Alt Title

Mencetak Generasi Unggul

Mencetak Generasi Unggul

Betapa pentingnya generasi agar:

Pertama, mempunyai akidah (keimanan) Islam. Kedua, wajib punya kepribadian Islam (pola pikir dan pola sikap sesuai pandangan Islam). Ketiga, harus mampu memahami Islam secara paripurna. Terakhir, menjadi generasi saleh salehah, dan dapat menjadi tabungan orang tuanya

____________________________________________



KUNTUMCAHAYA.com, NEWS - Minggu pagi, 26 November 2023 bertempat di salah satu masjid di Kabupaten Bandung telah dipadati jamaah ibu-ibu yang hendak mengikuti kajian Majlis Taklim Al-Istiqamah. Para ibu dan remaja putri yang berdatangan dari berbagai majelis taklim se-kabupaten Bandung berkumpul untuk mendengarkan kajian parenting dengan judul Mencetak Generasi Unggul. Masjid artistik dengan nuansa kilau emas itu pun dipenuhi hingga 600-an jamaah. 


Di awal acara, pemilik masjid memberi pengantar dan wejangan. Pertama beliau mengabarkan bahwa ketika semua muslim sangat berkeinginan untuk pergi ke Raudhah ketika haji dan umroh, sebenarnya sangat bisa didapat di sekitar kita, yakni mendatangi majlis-majlis ilmu. Kedua beliau pun berpesan agar semua bisa menjadi ibu-ibu yang konsisten dalam menjalani kehidupan, konsisten dalam kebenaran. Terakhir pesannya, bahwa agar negara kuat dibutuhkan empat komponen: Adilnya pemimpin, bijaknya ulama, berehanna (murah sedekahnya) aghniya (kaum kaya), dan doa dari fuqara wal masaqin. 


Masuk ke agenda inti, kajian diselenggarakan dengan cara talk show yang dipandu oleh moderator Bu Irianti Aminatun. Narasumber pertama adalah Bunda Lilis Saic, praktisi parenting nasional. 


Pemaparan Bunda Lilis dibuka dengan menyebut bahwa umat tengah terjangkiti penyakit serius yang menggerogoti generasi. Bagaimana mengatasinya? 


Bunda menjawab betapa untuk mendapat bibit unggul yang punya potensi, kualitas, bermanfaat tinggi, dan bisa dinikmati (dipanen), dibutuhkan proses yang luar biasa. Perlakuannya harus diberi vitamin, pupuk, dan penghilang hama yang berkualitas pula. 


"Lantas bagaimana kabar umat Islam hari ini?" tanya Bunda. 


Bunda melanjutkan, "Umat sedang tidak baik-baik saja."


Beberapa di antaranya adalah, kondisi di Palestina kini tengah diperangi hingga belasan ribu tewas, ribuan di antaranya anak dan perempuan. Perempuan di sana tak pernah berkesempatan untuk melepaskan penutup auratnya siang malam, tersebab perang bisa saja merenggut keselamatan dan nyawanya kapan pun. 


Adapun kondisi di dalam negeri, Jabar khususnya tengah menghadapi kondisi pilu. Disebut oleh Bunda bahwa Jabar ada di peringkat 1 dalam kasus narkoba; sebanyak 56% remaja mengaku telah melakukan seks bebas (BKKBN, pada usia 14 s/d 15 tahun); di wilayah Rancamanyar ada yang curhat bahwa seorang anak kls 5 SD hamil, mirisnya dirinya melakukan hal demikian dengan teman sekelasnya.


Tak hanya itu, terjadi peningkatan kasus HIV Aids di kalangan remaja Jabar. Hari Aids sedunia pun biasa dilewati dengan pembagian bunga-bunga mawar yang diselipi alat kontrasepsi dan dibagikan kepada para remaja. Masa valentin dilewati dengan pemandangan di gerai-gerai supermarket, coklat-coklat dikemas cantik bersama alat kontrasepsi sebagai bonusnya. 


Lebih lanjut Bunda menambahkan, di Kecamatan Majalaya dan Paseh ditemukan komunitas L96T remaja dimana mereka aktif mencari peserta baru. Tak ketinggalan angka pelaku tawuran pelajar di Jabar terus meningkat. Bunda mengatakan, "Jika di Palestina remaja meregang maut karena terenggut perang, di sini tak sedikit yang meregang nyawa karena tawuran." 


