Alt Title

Konser Coldplay, antara Hedonisme dan Minimnya Empati

Konser Coldplay, antara Hedonisme dan Minimnya Empati

Sesungguhnya, pemikiran sekuler-liberal inilah yang melahirkan jiwa-jiwa hedonisme. Dengan jauhnya nilai-nilai agama dalam kehidupan tentu meniscayakan adanya kebebasan dalam setiap tindakan. Acara konser akan cenderung diwarnai campur baur antara laki-laki dan perempuan (ikhtilat). Tidak akan terpikir oleh mereka itu mahram atau bukan

Konser  juga tidak luput dari para penikmat minuman keras, narkoba sampai pelaku zina. Kesadaran mereka akan Sang Maha Pencipta akan menurun bahkan hilang, karena hanyut dalam suasana meriah dengan gemerlapnya panggung serta suara musik yang memekakan telinga. Dan tak lagi peduli bagaimana nasib saudaranya yang kekurangan

_______________________


Penulis Tutik Haryanti 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi AMK



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Warga Indonesia terutama kawula muda, tidak berapa lama lagi akan disuguhi konser grup band ternama asal Inggris yakni Coldplay. Tentu saja bagi para penggemarnya akan sangat antusias menyambut kehadiran grup band idolanya tersebut. 


Konser Coldplay akan digelar di Stadion Gelora Bung Karno pada tanggal 15 November 2023, dengan tajuk "Music of Spheres World Tour 2023". Grup band Coldplay sudah sering mendapatkan penghargaan dari berbagai ajang musik, baik di negaranya sendiri Inggris sampai internasional. Berkat prestasinya grup band Coldplay mendapatkan julukan "The Most Succesful Band of the 21st Century". (Kompas[dot]com, 12/5/2023)


Seiring dengan penampilan Coldplay dalam konsernya keliling dunia. Maka, tak heran bila grup band ini menjadi sangat terkenal dan banyak pula fansnya. Termasuk para penggemarnya di Indonesia, demi dapat menyaksikan grup band kesayangannya, mereka berani merogoh kocek dalam-dalam untuk harga tiket yang sangat fantastis.


Tiket dijual oleh penyelenggara mulai dari harga 800 ribu hingga 11 juta rupiah. Mereka rela melakukan cara apapun agar tiket konser dapat dibeli. Ada yang harus menguras tabungan, ada yang dengan memotong gaji bulanan bahkan ada pula lewat pinjol (pinjaman online) yang tentunya berbasis riba. Seberapa besar pentingnya hadir di konser Coldplay ini dan adakah manfaat bagi para penontonnya terutama generasi muda?


Jiwa Hedonisme 


Konser Coldplay ataupun konser-konser lainnya selalu identik dengan hura-hura. Semata hanyalah untuk mencari kesenangan (hedonisme) bagi para penggemarnya. Mereka akan merasa puas serta larut dalam euforia bersama grup band kebanggaannya dan juga keseruan di acara tersebut. Bahkan, ada yang sampai merasa takut bila harus tertinggal atau terlewatkan hadir dalam acara tertentu. Ini biasanya disebut dengan FOMO (Fear of Missing Out). Mereka sangat kawatir dan merasa cemas bila tidak dapat ikut serta menyaksikan acara yang sangat diminati banyak orang. Oleh karena itu, berbagai cara akan selalu diusahakan meski terkadang harus melanggar hukum syariat. 


Hingga Persaudaraan Alumni (PA) 212 menyatakan penolakannya atas terselenggaranya konser Coldplay tersebut. Karena, grup band Coldplay ini telah mendukung keberadaan kaum pelangi (LGBT). (Beritasatu[dot]com, 13/5/2023). Hal ini sangat jelas telah menyalahi kodrat Sang Pencipta beserta aturan syariat-Nya 


Sesungguhnya, pemikiran sekuler-liberal inilah yang melahirkan jiwa-jiwa hedonisme. Dengan jauhnya nilai-nilai agama dalam kehidupan tentu meniscayakan adanya kebebasan dalam setiap tindakan. Acara konser akan cenderung diwarnai campur baur antara laki-laki dan perempuan (ikhtilat). Tidak akan terpikir oleh mereka itu mahram atau bukan. Konser  juga tidak luput dari para penikmat minuman keras, narkoba sampai pelaku zina. Kesadaran mereka akan Sang Maha Pencipta akan menurun bahkan hilang, karena hanyut dalam suasana meriah dengan gemerlapnya panggung serta suara musik yang memekakan telinga. Dan tak lagi peduli bagaimana nasib saudaranya yang kekurangan.


