Alt Title

HAM Masih Dijadikan Standar Perbuatan, Masihkah Ada Keadilan?

HAM Masih Dijadikan Standar Perbuatan, Masihkah Ada Keadilan?

Pada kenyataannya, kebebasan hanya memberikan dampak buruk bagi umat, mereka akan merasa punya kendali atas hidup mereka sendiri

Kehancuran terbesarnya adalah, mereka tidak akan mau memperhatikan kondisi di sekelilingnya

__________________________________________


Penulis Gosa

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Remaja




KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sudah berapa sering kita mendapati sekian banyak menyerukan pentingnya hak asasi manusia? Rata-rata, masyarakat yang lahir dalam buaian nasionalisme, menjadikan HAM sebagai sandarannya untuk menjalankan kehidupan. Mereka merasa keadilan nasionalisme tentu terbangun atas berdirinya pemahaman ini.


Dalam undang-undang Nomor 39 tahun 1999, dijelaskan bahwa hak asasi manusia merupakan kumpulan haknya yang telah melekat pada setiap individu sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan wajib dijunjung tinggi, dihormati dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang. Secara garis besar, HAM adalah hak atas individu, mulai dari hak asasi politik sampai ekonomi.


Semua orang berhak atas diri dan pilihannya, contoh sederhananya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan. “katanya”, semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Dapat kita lihat pada peraturan buatan manusia ini, tepatnya Undang-Undang 1945 pasal 31 ayat 1, berbunyi: “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan . Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.” Tapi, perlukah kita meneliti kembali? nampaknya tidak, menjadi rahasia umum jika banyak sekali anak-anak pelosok yang sulit mendapatkan pendidikan, mereka mendapatkannya hanya dari relawan di tempat itu.


Dikutip dari Detik[dot]com pada 17/01/2020 pukul 09:31 WIB, di Dusun Ambatunin, dusun terpencil dari Desa Uren, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, tidak terdapat sekolah. Sekolah terdekat berada di Dusun Hampang, yang memerlukan waktu enam jam dengan berjalan kaki. Sementara, kendaraan roda dua juga terbatas. Akibat minimnya akses pendidikan, sejumlah penduduk usia sekolah tak bisa baca tulis alias buta huruf.


Jika memang benar sebuah peraturan dan hak pendidikan diperuntukkan untuk semua rakyat dalam negara tersebut. Apakah adil jika sebagian besar masih banyak masyarakat terpencil tidak mendapatkan sebuah pendidikan? Kecuali, aturan itu untuk keuntungan para tikus berdasi yang terus mengendus mencari keuntungan.


Fokus terbesar yang perlu dijadikan perhatian adalah hak kebebasan. Mulai dari kebebasan bergerak, berpendapat, beragama, dan lainnya. Pernahkan berpikir makna sebuah kebebasan atau liberal? Jika seorang anak yang sedang berkembang akalnya dibebaskan ibunya untuk bermain ditengah jalan, apakah pantas dibiarkan? Jika masyarakat diberi kebebasan, lantas mengapa ada sebuah aturan yang dikatakan mengikat mereka. Padahal katanya bebas. 


Jika melanggar, berarti bolehkah seseorang mengatasnamakan hak kebebasan? Sistem barat yang orientasinya hanya materi ini memang membingungkan. Pada kenyataannya, kebebasan hanya memberikan dampak buruk bagi umat, mereka akan merasa punya kendali atas hidup mereka sendiri. Kehancuran terbesarnya adalah, mereka tidak akan mau memperhatikan kondisi di sekelilingnya.


Dikutip dari okezone[dot]com pada Senin, 25 Desember 2023, Seorang warga Kampung Banjar Agung Mataram, Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah nekat mencuri empat celengan milik tetangganya sendiri. Lalu, bagaimana solusi ini diselesaikan? Si pencuri akan mengatakan bahwa itu hak dia bekerja sebagai pencuri, namun pendapat tetangganya mengatakan bahwa celengan itu miliknya, sehingga dia punya hak atas itu. Terkait makna hak kebebasan dalam bekerja, siapa yang salah?


HAM Tidak akan Memberikan Keadilan bagi Umat Islam, Mengapa?


Banyak terjadi diluar sana, orang-orang yang dengan sengaja membakar Al-Qur’an. Apakah ia dipidana dengan hukum Isam? atau paling tidak dengan hukuman yang menjerakan? Nyatanya tidak. Sedangkan umat islam yang yang menyuarakan kebenaran dikatakan kapitalis? Apakah itu arti sebuah keadilan?


Banyak arti kata yang diubah oleh para penjajah pemikiran. Dengan mudahnya sesuatu yang terlihat jelas kebenarannya, sekarang dianggap salah oleh orang-orang yang terjajah lewat cara dia berpikir. Mulai dari Childfree sampai hal menjijikkan seperti perzinaan, berakhir solusinya lewat tali pernikahan. Ketika tindak kejahatan dilakukan oleh masyarakat, hukum yang diberikan mudah diganti hanya dengan uang dan ringan jika dia memiliki jabatan. 


Duh, mirisnya negeri ini, yang mana mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun, yang dipakai adalah sistem dari barat. Sudah pasti tidak akan bisa lepas dari kapitalisme, liberalisme, pluralisme, sekulerisme, dan paham-paham berbau moderasi beragama. Sudah berapa lama negeri ini memakai sistem buatan manusia? Apakah terdapat solusi di dalamnya? Lantas, solusi seperti apa yang justru membuat pelaku kejahatan jera, namun malah semakin meningkatnya angka kriminalitas di negeri ini?


Fakta dan kenyataannya, hanya Islam yang mampu mengatasi berbagai macam permasalahan dari yang terkecil sampai yang paling besar seperti pemerintahan. Islam bahkan telah menyiapkan seperangkat peraturan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Tinggal dipakai tanpa perlu ada revisi dan amandemen seperti undang-undang buatan manusia yang minim pengetahuannya. 


Hakikatnya, peraturan Islam sudah yang paling benar dan sangat lurus. Jika dibandingkan dengan peraturan barat. Maka sudah sepantasnya kita sadari, pahami, dan sebarkan Islam seluas-luasnya. Sampai orang menyadari bahwa Islam solusi atas kehidupan. Jangan mencari yang lain lagi. Jika seluruh kekacauan di negeri ini bertambah, tidak heran generasi setelahnya akan sehancur apa. Membayangkannya saja sudah membuat meringis. Wallahualam bissawab. [Dara]