Alt Title

Anak Sejahtera Jika Syariat Islam Diterapkan

Anak Sejahtera Jika Syariat Islam Diterapkan



Kalau dihitung entah sudah berapa banyak anak di negeri ini

mengalami nasib perantaraan, pelecehan, kekerasan, baik kekerasan secara fisik maupun mentalnya.

________________________


Penulis Tinah Asri

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah (Pegiat Literasi)


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI -Seorang anak perempuan berusia 7 tahun berinisial MK ditemukan oleh petugas keamanan Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Rabu 11 Juni 2025 dalam keadaaan lemas, dan meringkuk di atas kardus. Melihat hal tersebut, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) langsung membawa anak tersebut  ke puskesmas terdekat guna menjalani perawatan. 


Dikutip dari (detikNews.com, 16-06-2025) Asep salah satu pemilik toko Pasar Kebayoran mengatakan, selain kondisi tubuhnya yang lemas juga terdapat sejumlah luka seperti, lebam, luka bakar di wajah, serta tulang pundak yang menonjol.


Awalnya warga mengira hanya numpang tidur saja. Namun, sampai pagi bocah masih terbaring dengan posisi yang sama. MK mengaku sebelumnya diajak naik kereta api oleh ayah kandungnya, kemudian ia ditinggalkan begitu saja dalam kondisi kelaparan.


Dari keterangan Direktur PPA-PPO Bareskrim Polri Brigjen Nurul Azizah, anak tersebut masih dalam perawatan rumah sakit Polri dan dalam kondisi stabil. Pihak kepolisian bersama dinas terkait akan terus melakukan pendampingan, dan memastikan proses hukum tetap berjalan. Namun, untuk saat ini yang paling penting adalah keamanan dan pemulihan kesehatan korban.


Sekularisme Menghilangkan Rasa Kasih Sayang


Jika dicermati kasus kekerasan terhadap anak, penganiayaan, penelantaran dari hari ke hari makin meningkat. Kasus serupa pun terjadi di Mataram Nusa Tenggara Barat, seorang anak perempuan berumur 13 tahun sengaja dijual oleh kakak perempuannya kepada om-om pengusaha kaya sampai dia hamil dan melahirkan. Miris memang, kalau dihitung entah sudah berapa banyak anak di negeri ini yang mengalami nasib sama, menjadi korban penelantaran, pelecehan, kekerasan, baik kekerasan secara fisik maupun mentalnya. 


Sistem sekuler atau memisahkan agama dari kehidupan yang diterapkan di negeri ini telah berhasil menjadikan manusia layaknya seekor binatang, bahkan bisa lebih kejam dari binatang. Perasaan kasih dan sayang seorang ayah, ibu, kakak, dan adik terhadap keluarganya kini lenyap begitu saja. Semangat mencari nafkah berganti dengan keluh kesah, beban berat, mencari cara bagaimana bisa lepas dari tanggungjawab yang terus menekankannya. 


Allah Swt., telah menjelaskan bahwa kewajiban bagi seorang ayah sebagai kepala rumah tangga adalah melindungi anak dan keluarganya, selain mencari nafkah untuk mereka. Allah Swt. akan menghitung setiap tetes keringat yang dikeluarkan oleh seorang ayah, jika disertai niat yang ikhlas menjalankan kewajibannya karena perintah Allah taala. Setiap suapan yang masuk ke dalam mulut anak dan istrinya dianggap sebagai sedekah yang akan diganti dengan imbalan pahala dan surga.


Rasulullah saw. bersabda: "Sungguh apa yang kamu nafkahkan untuk keluargamu itu adalah sedekah, walaupun itu hanya sesuap makanan yang kamu suapkan ke mulut istrimu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Anak Dianggap Beban


Sayangnya, dalam sistem kapitalis-sekuler manusia tidak lagi takut dengan dosa dan azab dari Allah Swt. sebagai Sang Maha Pencipta sekaligus Maha Pengatur. Manusia hanya takut kalau tidak bisa makan, akhirnya anak dianggap sebagai beban, bukan lagi anugerah dan amanah yang diberikan oleh Allah Swt. untuk dijaga demi keberlangsungan hidup manusia. 


