Alt Title

Butuh Rumah Aman untuk Jaga Perdamaian, Tepatkah Solusinya?

Butuh Rumah Aman untuk Jaga Perdamaian, Tepatkah Solusinya?

Manusia itu bertindak tergandung pemikiran yang dimilikinya. Jika yang dipahaminya sistem negara saat ini baik, maka akan mengambil solusi yang sesuai dengan sistem sekarang

Begitu juga sebaliknya, maka perlu adanya kesadaran agar umat mengetahui bahwa masalah yang sebenarnya bukanlah manusianya tapi sistem ketatanegaraan yang mengatur dirinya

_________________________________


Penulis Siti Nurtinda Tasrif

Kontributor Tetap Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Rumah sejatinya merupakan tempat tinggal, tempat bernaung dan tempat berteduh. Menjadi tempat untuk beristirahat di kala lelah melakukan aktivitas, juga menjadi tempat yang paling nyaman.


Tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan rumah mewah yang ada di mana pun tapi bukan milik sendiri. Bahkan ketika kembali ke rumah pasti hati dan jiwa merasa damai. Mungkin hal seperti inilah yang dimaksud dengan rumah aman.


Rumah aman dimaksudkan untuk menjaga perdamian, khususnya perdamaian wilayah ASEAN. Di mana Indonesia yang mengetuainya mengeluarkan sebuah ide yang dianggap mampu menundukkan perbedaaan yaitu Rumah Aman. Rumah ini diharapkan dapat menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi ASEAN, baik itu perpecahan, perbedaan, hingga perselisihan.


Sebagaimana yang penulis kutip dari media kominfo[dot]go[dot]id (07/09/2023) bahwasanya Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN telah terlaksana dengan baik dan lancar. KTT itu juga telah menghasilkan sejumlah kesepakatan dalam upaya menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran kawasan ASEAN.


Presiden memandang bahwa dunia saat ini membutuhkan jangkar dan rumah aman. Jika semua pihak terbawa dengan arus rivalitas konflik dan ketegangan di suatu tempat, maka dunia diyakini akan hancur.


“Jika kita tidak mampu mengelola perbedaan, kita akan hancur. Jika kita ikut-ikutan terbawa arus rivalitas, kita akan hancur. Dunia ini butuh jangkar, butuh penetral, butuh safe house,” ujar Presiden Jokowi.


Dalam pernyataan di atas, menegaskan bahwa keberadaan rumah aman merupakan solusi untuk mengikis segala perbedaan, kehancuran dan ketidakstabilan wilayah. Bahkan rumah aman ini disinyalir menjadi alat untuk memudahkan ASEAN dalam menjaga stabilitas perdamaian. Namun apakah rumah aman ini, yang diharapkan umat selama ini? Ataukah solusi yang berbeda?


Pasalnya, umat saat ini tengah dilanda dengan banyak masalah. Bukan hanya perbedaan, tetapi pandangan dalam melihat perbedaan juga bermasalah. Di samping itu, kebanyakan umat hanya bersusah payah dalam kehidupannya, hanya untuk diri sendiri. Tidak terpikir untuk segala sesuatu tidak bisa diatasi dengan fondasi yang lemah, apalagi jika solusinya adalah rumah aman.


Maka tentu perlu dipertimbangkan kembali, solusi yang dibuat, karena hal ini menyangkut umat seluruh wilayah ASEAN, bukan saja wilayah Indonesia saja. Maka solusinya seharusnya tidak bisa hanya membangun rumah aman. Karena ada banyak hal yang akan bersentuhan dengan kehidupan bersosial. Di mana dunia ini tidak sesempit itu, untuk hanya bisa diatur atau dilindungi oleh rumah aman semata.


Dari rumah aman ini menjadi saksi bisu, bertambahnya solusi yang bersifat parsial. Ini merupakan tanda, di mana negara tidak mampu untuk memberikan solusi nyata yang praktis, sehingga secara otomatis dapat menyelesaikan persoalan yang ada dan tengah dihadapi oleh umat. Bahkan ketika rumah aman dipertahankan sebagai solusi perdamaian, maka sudah tentu akan ada yang dikorbankan, yakni biaya dalam pembangunan dan pelegalannya.


Hal ini tentu butuh dikaji dengan baik dan mendalam, sebenarnya masalahnya terletak di mana. Muncul juga pertanyaan, apakah masalah itu datang dari individu manusia? Ataukah dari pemikiran, atau bisa saja dari perilaku. 


Ketika mulai bertanya seperti ini, maka harus dikembalikan lagi bahwa manusia itu bertindak tergandung pemikiran yang dimilikinya. Jika yang dipahaminya sistem negara saat ini baik, maka akan mengambil solusi yang sesuai dengan sistem sekarang. Begitu juga sebaliknya, maka perlu adanya kesadaran agar umat mengetahui bahwa masalah yang sebenarnya bukanlah manusianya tapi sistem ketatanegaraan yang mengatur dirinya.


Sehingga dapat diketahui semua masalah yang dihadapi adalah akibat dari penerapan sistem yang salah yaitu kapitalisme. Sistem yang berorientasi pada materi, keuntungan dan kepentingan para oligarki dan korporasi. Maka tentu solusi yang lahir dari sistem ini hanya berorientasi pada kepentingan oknum pribadi saja, yang terus mengambil kesempatan dalam kesempitan.


Maka dengan mengetahui hal seperti ini, haruslah umat sadar dan meninggalkan kapitalisme. Kemudian beralih kepada sistem Islam kafah. Dimana Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh, darinya memancarkan seluruh peraturan yang berhubungan dengan kehidupan sesama manusia. Maka tidak heran solusi yang digunakan selalu diambil dari sumber hukum syarak yakni Al-Qur'an, Assunah, ijmak sahabat dan qiyas.


Islam yang diterapkan mampu menyelesaikan perdebatan, perselisihan dan segala perbedaan yang ada. Baik itu budaya, bahasa dan semangat untuk belajar. Kemudian mengkaji ilmu Islam secara mendalam dan mempertimbangkan solusi terbaik dalam masalah yang tengah dihadapi. Di samping itu dalam kepemimpinan sistem Islam akan terbentuk negara persatuan bukan federal.


Sehingga sistem Islam akan tetap independen dan tidak didikte oleh satu negara pun. Kemudian menetapkan bahwa setiap rakyat memiliki hak dan kewajiban yang sama. Kecuali batas akidah dan akhlak saja. Tapi ketika berkaitan dengan hubungan antar manusia, baru negara mengaturnya dengan baik dan totallitas.


Negara dalam sistem Islam akan menjaga kawasan yang dikuasainya, kemudian tidak akan melakukan kerja sama tanpa mendatangkan kesejahteraan bagi umat. Rakyatlah pemilik kekuasaan. Jadi pemimpin hanya sebagai pelayan rakyat/umat. Sehingga karena ketakwaan yang kokoh dan kuat akan menjadi modal utama untuk menjalankan amanah dengan baik. Tentu saja tetap berpegang teguh pada sistem Islam kafah. Maka dunia akan damai karena berjalan sesuai hukum. Wallahualam bissawab. [SJ]