Beliau berkata, "Bagaimana kabar generasi saat ini?"


Generasi saat ini dikenal dengan sebutan, generasi stroberi atau Z-lenial, mereka cantik, cerdas, kreatif, tapi rapuh. Mereka pun sangat membutuhkan apreasiasi, eksistensi.


Di sisi lain, Bunda Lilis menyoroti bagaimana Indonesia menghadapi ledakan bonus demografi menuju 1 abad Indonesia merdeka. Beliau mengatakan, "Jika mampu dimanfaatkan untuk bisa mencetak generasi unggul, maka luar biasa."


"Maka menjadi sebuah renungan bagi para orang tua, sudahkah menjadi orang tua berkualitas? Jangan sampai hanya menjadi orang tua 'kebetulan'. Oleh karenanya siapkanlah ilmu (salah satunya ilmu parenting)."


Bagi para pendidik/sekolah, bukan hanya menyelenggarakan pendidikan dilihat dari sisi mampu memberikan ijazah saja. 


"Fakta miris, saya pernah menyimak podcast Daniel Mananta, ada sekolah internasional ketika dilihat kamar mandinya ada 3 ruangan, untuk wanita, laki-laki, dan gender netral, betapa mirisnya," terang Bunda.


Selanjutnya bahwa di tengah masyarakat, perlu adanya saling mengoreksi satu dengan lainnya. Bahkan butuh untuk direnungkan juga hingga ranah sistem, yakni peraturan yang sama yang menaungi semua elemen masyarakat.


Dari semua itu Bunda Lilis menegaskan betapa akar maslaah dari potret buram generasi saat ini adalah penerapan ideologi kapitalis sekuler. Beliau mengajak semua peserta untuk belajar dari para ummahat generasi salaf. Mulai dari ibunda Anas bin Malik, Imam Syafi'i, Muhammad al-Fatih, hingga Abdurrahman as-Sudais.


Anas bin Malik anak Ummu sulaim yang dihadiahkan oleh sang ibu kepasa Rasulullah saw. untuk menjadi maulanya Rasulullah saw.. Setelah sekian lama Anas berada di samping Rasulullah, dan mendapat tempaan pendidikan Rasulullah, ia menjadi pribadi yang angkat cemerlang. Sekitar 2000 hadis diriwayatkan melalui dirinya. Pemaparan materi Bunda Lilis tutup dengan menyampaikan keberkahan pendidikan Islam dari Rasulullah menjadikan Anas bin Malik mempunyai kebun kurma yang bahkan menghasilkan panen sampai dua kali dalam setahun, sementara di sekitarnya hanya mampu sekali saja panen. 


Berikutnya Ustazah Irianti Amminatun, sang moderator mengutip sebuah ungkapan betapa Allah kagum dengan generasi ash-shafwah, yakni generasi yang tidak ada keinginan untuk menyimpang dari Islam. Allah pun mempersembahkan aturan agar manusia mampu menciptakan generasi ash-shafwah. 


Narasumber kedua adalah seorang ustazah Kabupaten Bandung, Ustazah Adibah Nur Fauziyah. Beliau membawakan tema Bersama Islam Generasi Cemerlang.


Pesan penting dari Allah Swt. dalam Al-Qur'an surah Attahrim ayat ayat 6, jagalah diri dan keluarga dari api neraka, dijelaskan oleh Ustazah. Generasi zurriyatan dhiafan yang dimaksud dalam ayat tersebut dipaparkan oleh Ustazah sebagai generasi yang lemah dari sisi fisik, akidah, pemikiran, mental, hingga moral. Ini tentu tak boleh terjadi.


Ustazah mengatakan, "Generasi sekarang itu glowing-glowing, teknologi keren, tapi tidak kuat mentalnya. Mereka adalah Gen Z, gen stroberi."


Itu terbentuk karena sat ini ada virus sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. 


"Padahal Islam itu tidak ada yang dibenten-bentenkeun (bahasa Sunda: dibeda-bedakan). Misal tentang pakaian, bahasan di masjid, di mana pun, kapan pun, dalam kondisi apa pun itu sama."


