regulator dan fasilitator bagi kepentingan kapitalis, baik asing maupun aseng.


Faktor lain penyebab kekerasan terhadap anak adalah tayangan media yang bebas tanpa filter serta abainya peran negara dalam melindungi tontonan yang layak dan bermanfaat untuk masyarakat. Alhasil, banyak tayangan media yang tidak bermanfaat dan tak bermoral yang justru dijadikan tuntunan oleh masyarakat. 


Lingkungan dalam sistem ini pun membuat hubungan sosial antar-masyarakat menjadi kering dan individualis. Tidak adanya rasa peduli terhadap sesama sehingga tidak melakukan amar makruf nahi mungkar. Alhasil, kekerasan terhadap anak makin marak. 


Islam Solusi Kekerasan terhadap Anak


Islam satu-satunya solusi yang mampu mengatasi kekerasan terhadap anak juga problematika umat saat ini. Ketika Islam diterapkan secara sempurna dalam kehidupan, keberadaannya justru  menjamin terwujudnya berbagai hal penting dalam kehidupan. Di antaranya terciptanya kesejahteraan, ketenteraman jiwa, terjaganya iman dan takwa kepada Allah Swt.. Sebab, Islam merupakan satu-satunya ideologi (sistem hidup) yang sesuai fitrah manusia dan memuaskan akal. 


Dalam Islam, fungsi dan peran orang tua adalah sebagai pelindung dan pendidik anak-anaknya. Peran ayah tidak hanya sebatas pencari nafkah, tetapi juga sebagai pilar utama dalam membentuk kepribadian Islam terhadap anak-anaknya. 


Seorang ibu dalam Islam memiliki peran yang sangat mulia yaitu sebagai ummu wa rabbatul bait (ibu dan pengatur rumah suaminya). Sebagai ibu tugas utamanya adalah mendidik anak-anaknya agar menjadi saleh dan salihah, juga sebagai pengatur rumah suaminya. 


Sebagaimana hadis Rasulullah saw., “Setiap kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, seorang perempuan memimpin rumah suami dan anak-anaknya. Ia akan ditanya tentang kepemimpinannya.“ (HR. Bukhari)


Selain itu, Islam memiliki sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam, disediakan negara secara murah bahkan gratis. Tujuan utamanya tidak sekadar menciptakan generasi cerdas secara intelektual, tetapi menanamkan keimanan dan ketakwaan sehingga menghasilkan generasi yang bertanggung jawab dan beradab.


Selain menyediakan pendidikan Islam yang berasaskan akidah Islam, negara juga berperan dalam menjaga moral masyarakat. Negara memiliki tanggung jawab besar untuk mengatur tayangan publik, memberantas pornografi, pinjol, miras, dan prostitusi, serta adanya sanksi hukum yang tegas bagi pelaku kejahatan dan kekerasan lainnya.


Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dengan penerapan Islam secara kafah tentu akan membawa kebaikan tak hanya untuk umat Islam tetapi juga untuk nonmuslim. Allah Swt. berjanji ketika Islam diterapkan secara kafah dalam bingkai Khil4fah Islamiah maka akan membawa rahmat bagi seluruh alam. 


Khatimah


Penerapan ideologi kapitalisme sekularisme membuat orang tua tidak mengetahui bagaimana cara mendidik dan mengasuh anak. Bahkan, ideologi ini telah menghilangkan fitrah orang tua yang memiliki kewajiban melindungi dan menjadikan rumah sebagai tempat yang paling aman untuk anak. Umat harus sadar bahwa hanya dengan penerapan Islam secara kafah dalam bingkai Khil4fah Islamiah solusi atasi kekerasan terhadap anak juga problematika umat saat ini. Wallahualam bissawab.

Global March To G4za Bukti Nasionalisme Halangi Pembebasan P4lestina

Global March To G4za Bukti Nasionalisme Halangi Pembebasan P4lestina



Muncul gerakan aksi Globlal March to G4za 

yang bertujuan menekan pihak-pihak terkait agar membuka blokade Gaza sejak Oktober 2023

___________________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA- Upaya pembebasan P4lestina tidak pernah berhenti dilakukan. Genosida yang terjadi terhadap rakyat P4lestina membuat rasa kemanusiaan terusik. Hingga muncullah sebuah gerakan aksi bernama Global March to G4za  yang bertujuan untuk menekan pihak-pihak terkait agar membuka blokade Gaza sejak Oktober 2023 lalu.


