Alt Title

Bunuh Diri pada Anak, Bukti Generasi Rapuh

Bunuh Diri pada Anak, Bukti Generasi Rapuh

 


Diperlukan solusi yang hakiki untuk menghentikan kasus bunuh diri ini, yaitu dengan menerapkan Islam sebagai ideologi kehidupan

 Setiap individu akan menyadari bahwa dirinya adalah seorang hamba Allah Swt.. Sehingga kehidupannya akan berjalan sesuai perintah dan larangan Allah serta setiap aktivitasnya akan terikat dengan hukum syarak

______________________________


Penulis Siska Juliana 

Tim Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kabar mengejutkan kembali datang dari kalangan anak dan remaja. Seorang bocah nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Ia ditemukan sudah tidak bernyawa lagi di dalam kamarnya. Peristiwa tersebut terjadi di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan. Dugaan penyebab aksi nekat itu karena dilarang bermain HP. (detik[dot]com, 23/11/2023) 


Pada awalnya korban terus bermain HP. Ibunya menegur agar korban berhenti main HP untuk makan siang. Akhirnya, HP korban diminta. Korban marah dan mengunci diri di kamar, hingga ditemukan tubuhnya sudah tergantung tak bernyawa. 


Sungguh miris melihat kondisi anak dan remaja saat ini. Mereka sangat rapuh ketika menghadapi sebuah masalah, bahkan untuk persoalan yang sepele. Tak aneh jika mereka mendapat julukan generasi strawberry karena kerapuhannya.


Selain kondisi mental yang rapuh, anak-anak dapat dengan mudah mendapat informasi dari media sosial tentang cara melakukan bunuh diri. Tak sedikit konten-konten yang menyajikan tutorial self harm, adegan kekerasan, bahkan tayangan yang mencontohkan aksi bunuh diri. Semua itu jelas akan memengaruhi mental anak, karena mereka belum mengerti sikap yang baik dan buruk. 


Adapun pangkal penyebab dari kasus bunuh diri adalah sistem kapitalis sekuler yang diterapkan saat ini. Paham yang menafikan agama dalam kehidupan. Tidak ada ruang bagi Allah Swt. untuk mengatur manusia dalam menjalani kehidupannya. Agama hanya menjadi aktivitas ritual pribadi dan di tempat-tempat ibadah. 


Sungguh sekularisme sangat berbahaya dan tidak layak diambil oleh kaum muslim, termasuk remaja. Sekularisme merupakan ideologi penjajah yang ditancapkan ke dalam benak kaum muslim, sehingga pemahaman Islam tercerabut dari diri mereka. Akhirnya, generasi muda tidak merasa bangga pada Islam dan justru merasa bahagia saat bergaya hidup sekuler.


Saat ini, banyak remaja muslim yang terjebak gaya hidup hedonis. Mereka konsumtif, menjadi budak media sosial, kecanduan game online, sampai terjerat judi online. Semua itu dilakukan hanya untuk kesenangan semu dan mengejar materi. 


Diperlukan solusi yang hakiki untuk menghentikan kasus bunuh diri ini, yaitu dengan menerapkan Islam sebagai ideologi kehidupan. Setiap individu akan menyadari bahwa dirinya adalah seorang hamba Allah Swt.. Sehingga kehidupannya akan berjalan sesuai perintah dan larangan Allah serta setiap aktivitasnya akan terikat dengan hukum syarak.


Maka, seberat apa pun permasalahan yang menimpa dirinya, tidak akan terlintas untuk melakukan bunuh diri, karena ia yakin bahwa ini adalah ketetapan-Nya dan Allah pasti akan memberikan jalan keluar padanya.


Sebagaimana firman Allah Swt., 

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...." (TQS. Al-Baqarah: 286).


Begitupun dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat senantiasa melaksanakan amar makruf nahi mungkar. Mereka tak segan untuk menegur ketika ada pelanggaran hukum syarak, pun saat ada yang kesusahan, akan saling membantu meringankan beban saudaranya. 


Negara akan menjamin kebutuhan rakyatnya. Sehingga individu masyarakat hidup sejahtera dan terhindar dari tekanan hidup yang memicu stres. Negara akan melindungi generasi muda dari pemikiran yang merusak. Tidak akan ada media yang menayangkan konten negatif, karena media dalam Islam digunakan untuk berdakwah dan memberi pemahaman Islam pada masyarakat. 


Pendidikan dalam Islam bukan bertujuan untuk mengejar materi, tetapi membentuk individu yang memiliki kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiyah) dengan menanamkan akidah Islam. Pola pikir dan pola sikap sesuai dengan aturan Allah Swt.. Sehingga lahirlah generasi tangguh sekelas Umar bin Khattab, Salahuddin Al Ayyubi, dan Muhammad Al Fatih. 


Dari peradaban Islam pula lahir para ilmuwan yang karyanya masih bisa kita rasakan sampai saat ini. Seperti Al Khawarizmi, Abbas Ibnu Firnas, Fatimah Al Fihri, dan masih banyak lagi. Dengan pendidikan Islam, generasi muda tidak akan sibuk dengan persoalan hidupnya sendiri, tetapi mereka akan berkontribusi untuk kemaslahatan umat. 


Tidakkah kita merindukan sosok generasi muda yang akan memimpin peradaban?


Saatnya kembali melanjutkan kehidupan Islam dan mencampakkan sistem kapitalis sekuler. 

Wallahualam bissawab.