Minimnya Empati dan Ketimpangan Sosial 


Bila melihat kondisi ekonomi yang dirasakan masyarakat Indonesia saat ini, bisa dibilang sangat memprihatinkan. Meski, negara menyatakan pertumbuhan ekonomi sedang meningkat. Namun, pada kenyataannya kemiskinan merajalela dan Indonesia termasuk negara termiskin di dunia. 


Hal ini sangat tidak wajar bila menghubungkan konser dengan harga tiket yang sangat mahal. Mereka orang kaya mampu membeli sedangkan orang miskin hanya bisa gigit jari. Di sisi lain, tanpa disadari mereka telah menyakiti hati saudaranya yang kekurangan. Di sini jelas tampak ketimpangan sosial di tengah masyarakat, hingga menghilangkan empati terhadap sesamanya. Bagi orang miskin harga tiket sebesar itu, dapat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam jangka yang sangat panjang.


Sayangnya, negara justru memberikan peluang besar akan terselenggaranya konser tersebut. Dengan dalih akan meningkatkan pendapatan pekonomian dan pariwisata bagi para pengusaha. Lagi-lagi negara hanya memikirkan kepentingan para kapitalis. Sedangkan rakyat kecil hanya akan mendapat sebagian kecil saja. Beginilah bila sistem kapitalis yang menjadi rujukan, maka rakyat kecil akan selamanya sengsara. Karena kebijakannya hanya menguntungkan para kapitalis. Lalu, di mana rasa empati dan peranan negara untuk kesejahteraan rakyatnya?


Hiburan dan Kepedulian Sesamanya dalam Pandangan Islam 


Islam adalah agama yang paling sempurna dan paripurna dalam mengatur semua urusan kehidupan manusia. Baik urusan dengan Sang Penciptanya, dengan dirinya sendiri dan urusan dengan sesama manusia. Islam selalu mengajarkan untuk saling menolong dan membantu saudaranya yang kesulitan. Oleh karenanya, tidak patut jika kita bersukacita diatas penderitaan orang lain. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hujurat: 10, "Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara." 


Begitu juga Rasulullah Saw pernah bersabda,


"مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوادِّهم وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَوَاصُلِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بالحُمَّى والسَّهَر"


Artinya: "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam persahabatan kasih sayang dan persaudaraannya sama dengan satu tubuh; apabila salah satu anggotanya merasa sakit, maka rasa sakitnya itu menjalar ke seluruh tubuh menimbulkan demam dan akan terjaga." (Hadis Imam Bukhari dan Muslim)


Maka, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk membiarkan orang lain hidup menderita. Islam selalu mengajak kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Dengan mengharapkan rida Allah Swt..


Sedangkan dalam Islam, hiburan merupakan perkara yang sifatnya mubah. Tentu kita harus dapat memilih hiburan yang bermanfaat dan mendatangkan kebaikan. Jika, hiburan tersebut mendatangkan kemaksiatan, kemudaratan bahkan menyalahi syariat Allah Swt., maka segera tinggalkan. Karena dapat menjerumuskan kita dalam kubangan dosa dan mendatangkan azab Allah Swt.. Nauzubillah.


Khatimah


Negara yang menggunakan Sistem Islam atau Khilafah, akan selalu fokus dalam meriayah umat dengan sebaik-baiknya. Agar umat tercukupi kebutuhan pangan, sandang dan juga papan. Sehingga umat dapat merasakan kesejahteraan. Khilafah juga tidak akan membiarkan aktivitas maupun hiburan yang sifatnya hura-hura. Yang di dalamnya mengandung keharaman dan kesia-siaan. Namun, Khilafah akan memberikan tontonan dan hiburan yang mendidik, agar terwujud generasi yang cerdas dan bertakwa kepada Allah Swt.. Wallahualam bissawab. []