Aksi ini dimulai sejak 11 Juni 2024 yang diikuti oleh ribuan orang dari 54 negara di dunia termasuk Indonesia yang berkumpul di Kairo, Mesir. Mereka yang ikut aksi ini berasal dari berbagai latar belakang seperti pensiunan, jurnalis, penggiat HAM, dokter, hingga artis seperti Zaskia Adya Mecca, Ratna Galih, Indadari, Wanda Hamidah. (Jurnalpost.com, 14-06-2025)


Peserta aksi ini akan melakukan perjalanan sejauh 50 kilometer ke Al-Arish, menuju perbatasan Rafah yang merupakan gerbang utama untuk masuk ke P4lestina. Mereka mendesak agar aksi genosida segera dihentikan dan bantuan kemanusiaan bisa masuk ke P4lestina.


Sejak dua bulan terakhir Zion*s Isra*l terus melakukan serangan terhadap G4za, menutup akses bantuan makanan, obat-obatan, dan air bersih. Ini makin memperburuk kondisi rakyat P4lestina. Rakyat P4lestina banyak yang mati kelaparan. Inilah yang menjadi pemicu aksi Global March to G4za ini. Rasanya sudah tidak ada cara lain karena berharap pada jalur diplomasi sudah tidak mungkin. 


Namun ironis, aksi mulia ini justru tidak seperti yang diharapkan. Ribuan peserta aksi ini justru dihadang, bukan oleh Zion*s Isra*l, tetapi justru oleh tentara Mesir yang notabene adalah muslim padahal mereka datang dengan maksud baik, tidak membawa senjata, tidak ingin membuat gaduh. Sejumlah aktivis sebelumnya juga dideportasi dengan alasan tidak mengantongi izin yang diperlukan.


Dalam cuplikan video yang viral di media sosial memperlihatkan seorang perawat dari Eropa memohon dengan menangis agar diizinkan masuk. Ia mempertanyakan di mana hati nurani para tentara Mesir yang menjaga perbatasan. Ia meminta atas nama cinta dan kemanusiaan agar berdiri bersama saudara-saudara kita di P4lestina. 


Tentu ini sebuah tamparan keras bagi kita sebagai muslim yang kepedulian kita tidak sebesar perawat tersebut. Mirisnya kaum muslim sendiri malah berpihak kepada Zion*s. Mesir sebagai negara yang bersebelahan langsung malah menjadi penjaga yang melanggengkan genosida. 


Munculnya gerakan ini menunjukkan sikap umat yang marah, kecewa, dan geram. Hal ini menandakan bahwa kita tidak bisa berharap kepada lembaga-lembaga internasional dan penguasa muslim hari ini. Tertahannya mereka di pintu Rafah adalah bukti bahwa gerakan kemanusiaan apa pun tidak akan pernah bisa memberi solusi atas masalah G4za. Bukan berarti gerakan semacam ini tidak penting, justru semangat ini harus terus digelorakan. Umat harus bangkit dan tidak berdiam diri melihat genosida terhadap P4lestina.


Masalahnya hari ini nasionalisme menjadi penghalang terbesar untuk menyelesaikan masalah P4lestina. Umat Islam disekat oleh nasionalisme sehingga mereka kehilangan nurani dan membiarkan saudara seimannya dibantai di depan mata mereka sendiri. 


Nasionalisme adalah konsep negara Barat yang sangat berbahaya. Sejarah telah mencatat bagaimana nasionalisme inilah yang menjadi salah satu sebab runtuhnya institusi negara Islam pada tahun 1924. Umat Islam yang dulunya satu di bawah naungan Khil4fah dipecah menjadi negara-negara kecil. Mereka diperebutkan seperti makanan.


Ketika umat Islam disekat nasionalisme tidak ada lagi istilah umat Islam bagaikan satu tubuh. Satu dengan yang lain disibukkan oleh urusan negara masing-masing. Seperti Mesir hari ini yang tidak bisa berbuat banyak karena mempertimbangkan kepentingan negaranya. 


Umat Islam harus bersatu, tetapi tidak hanya fisik dan semangat semata. Melainkan bersatu dalam sebuah gerakan politik yang sahih. Gerakan politik yang memiliki fikrah dan thariqah yang jelas dan konsisten memperjuangkan tegaknya sebuah kepemimpinan politik Islam.


Umat harus bersatu dengan persatuan yang berdasarkan akidah Islam, bukan nasionalisme. Kita butuh kepemimpinan global yang akan menyerukan jihad dan menyatukan kekuatan militer negeri-negeri muslim untuk membela P4lestina. Isra*l memang kuat dan makin kuat karena didukung oleh negara-negara besar seperti Amerika. Akan tetapi, umat Islam jauh lebih kuat jika mau bersatu.


Lihat saja hari ini ketika Iran melakukan serangan balasan ke Isra*l. Mereka sudah panik, iron drome yang diklaim sebagai benteng pertahanan paling canggih ternyata bisa ditembus padahal Iran belum mengerahkan kekuatan militernya secara penuh. Apalagi jika semua negara Islam bersatu, tentu kekuatan yang dimiliki umat Islam akan makin besar.