Dalam situasi yang sulit seperti saat ini khususnya dalam aspek ekonomi, tidak sedikit seorang suami atau ayah yang putus asa, menyalahkan keadaan, kemudian lari dari kenyataan. Bahkan, ada yang tega menyiksa buah hatinya kemudian membuang dengan meninggalkannya begitu saja. Nauzubillahi min dzalik.


Di sisi lain, pemerintah pun seolah menutup mata, menganggap persoalan rumah tangga hanyalah urusan individu semata. Para penguasa lupa jika tugas dan kewajibannya adalah untuk mengurusi urusan umat. Mereka lebih disibukan mencari celah, melihat proyek apa saja yang bisa mengalirkan dana ke kantong-kantong pribadinya. Sedangkan para istri sibuk ngonten, pamer (flexing) barang-barang mewah, hingga jalan-jalan ke luar negeri dengan pesawat jet pribadi.


Islam Menjamin Anak Sejahtera 


Sebenarnya Islam hadir dengan aturan yang sempurna tak terkecuali aturan yang mengatur masalah dalam rumah tangga. Aturan (sistem) Islam menempatkan perempuan dan anak-anak dalam posisi yang mulia, sehingga negara berkewajiban untuk melindungi dan menjamin terpenuhi semua kebutuhannya. Caranya, menjadikan tanggung jawab penafkahan istri dan anak-anak berada di pundak laki-laki atau para suami.


Negara Khil4fah pun tidak akan tinggal diam, membiarkan para laki-laki kesusahan dalam mencari pekerjaan. Sebaliknya, negara wajib menyediakan lapangan kerja, berbagai pelatihan, memberi fasilitas bagi rakyat untuk mengembangkan bakat dan berkreasi sesuai dengan apa yang diminati sebab fungsi negara adalah mengurusi urusan rakyat baik dari aspek ekonomi, sosial budaya, politik, kesehatan, keamanan. Negara wajib memberikan sanksi bagi para pelanggar syariat, termasuk jika ada seorang ayah atau suami yang dengan sengaja melalaikan kewajibannya, apalagi menyiksa dan menelantarkan anaknya. 


Memang, ada kondisi tertentu seorang suami tidak bisa melaksanakan kewajibannya mencari nafkah untuk keluarga. Misalnya, dia sakit, miskin, atau bisa saja karena kehilangan akal sehatnya. Maka, kewajiban itu akan dilimpahkan kepada ahli warisnya. Ahli waris dimaksud di sini bukan hanya orang yang ada hubungan darah, tetapi orang yang berhak mendapatkan waris, termasuk kerabat lainnya. 


Jika tidak ada ahli waris, maka negara akan mengambil alih tanggung jawab tersebut melalui santunan yang diambil dari Baitulmal. Jika Baitulmal kosong, maka tanggung jawab dialihkan kepada seluruh kaum muslim. Artinya, negara akan memungut pajak sementara dari kaum muslim yang mempunyai kelebihan harta sampai Baitulmal tercukupi semua kebutuhannya. 


Inilah kondisi yang menggambarkan jika negara menerapkan syariat Islam sebab Islam diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengatur urusan manusia. Aturan Islam menyeluruh dan sempurna, bukan hanya mengatur individu saja, tetapi juga urusan bernegara.


Sejarah telah membuktikan bahwa hanya negara yang menerapkan syariat Islamlah yang mampu mewujudkan kesejahteraan untuk rakyatnya. Oleh karena itu, umat Islam harus bangkit, terus berjuang sekuat tenaga mewujudkan tegaknya kembali negara Islam yakni Khil4fah Rasyidah ala minhajjinnubuwwah. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]