Ketika terjadi pembedaan, ini sesungguhnya peran dari orang kafir agar muslim jauh dari agamanya. 


"Rasulullah di masjid mendidik (tausiyah), membuat strategi hingga aba-aba untuk berperang," jelasnya. 


Maka saat ini sangat butuh sekali, sekolah yang baik (mengajarkan ilmu Islam kafah). Sehingga masjid wajib dijadikan tempat menyampaikan ilmu-ilmu Islam kafah. Misal dari sisi politik, maka wajib dijelaskan bahwa ia bermakna riayatussuunil ummah (mengurusi kaum muslimin dengan Islam).


"Dalam Islam, seluruh anak dilahirkan dalam keadaan fitrah," Ustazah menyampaikan terkait salah satu hadis Rasulullah saw.. Ayah ibunyalah yang kelak menjadikan anak tersebut menjadi sosok berkepribadian Islam, yahudi, Nasrani, atau lainnya. Juga yang menjadikan generasi tangguh atau rapuh.


Ustazah menambahkan, "Generasi tangguh itu adalah generasi saleh yang taat kana (bahasa Sunda: pada) syariat Allah."


Fakta bahwa generasi muda itu rata-rata idealnya energik, mudah menerima ilmu, dan ini adalah aset umat. Makanya tidak mengherankan jika di Gaza, yang banyak menjadi korban dibombardir adalah bagian dari generasi/anak-anak.


Lantas bagaimana kita mampu menjadikan generasi Mush'ab bin Umair, Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib, anak-anak tangguh di Palestina, dll?


Jawaban ustazah adalah bahwa mendidik anak wajib sesuai tuntunan Islam. Hal itu setidaknya karena:


1. Anak/generasi akan dimintakan pertanggungjawaban di hadapan Allah (Al-Isra ayat 36).


2. Siapa pun yang mengikuti petunjuk wahyu, pasti benar (Thaha ayat 122).


3. Untuk menghasilkan output yang terbaik simak Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 110.


Lebih lanjut Ustazah menjelaskan, pernikahan itu untuk meghasilkan keturunan, meneruskan peradaban yang taat pada Allah Sang Pencipta semesta. 


"Allah itu satu, kitab kita satu, kiblatnya hiji (bahasa Sunda : satu), sadayana urang (setiap kita adalah) makhluk Allah, hamba Allah. Setiap diri kalian diciptakan oleh Allah sebagai hamba untuk beribadah kepada Allah Swt.," lanjutnya. 


Penjelasan selanjutnya betapa pentingnya generasi agar: Pertama, mempunyai akidah (keimanan) Islam. Kedua, wajib punya kepribadian Islam (pola pikir dan pola sikap sesuai pandangan Islam). Ketiga, harus mampu memahami Islam secara paripurna. Terakhir, menjadi generasi saleh salehah, dan dapat menjadi tabungan orang tuanya. 


Talk show semakin menghangat dengan disampaikannya tiga pertanyaan di saat momen diskusi. Dan ketiganya pada intinya dijawab oleh Bunda Lilis dan Ustazah Adibah secara bergantian dengan penjelasan sebagai berikut. 


Pertama, umat wajib paham hak dan kewajiban, ketika berposisi sebagai istri/ibu, suami/ayah, bahkan sebagai penguasa. Kedua bahwa semua kalangan harus satu visi satu tujuan, yakni rida Allah Swt.. Ketiga untuk senantiasa melakukan apapun dalam kerangka mendidik itu tidak boleh ditujukan hanya demi meraih materi. 


Jika anak yang diamanahkan adalah laki-laki, maka didiklah ia agar memiliki karakter pemimpin (qawam) dan paham tanggung jawab (di dunia sebagai hamba Allah, tanggung jawab terhadap istri, anak, dll). Laki-laki pun harus siap menerima tanggung jawab lebih 2 kali lipat dibanding perempuan.


Adapun anak perempuan, ketika dididik, biasakan untuk memiliki tanggung jawab di dalam rumah, sebagai istri dan ibu. 


Semua penjelasan Bunda dan Ustazah mengarahkan untuk mengajak semua jamaah agar mempersiapkan diri untuk mendidik anak, generasi umat, dan bersama-sama paham bahwa akar problematik generasi adalah diterapkannya sistem kapitalisme sekuler. [MKC/By]