Tanpa persatuan umat Islam hanya ibarat buih di lautan jumlahnya banyak, tetapi tidak memiliki kekuatan. Hari ini umat Islam dijangkiti penyakit wahn yaitu cinta dunia dan takut mati. Musuh-musuh Islam tidak memiliki rasa takut sehingga terus menzalimi umat Islam dalam semua aspek kehidupan. Wallahualam bissawab. [Luth/MKC]


Yuli Ummu Raihan

Ibadah Haji Perjalanan Suci yang Dikomersialisasi

Ibadah Haji Perjalanan Suci yang Dikomersialisasi



Sejatinya, kapitalisme pangkal dari kekisruhan yang terjadi dalam penyelenggaraan haji

Ibadah yang semestinya menjadi momen suci dan penuh kekhusyukan justru terjerat dalam sistem komersialisasi


______________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Lagi-lagi penyelenggaraan ibadah haji kembali mengalami kekisruhan. Indonesia juga mendapatkan dengan kuota jemaah haji terbesar. Sayangnya, setiap tahun selalu mengalami penurunan kualitas dalam pelayanan yang memprihatinkan. 


Dalam proses pemberangkatan saja ada beberapa calon jemaah haji yang gagal berangkat ke tanah suci Makkah. Di antaranya karena terkendala visa. Meski dokumennya sudah lengkap, tiba-tiba dibatalkan sepihak oleh pemerintah. Belakangan diketahui ada pihak yang mengubah visa tersebut dengan no visa, mengubah datanya di akun Haji Pintar milik Kementerian Agama. (Republika.com, 02-06-2025)


Bahkan, di sumber berita lain menyebutkan ada 49 orang yang terdiri dari 18 warga lokal dan 31 warga asing yang termasuk warga Indonesia, ditangkap karena mengangkut 179 calon jemaah haji tanpa izin resmi. (Beritasatu.com, 07-06-2025)


Kerumitan makin menambah kesulitan umat Islam sebagai calon jemaah haji karena diberlakukan pengetatan dan perubahan aturan oleh pemerintah Arab Saudi. Salah satunya kepemilikan kartu nusuk yang juga berfungsi sebagai tanda pengenal resmi untuk mendapatkan akses ke wilayah Makkah dan Masjidil haram. 


Saat pelaksanaan haji juga mengalami beberapa masalah. Salah satunya ada calon jemaah haji yang diusir dari tempat istirahat pada malam hari karena tertinggal rombongan. Begitu juga adanya keterlambatan dalam pendistribusian konsumsi. 


Ada Kapitalisasi dalam Ibadah Haji? 


Banyaknya kekisruhan ibadah haji ini tidak lepas dari ketidakseriusan pemerintah dalam pengurusan ibadah suci ini. Sebagai ibadah sakral yang hanya bisa dilakukan setahun sekali oleh jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Penyelenggaraan ibadah haji harusnya dikelola dengan sangat serius, teliti, dan penuh tanggung jawab.


Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Lemahnya perencanaan, koordinasi, dan eksekusi dari pihak-pihak yang bertanggung jawab, baik dari negara asal jemaah maupun penyelenggara dari Arab Saudi menjadi salah satu penyebabnya. Sebagian pihak menilai kebijakan baru dari pemerintah Arab Saudi menjadi penyebab utama atas kekacauan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.


Selama ibadah haji hanya dipandang sebagai urusan administratif yang tidak dimaknai sebagai kewajiban negara dalam melayani urusan agama rakyat secara menyeluruh, kekacauan akan terus berulang. Terlebih lagi ketika sistem pengelolaan haji lebih mengedepankan aspek bisnis, profit, dan birokrasi yang berbelit-belit yang mana pelayanan harusnya menjadi amanah justru berubah menjadi beban. 


Sejatinya, kapitalisme pangkal dari kekisruhan yang terjadi dalam penyelenggaraan haji. Ibadah yang semestinya menjadi momen suci dan penuh kekhusyukan justru terjerat dalam sistem komersialisasi. Biaya terus melonjak, pelayanan yang tidak sebanding, hingga muncul berbagai skema visa nonreguler yang rawan penyalahgunaan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Semua ini menunjukkan bahwa sistem kapitalis tidak layak mengatur urusan umat Islam. 


Islam Mengatur Penyelenggaraan Ibadah Haji


Merupakan rukun Islam yang kelima dalam menunaikan ibadah haji bagi setiap muslim yang memiliki kemampuan baik secara fisik, maupun finansial. Sebagaimana firman Allah Swt. di dalam Al-Qur'an surah Ali-Imran: 97, "Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah yaitu bagi yang mampu mengadakan perjalanan ke sana."


