Alt Title

Hubungan Amerika-Isra*l Retak Saatnya Umat Islam Bersatu

Hubungan Amerika-Isra*l Retak Saatnya Umat Islam Bersatu




Persatuan hakiki akan terwujud menjadi kekuatan besar untuk melawan musuh

jika dibangun atas dasar akidah Islam


_____________________


Penulis Umi Lia

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pada dasarnya, hubungan antara AS dan Isra*l sangat strategis dalam politik luar negeri mereka di Timur Tengah. Namun, akhir-akhir ini muncul desas desus bahwa relasi mereka tengah retak. Dalam artikelnya, surat kabar Yisrael Hayom mengutip kedekatan mereka telah mencapai titik terendah.


Hal ini dikarenakan Netanyahu memanipulasi Presiden Amerika, diduga tidak melaksanakan apa-apa yang telah disepakati serta enggan melanjutkannya. Orang-orang dekat Trump menekan pemimpin Isra*l untuk mengambil langkah-langkah supaya bisa mencapai visi negara Paman Sam itu di kawasan Teluk. Namun, Perdana Menteri menolak melakukannya. (Republika.co.id, 09-05-2025)


Banyak pihak dalam pemerintahan Netanyahu yang merasa tidak optimis dengan negosiasi antara Washington dan Teheran mengenai program nuklir Iran. Sementara, Perdana Menteri Zion*s telah gagal menawarkan proposal konkret mengenai Gaz*, serta belum bisa menyajikan rencana dan jadwal yang pasti terkait Houthi di Yaman.


Menurut Michael Pfeifle pejabat komunikasi Gedung Putih sebagian politisi Amerika merasa tidak senang dengan apa yang dilakukan pemimpin Isra*l. Mereka ingin melihat gencatan senjata kedua di Gaz* lebih cepat daripada yang dikehendaki pemerintah Yahudi.


Sementara di pihak Isra*l, mereka merasa kecewa dengan Trump. Muhamad Mustofa, seorang pakar urusan Zion*s, mengatakan tentang adanya kekecewaan dari pemerintahan Netanyahu terhadap Presiden Amerika tersebut. Mereka percaya bahwa negeri Paman Sam itu akan sepenuhnya sejalan dengan kepentingan Isra*l. Akan tetapi, faktanya tidak karena pemerintah AS justru mengambil keputusan yang bertentangan dengan apa yang diharapkan.


Mustofa mengungkapkan bahwa pemerintahan Trump telah menandatangani perjanjian dengan Houthi terkait kapal-kapal di Laut Merah juga terlibat dalam perbincangan dengan Iran dalam membahas program nuklirnya. Langkah yang diambil Presiden AS ini tidak memberitahu dan tidak menyertakan pemerintahan Isra*l di dalamnya.


Selain itu, pemimpin negara adidaya ini, mengatakan bahwa Suriah berada dalam pengaruh Turki. Kemudian kesepakatan dengan Saudi mengenai proyek nuklir bisa saja terealisasi tanpa normalisasi Riyad dengan Tel Aviv. Dari sini disimpulkan, bahwa orang nomor satu di Amerika menjadikan kepentingannya lebih penting daripada Isra*l.


Persatuan Mereka Rapuh


Fakta politik yang terjadi antara Presiden AS dan Perdana Menteri Isra*l menggambarkan bahwa persatuan musuh-musuh Islam sebenarnya hanya semu. Mereka tetap terikat dengan kepentingan masing-masing, bersatu dalam memusuhi Islam dan kaum muslim. Sementara di sisi lain, tetap memprioritaskan kepentingannya.


Kerapuhan persatuan mereka sudah Allah Swt. gambarkan dalam firman-Nya : "Mereka tidak akan memerangi kamu secara bersama-sama kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu mengira bahwa mereka itu bersatu. Padahal hati mereka terpecah belah. Hal itu disebabkan mereka kaum yang tidak berakal." (QS. Al-Hasyr: 14)


Hal inilah yang harus disadari umat lslam. Bahwa persatuan hakiki akan terwujud menjadi kekuatan besar untuk melawan musuh jika dibangun atas dasar akidah Islam saja bukan nasionalisme sebab nasionalisme adalah alat untuk memecah belah negeri-negeri Islam sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengirimkan militer membebaskan Pal*stina. Masing-masing negeri Islam mementingkan bangsanya sendiri atas nama nasionalisme. 


Saatnya Umat Islam Bersatu


Bagaimana mewujudkan persatuan hakiki? Hal ini telah dicontohkan oleh teladan kita Rasulullah saw.. Dimulai dengan dakwah di Mekah hingga berhasil mendirikan institusi negara Islam di Madinah yang dibangun berlandaskan akidah yang sahih.


Selanjutnya, negara yang dibangun oleh Rasulullah tersebut mampu menundukkan dan menaklukan dua imperium besar kala itu, yakni Romawi dan Persia. Setelah Rasul wafat, kekuasaan ini dilanjut oleh para sahabat dan generasi selanjutnya yang dikenal dengan nama Daulah Islamiah. 


Sepanjang sejarahnya, kaum muslim memiliki institusi politik yang menjaganya dari musuh-musuh Islam. Daulah adalah junnah atau perisai umat yang mampu menggetarkan hati orang-orang kafir. Siapa pun mereka, hatinya ciut hanya dengan mendengar tentara kaum muslim. Lebih baik menghindari daripada bertatap muka di medan perang. Itulah yang dirasakan pasukan Romawi, Persia, tentara Salib bangsa Eropa dan Barat terhadap militer Daulah saat itu.


Tegaknya kembali Khil4fah adalah janji Allah. Kehadirannya sebagai pemersatu bagi negeri-negeri muslim dunia, serta akan membebaskannya dari berbagai bentuk penjajahan termasuk membebaskan Pal*stina. Kebutuhan kaum muslim akan Khil4fah harus terus-menerus digaungkan, didakwahkan, dan diperjuangkan.


Tentu saja upaya penyadaran ini perlu kerja jamaah Islamiah yang bersifat ideologis yang menjadikan akidah sebagai pengikatnya. Kelompok dakwah ini akan membimbing umat untuk menapaki jalan perjuangan yang sudah dilalui Rasul saw. sehingga umat juga berjuang dan berdakwah mengikuti metode Rasul.


Cara inilah yang akan menghantarkan tegaknya kepemimpinan Islam dan Khil4fah. Selanjutnya, menjadi negara adidaya yang akan meninggikan kalimatullah dan menjadi pelindung umat yang akan mengalahkan musuh-musuh Islam dan membebaskan Pal*stina dengan jihad fii sabilillah. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]