Namun, kewajiban haji ini bukan hanya ritual individual melainkan juga urusan publik yang memerlukan pengaturan sistem dari negara. Sudah seharusnya penyelenggaraan haji dilakukan dengan profesional, amanah, dan memudahkan umat dalam menjalankan ibadah. 


Negara wajib melayani semua keperluan calon jemaah haji, mulai proses administratif, transportasi, akomodasi, kesehatan hingga memastikan ketenangan spirit semua jemaah selama menjalankan rukun Islam ini. Negara juga menyiapkan mekanisme, birokrasi yang efisien serta pelayanan yang terbaik bagi para tamu Allah sebagai bentuk pemuliaan terhadap ibadah haji. 


Pelayanan yang terbaik ini akan terwujud jika negara memiliki sistem keuangan yang kuat dan stabil. Hal ini memungkinkan ketika negara menerapkan sistem ekonomi keuangan secara Islam. Di dalam Islam, pendapatan negara bersumber dari pos-pos yang sah dan berlimpah seperti kharaj, jizyah, fa'i, ghanimah, zakat dan kepemilikan umum (tambang, gas bumi, laut, hutan dan lain-lain), yang dikelola negara dan semua masuk ke dalam Baitulmal atau kas negara.


Dengan banyaknya pendapatan tersebut, negara akan memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan haji dengan layanan yang terbaik dan maksimal, tanpa membebani rakyat. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


Nafisusilmi

Narkoba Belum Tuntas Kapan Bisa Diberantas?

Narkoba Belum Tuntas Kapan Bisa Diberantas?

 


Islam memiliki penanganan yang menyeluruh untuk mengatasi masalah narkoba di lingkungan masyarakat

yang mencakup aspek spiritual, sosial, dan hukum


____________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Peredaran dan penyalahgunaan narkoba oleh masyarakat di wilayah Sumatra Utara, terutama di Kota Medan makin mengkhawatirkan. Laporan dari masyarakat yang terganggu dengan kegiatan para pelaku belum melihat penindakan nyata oleh aparat.


Warga Jalan AR Hakim Gang Melati meminta pihak kepolisian untuk segera menindak tegas para terduga pelaku peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang kian merajalela dan meresahkan masyarakat sekitar lingkungan mereka. Para pelaku secara terang-terangan menggunakan narkoba jenis sabu-sabu di sebuah rumah berpagar hitam yang berada di Gang Melati tepatnya di belakang Kantor Lurah Tegal Sari I. 


Warga juga mengungkapkan aktivitas peredaran dan penyalahgunaan narkoba di wilayah mereka bukan hal baru. Bahkan, sudah sering terjadi meski telah beberapa kali dilaporkan ke pihak berwajib. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada tindakan yang dirasakan efektif untuk menghentikan praktik tersebut oleh pihak penegak hukum.


Warga berharap agar pihak kepolisian segera turun tangan untuk memberantas jaringan narkoba dan menciptakan rasa aman di lingkungan mereka. Hal ini menjadi peringatan serius bagi seluruh pihak, terutama aparat penegak hukum. (sumut.antaranews, 08-06-2025)


Penyebab maraknya peredaran narkoba disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:


Pertama, faktor internal (individu). Kurangnya pemahaman bahwa mengonsumsi narkoba diharamkan oleh agama karena dapat merusak akal juga berdampak buruk pada kesehatan, serta lemahnya ketakwaan tiap individu. 


Kedua, faktor eksternal (lingkungan), yaitu keluarga, teman maupun masyarakat. Dari segi keluarga, kurangnya komunikasi di antara orang tua dan anak mengakibatkan hubungan orang tua dan anak menjadi renggang, muncul rasa kesepian, tidak diperhatikan, dan tidak dicintai oleh orang tuanya. Dari perasaan yang muncul tersebut dapat membuat anak cenderung mencari perhatian dari lingkungan sekitar terutama teman. Anak bisa mendapat pengaruh buruk dari teman maupun lingkungan yang telah terpapar narkoba.


Ketiga, lemahnya peran pemerintah dalam membatasi peredaran narkoba serta kurangnya edukasi dan pembinaan tentang narkoba ke masyarakat, juga lemahnya hukum yang diterapkan untuk pelaku pemakai maupun pengedar narkoba. Diperlukan tindakan tegas, cepat, tepat, dan berkelanjutan untuk memastikan keadaan lingkungan ini kembali aman, terutama bagi generasi muda yang sangat rentan terhadap pengaruh buruk narkoba bukan hanya untuk individu tapi juga masyarakat. Dibutuhkan realisasi dari pihak berwajib dalam bentuk tindakan nyata serta berkesinambungan, bukan hanya sekadar respons administratif. 


Islam memiliki penanganan yang menyeluruh untuk mengatasi masalah narkoba di lingkungan masyarakat yang mencakup aspek spiritual, sosial, dan hukum. Segala bentuk zat yang memabukkan dan merusak akal, termasuk narkoba diharamkan. Pemerintah akan mengawasi dan melarang peredaran narkoba di masyarakat.


Islam menekankan pentingnya pendidikan akidah dan akhlak sejak dini. Anak-anak diajarkan untuk mengetahui hal-hal yang merusak diri dan dilarang dalam agama. Meningkatkan nilai spiritual dan moral sangat penting untuk mencegah keterlibatan setiap individu pada narkoba. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan akidah dan akhlak anak sejak dini.


Masyarakat juga diimbau untuk saling menasihati dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran. Mereka yang aktif saling mengingatkan akan lebih mudah mencegah penyalahgunaan narkoba di lingkungan. Sedangkan dalam hukum Islam, peredaran dan penyalahgunaan narkoba bisa termasuk ke dalam kategori kejahatan besar dan bisa dikenakan hukuman mati untuk kasus tertentu.


Hukum ini bertujuan bukan hanya untuk menghukum pelaku, tetapi memberikan efek jera agar masyarakat lain tidak melakukan penyalahgunaan narkoba serta melindungi masyarakat luas. Islam tidak hanya menghukum, tetapi memberikan kesempatan kepada pelaku untuk bertaubat dan memperbaiki diri.


Islam sangat mendorong penanganan penyembuhan bagi pecandu narkoba karena Islam didasari pada prinsip kasih sayang serta pengampunan bagi individu yang telah bertaubat. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


Siti Juli Asni

P4lestina dan Hilangnya Rasa Kemanusiaan

P4lestina dan Hilangnya Rasa Kemanusiaan



 

Sampai saat ini

P4lestina masih dibombardir oleh Zion*s Yahudi

_________________________



KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA, Perayaan hari raya Idul Adha tahun ini menjadi tahun ke empat bagi warga G4za sejak dimulainya operasi militer Isra*l yang disebut-sebut sebagai upaya genosida dan telah merenggut hampir 54.700 jiwa. Bukan hanya menewaskan banyak korban jiwa, serangan militer Isra*l juga menyebabkan kelaparan dan membuat jalur G4za nyaris tak lagi layak untuk dihuni karena pengeboman yang terus terjadi.


Pada hari raya Idul Adha, Jumat, 6 Juni 2025 serangan udara dan penembakan yang dilakukan oleh pasukan Isra*l di berbagai wilayah G4za mengakibatkan 33 orang warga P4lestina kehilangan nyawa dan lebih dari 580 orang mengalami luka-luka. (Beritasatu.com, 07-06-2025)


Sampai hari ini P4lestina masih dibombardir oleh Zion*s Yahudi. Genosida terus dilakukan tanpa memandang bulu dan belas kasih. Bahkan, bayi-bayi yang tak berdosa pun ikut menjadi korban atas keganasan Zion*s laknatullah. Tak hanya bom dan serangan-serangan lainnya, mereka juga menjadikan kelaparan sebagai senjata untuk membunuh generasi secara perlahan.


Rasa aman sudah tidak lagi dirasakan oleh warga P4lestina. Negara-negara muslim seperti Arab Saudi yang seharusnya andil dalam melindungi dan membela P4lestina justru diam dan abai pada kekejaman yang terjadi. Bukannya bertindak dan mengirim pasukan untuk menyerang dan mengusir para Zion*s, para penguasa negeri muslim hanya sekadar retorika.


Hilangnya rasa kemanusiaan atas apa yang terjadi di P4lestina menunjukkan bahwa hilangnya sifat dasar (fitrah) pada diri manusia. Hal ini terjadi karena buah dari sistem kapitalis yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai materi. Entah kejahatan seperti apa yang akan menggerakkan hati para pembesar negeri muslim untuk bergerak cepat melakukan tindakan.


Sekat nasionalisme Barat juga menghalangi keadilan yang harusnya didapat untuk muslim P4lestina. Akibatnya, tidak ada satu pun penguasa negeri muslim yang mengirimkan pasukan militer untuk membebaskan P4lestina meski umat telah menyerukan jihad.


Namun, jihad tidak akan pernah terwujud jika tidak ada seruan dari sebuah negara (Khil4fah). Kondisi negara hari ini dalam sekat nasionalisme tidak akan pernah menyerukan jihad, dan mirisnya lagi mereka justru bergandengan tangan dengan para Zion*s laknatullah. 


Jihad akan diserukan kepada kaum muslim di  seluruh dunia dan akan dikumandangkan oleh khalifah. Maka seharusnya umat Islam harus berdakwah dan memperjuangkan tegaknya Khil4fah Islamiah. Namun, Khil4fah tidak akan tegak jika umat masih saja bernaung di bawah sistem kufur yaitu sistem kapitalis sekuler, sistem rusak yang memisahkan agama dari kehidupan.


Maka dari itu solusi satu-satunya yang akan memberikan kemerdekaan hakiki bagi P4lestina adalah jihad. Karena jihad ialah seruan dari Allah Swt..


Allah Subhanahu wa taala berfirman:


كُتِبَ عَلَيْکُمُ الْقِتَا لُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّـكُمْ ۚ وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ وَاَ نْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ


"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah 2: 216)


يَٰقَوْمِ ٱدْخُلُوا۟ ٱلْأَرْضَ ٱلْمُقَدَّسَةَ ٱلَّتِى كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا۟ عَلَىٰٓ أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا۟ خَٰسِرِينَ


Artinya: "Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi." (QS. Al-Ma’idah 5: 21)


Kekejaman yang terjadi di P4lestina bukan  sebagai tontonan, melainkan sebagai tamparan keras untuk para pemimpin negara muslim dan juga umat muslim di seluruh dunia. 


Genosida tidak akan pernah berhenti jika pembesar negeri muslim terus saja diam tanpa mengambil tindakan. Dalam Islam, kekejian yang dilakukan Zion*s ke warga P4lestina sudah termasuk dosa besar yang hukumannya bukan lagi penjara seumur hidup, tetapi wajib diperangi oleh seluruh kaum muslim.


Dalam sistem Islam, kondisi P4lestina saat ini merupakan masalah global yang menyatukan pemikiran umat, kecuali bagi mereka yang keimanan dan rasa kemanusiaannya telah mati. Maka dari itu, umat harus bersatu karena dengan bersatunya umat Islam di seluruh dunia adalah kunci bangkitnya kejayaan Islam.


Bangkitnya Islam dengan tegaknya Khil4fah harus dipahami umat sebagai satu-satunya langkah mengembalikan kekuatan, persatuan serta kekuasaan Islam yang menerapkan syariat dan sistem Islam kafah. Wallahualam bissawab. [Luth/MKC]


Insaniati Rahmani 

Ilusi di Balik Gaya Hidup Mewah

Ilusi di Balik Gaya Hidup Mewah



Kapitalisme telah merusak mental umat manusia dengan berbagai ilusi

Tujuan hanya satu, menguasai dunia dengan perekonomian


___________________


Penulis Tari Ummu Hamzah

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Bicara soal gaya hidup, tahukah anda bahwa rata-orang-orang kelas menengah yang lebih sibuk dengan gaya hidupnya. Karena, mereka adalah kelompok orang-orang yang paling kuat daya belinya dan memiliki penghasilan tetap padahal sebenarnya antara pengasilan dan pengeluaran itu besar pasak daripada tiang. Mereka juga tidak paham akan literasi keuangan untuk mengelola penghasilanya. (Investasiku.com, 15-8-2024)


Karena penasaran akan dunia barang mewah, akhirnya saya kulik konten belanja barang mewah dari kanal YouTube milik orang-orang Eropa. Kontenya berisi seputar informasi barang mewah dan bagaimana cara membelinya. 


Singkat cerita konten-konten tersebut membanjiri isi beranda sosial media saya. Mau tidak mau saya telusuri saja informasinya. Tentang modelnya, harganya, pajaknya, bahkan sampai tujuan orang-orang kaya membelinya. Kalau pun karena investasi, saya juga penasaran bagaimana cara berinvestasi di tas-tas mahal? 


Tidak sampai di situ, bahkan konten soal mobil-mobil mewah pun sering saya kunjungi. Apa yang membuat sebuah mobil BMW itu sangat mahal? Mengapa orang yang membeli mobil Bentley itu dikatakan punya selera yang berkelas? Lalu, mengapa produsen Ferarri sangat pemilih terhadap konsumen mereka?


Jujur konten-konten itu membuat jiwa kemiskinan ini menjerit histeris. Akan tetapi, karena tujuan awal saya menggali konten tersebut untuk mengarahkan pada sisi politisnya, berarti harus memunculkan beberapa pertanyaan. Apa yang melatarbelakangi berdirinya rumah-rumah mode? Sekuat apa merek itu memengaruhi perilaku wanita? Mengapa perempuan-perempuan bisa memuja barang-barang mewah? 


Ilusi di Balik Kemewahan


Brand kelas internasional itu punya konsumen yang spesifik, yaitu para perempuan kelas menengah yang butuh validasi akan penampilan mereka. Agar dianggap orang kaya baru atau pura-pura seperti orang kaya lama. Kondisi ini dimanfaatkan oleh kapitalis untuk menciptakan pasar baru dalam dunia mode. 


Produsen barang mewah sengaja tidak memproduksi banyak. Seolah-olah terbatas pada kalangan tertentu. Inilah yang menjadikan kaum hawa merasa harus mengejar yang sedikit itu agar terlihat berbeda, serta diakui sebagai wanita berkelas.


Namun, itulah tujuan yang sesungguhnya dari brand-brand besar. Menciptakan opini tentang penampilan yang layak mendapat validasi harus dilekatkan pada kemewahan. Ini akan menimbulkan kesan istimewa dan memancarkan aura kecantikan karena ilusi itulah banyak perempuan-perempuan mendambakan penampilan yang elegan dan berkelas. 


Sebenarnya sikap seperti itu merupakan bukti bahwa mereka tidak percaya diri atau insecure. Menutupinya dengan pamer barang mewah sebagai simbol kewibawaan dan percaya diri. Pantaslah barang mewah itu sangat dipuja karena sebagai solusi untuk menutupi kekurangan. 


Di sisi lain, sosial media juga berperan sangat penting dalam mempropagandakan kemewahan. Menggandeng artis kelas dunia dan para selebgram sebagai simbol kecantikan. Seolah kebahagiaan sempurna jika barang mewah itu sudah melekat di badan. Jadi, lahirlah perilaku hedonisme di tengah masyarakat. Bahkan hal ini di normalisasi oleh generasi milenial dan gen Z yang menganggap bahwa hedon itu untuk self reward


Pada akhirnya, generasi yang terpapar gaya hidup mewah memiliki pemahaman keliru dalam menilai dirinya sendiri dan orang lain. Penilaiannya tidak pada perilaku yang baik, tetapi dari merek baju dan tas yang mereka kenakan karena menurut mereka merek itu lebih jujur untuk mempresentasikan nilai dari seseorang. Sungguh, inilah ilusi nyata dari kapitalisme.


Kepribadian Islam Adalah Nilai Sesungguhnya


Kapitalisme telah merusak mental umat manusia dengan berbagai ilusi. Tujuan hanya satu, menguasai dunia dengan perekonomian karena standar ideologi ini adalah untung dan rugi. Mereka tidak peduli dengan rusaknya moral dan mental generasi muda sebab tujuan mereka adalah mendapatkan keuntungan meskipun dengan cara-cara yang kotor.


Berbeda dengan Islam yang mengajarkan bahwa nilai yang seharusnya ditanamkan dalam diri setiap muslim adalah ketakwaan kepada Allah sehingga jelas tujuan hidupnya adalah hanya untuk mengejar rida Allah. Jadi, seorang muslim harus taat kepada batasan syariat. 


Islam mengajarkan kita untuk memegang teguh akidah Islam dan memahami bagaimana implementasi dari akidah itu. Salah satunya adalah taat akan aturan Allah dan larangan-Nya. Ketika ketaatan ini dijalankan akan terlihat pada diri seseorang muslim kepribadian yang khas, yaitu kepribadian Islam.


Inilah nilai yang harus diisi pada diri setiap muslim sebab ini adalah nilai moral yang harus dimiliki setiap manusia. Agar mereka menimbang suatu perbuatan dengan standar halal dan haram juga jelas ada batasanya. Mengetahui batasan itulah yang akan membuat kita percaya diri menjalani hidup sebab kita telah tahu suatu perbuatan harus dilekatkan kepada Islam. Bukan hal-hal yang bersifat fisik. 


Namun, solusi di atas juga harus dibarengi dengan peran negara yang memberikan jaminan akidah terhadap rakyatnya. Kita tidak bisa berharap pada sistem yang rusak saat ini untuk mengamankan aqidah Islam sebab syariat Islam hanya bisa diterapkan dalam sebuah institusi negara yang mampu menciptakan suasana penuh keimanan dan jaminan keamanan. Wallahuallam bissawab.[Dara/MKC]

Fantasi Sedarah Buah Penerapan Sistem yang Salah

Fantasi Sedarah Buah Penerapan Sistem yang Salah




Masyarakat hidup bebas tanpa batas

hanya demi pemuasan nafsu individu, seakan-akan hidup seperti binatang

_______________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA -Fenomena fantasi sedarah yang ramai diperbincangkan di media sosial baru-baru ini, membuat kontroversi di tengah masyarakat. Sebagian mereka menilai bahwa keberadaannya tidak sepatutnya ada. Kasus ini mencuat setelah ditemukannya grup platform facebook diketahui anggotanya ada kurang lebih 32.000.


Pembahasan dari grup secara jelas menunjukkan adanya aktivitas penyimpangan seksual yang pelakunya mengaku sebagai penikmat aktivitas seksual yang dilakukan oleh anggota keluarga mereka sendiri.


Digitalisasi Bebas Tanpa Pengawasan 


Dikutip dari news.republika.co.id, (17-5-2025), dengan adanya kasus ini Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) meminta pihak kepolisian untuk mengusut grup fantasi sedarah karena meresahkan masyarakat. Jika aktivitas penyimpangan seperti ini tidak segera ditindaklanjuti, maka bukan tidak mungkin keburukan akan ditularkan dan dianggap lumrah oleh generasi muda.


Jelas aktivitas ini menyalahi fitrah manusia dan mengancam keberlangsungan kehidupan anak. Anak tidak memiliki jaminan keamanan saat mengakses media dan bahkan bisa menjadi objek penyimpangan seksual. Aktivitas di grup ini juga sangat merusak, tanpa rasa malu para anggotanya saling bertukar kisah tentang nafsu seksualnya terhadap anggota keluarganya sendiri. Bahkan, anak-anak balita tidak luput dari pikiran kotor para pelaku penyimpangan.


Buah Busuk Sekularisme 


Kondisi memprihatinkan ini menunjukkan adanya pengabaian terhadap aturan agama dan nilai-nilai di tengah masyarakat. Masyarakat hidup bebas tanpa batas hanya demi pemuasan nafsu individu seakan-akan hidup seperti binatang. Inilah akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme yang menjauhkan agama dan yang berkuasa adalah hawa nafsunya. Akal manusia tidak digunakan sebagaimana mestinya. Kapitalisme dengan liberalismenya telah merusak kemuliaan manusia. Bahkan, negara sering kali turut memperparah kerusakan tersebut dengan merusak tatanan kehidupan keluarga.


Pandangan Islam 


Islam melarang secara tegas hubungan seksual sedarah/inses karena jelas perbuatan tersebut melanggar norma agama maupun sosial. Bagaimana mungkin keluarga yang seharusnya menjadi tempat paling aman dan nyaman berubah menjadi sumber penyimpangan seksual yang dilakukan oleh orang terdekat?


Keteladanan yang seharusnya berasal dari anggota keluarga justru berubah menjadi monster pemuas nafsu. Inses juga membawa malapetaka seperti kehamilan menghasilkan anak dengan kondisi fisik atau mental yang tidak sempurna karena  pertemuan dengan gen yang serupa.


Dengan demikian, fungsi keluarga sebagai pelindung dan sumber keteladanan pun hilang. Aktivitas inses bukan hanya menyimpang secara moral, tetapi juga mengancam keberlangsungan generasi selanjutnya.


Kembali Pada Aturan yang Memuliakan Yaitu Islam


Islam adalah sistem hidup yang sempurna yang mengatur aspek kehidupan manusia dan menempatkan rakyat sebagai pelaksana hukum syariat. Sistem Islam bertanggung jawab penuh untuk menjaga keutuhan keluarga serta menegakkan norma sosial yang sesuai dengan aturan Islam. Islam menetapkan inses sebagai perbuatan haram yang wajib ditinggalkan. 


Negara wajib menyiapkan langkah pencegahan, termasuk membangun ketakwaan rakyat dan menutup semua celah kemaksiatan. Pemerintah dalam sistem Islam juga melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar.


Sanksi tegas yang akan memberikan efek jera kepada pelaku dan menjadi pelindung bagi keluarga diantara adanya zawajir (pencegah) dan jawabir (penebus). Di antara hukuman yang membuat efek jera yaitu, pelaku pezina yang belum menikah akan dicambuk sebanyak 100 kali. Kemudian diasingkan, diberikan nasihat atas perbuatan yang dilakukan guna menjadikannya sadar dan tidak mengulanginya. Begitu pun para pelaku zina yang sudah menikah hukumannya dirajam, yaitu dilempari batu sampai meninggal.


Dari hukuman tersebut hanya Islam yang bisa menerapkan aturan dan membuat efek jera bagi para pelaku kemaksiatan. Media juga harus digerakkan untuk mengedukasi masyarakat dari perilaku penyimpangan agar masyarakat terhindar dari pelanggaran hukum syariat.


Dengan demikian, Islam menjaga kemuliaan individu, masyarakat, negara sesuai fitrah hamba yang sadar, bahwa dirinya wajib taat kepada aturan-aturan dari Allah Swt., untuk keselamatan dunia dan akhirat. Wallahualam bissawab.[SM/MKC]


Kusmilah