Alt Title

Tatkala Bantuan Tidak Tepat Sasaran

Tatkala Bantuan Tidak Tepat Sasaran

Sungguh edan dunia saat ini, entah kemana perginya nilai agama, moral dan kemanusiaan

Yang ada hanyalah nilai materi semata, sehingga setiap individu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan segala yang diinginkan. Tidak peduli, apa cara itu dapat merugikan rakyat ataukah tidak, yang terpenting adalah mendapatkan materi sebanyak-banyaknya

____________________________


Penulis Siti Nurtinda Tasrif

Kontributor Tetap Media Kuntum Cahaya & Aktivis Dakwah Kampus



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pada dasarnya, setiap manusia membutuhkan bantuan. Baik bersifat materil atau pun kemanusiaan. Di samping karakter manusia yang terbatas semakin menunjukkan kepastian betapa benar, bahwa setiap manusia membutuhkan bantuan. Terutama, posisi orang tersebut adalah sebagai rakyat.


Rakyat merupakan bagian yang penting dalam sebuah negara, karena tidak disebut sebagai negara jika tidak memiliki rakyat. Dalam setiap negara rakyatlah yang memiliki kekuasaan, sehingga negara berkewajiban untuk memenuhi setiap kebutuhan rakyatnya. Terutama untuk orang-orang yang tidak mampu.


Bantuan yang dibutuhkan oleh rakyat, berupa papan, pangan dan tidak ketinggalan sandang. Di samping itu, selain dari materi, rakyat membutuhkan keamanan, keadilan dan kesejahteraan untuk bisa bertahan hidup dalam negara tempatnya berpijak. Namun melihat dari fakta yang terjadi, ternyata tidak seindah kata-kata mutiara. Pun juga tidak seindah janji-janji manis yang diberikan oleh oknum partai pada setiap pemilu.


Saat ini, setiap rakyat hanya menelan pil pahit buah dari penyalahgunaan kekuasaan para oknum politik. Bahkan tidak ada habisnya, para politisi melakukan penimbunan kekayaan. Baik untuk dirinya maupun untuk keluarganya. Bahkan tidak sedikit pun dalam hatinya memiliki rasa takut kepada Allah Swt. atas segala keburukan yang dilakukan.


Lebih ironis lagi, yang menerima bantuan adalah kerabat dekatnya saja. Itu pun bukan berasal dari kalangan menengah ke bawah. Tetapi juga dari kalangan atas, yang sudah tentu bukan sasaran untuk mendapatkan bantuan meskipun bantuan berupa bansos. Seharusnya, sebagai kalangan atas, bisa memiliki peran yang lebih untuk dapat membantu setiap orang yang membutuhkan, ini malah sebaliknya dan masih berharap untuk mendapatkan bantuan.


Di samping itu juga, para oknum pejabat, menjadikan kerabatnya yang menerima bantuan. Bahkan di seluruh negeri bisa mencapai jutaan jiwa yang menerima bantuan namun tidak tepat sasaran. Sebagaimana yang penulis kutip dari Media rbtv[dot]disway[dot]id (17/06/2023) bahwasanya Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengungkapkan penyaluran bansos banyak salah sasaran karena banyak data penerima program itu yang tidak valid.


Banyak warga yang seharusnya menjadi penerima manfaat justru tidak menerima bantuan sama sekali akibat terdapat oknum yang menyalahgunakan namanya. “Akhirnya kami harus menidaklayakkan (mencoret) 5,8 juta calon penerima bansos yang tidak sesuai kriteria," ujarnya. Tidak heran, jika jumlah orang yang tidak mampu semakin meningkat.


Bagaimana tidak, sudah jelas-jelas yang menerima bantuan hanyalah kerabat dari pejabat dan terkategori sebagai kalangan yang mampu berdasarkan finansialnya. Namun menyedihkannya, tetap mendapatkan bantuan meskipun dengan cara yang kotor. Kemudian rakyat yang seharusnya mendapatkan bantuan, tidak sama sekali bisa merasakannya.


Sungguh edan dunia saat ini, entah kemana perginya nilai agama, moral dan kemanusiaan. Yang ada hanyalah nilai materi semata, sehingga setiap individu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan segala yang diinginkan. Tidak peduli, apa cara itu dapat merugikan rakyat ataukah tidak, yang terpenting adalah mendapatkan materi sebanyak-banyaknya.


Hal di atas sesuai dengan ideologi yang mencengkeram dunia saat ini yaitu kapitalisme. Sebuah sistem yang berdiri atas satu asas yakni sekularisme. Asas yang memisahkan pengaruh agama dari kehidupan kemudian meniscayakan pemisahan agama dari negara. Maka tidak heran jika oknum-oknum pejabat yang dibesarkan dengan sistem kapitalisme, maka akan menjadi invidu yang mencari materi semata.


Kapitalisme juga, menjadikan setiap individu hanya memikirkan dirinya sendiri saja. Sehingga tidak bisa merasakan kesulitan dan musibah yang diderita oleh saudaranya, termasuk saudara sesama muslim. Di samping itu menciptakan individu yang memiliki pandangan hidup untuk mencari materi, materi, dan materi saja, bukan yang lain.


Bahkan dalam sistem ini, tidak ada yang namanya abadi. Baik itu keluarga, teman dan sahabat. Yang abadi itu hanyalah uang, materi, dan keuntungan. Sehingga kebanyakan pejabatnya tidak amanah bahkan cenderung menerima suap. Dengan tujuan untuk meraup keuntungan yang lebih besar lagi.


Bertolak-belakang dengan kapitalisme, Islam ternyata memiliki pengaturan yang kompleks, di samping memang sesuai dengan kebutuhan rakyat, baik dari segi sandang, pangan dan papan. Untuk menunjang kehidupan yang sejahtera. Di samping para pejabat dalam sistem Islam hanya memikirkan satu hal dalam hidupnya yaitu menggapai rida Allah Swt. yang dapat menjadi perantara masuk ke dalam surga.


Islam akan melahirkan pejabat-pejabat yang jujur dan terpercaya, pun juga mumpuni dalam bidangnya, bukan diambil secara acak. Apalagi orang yang tidak memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga tidak akan ada individu politik yang melakukan penyelewengan dalam menunaikan amanahnya.


Karena jika terbukti melakukannya maka akan dikenakan sanksi berat, bahkan hukumannya bisa sampai pada kehilangan nyawa atas pengkhianatan yang dilakukan oleh pemimpin kepada bawahannya. Bahkan lebih luar biasa lagi adalah setiap dijalankan hukuman dalam sistem sanksinya harus di tengah wilayah, sehingga dapat disaksikan oleh seluruh rakyat sebagai efek jera sekaligus penggugur dosa.


Maka dengan luar biasanya sistem Islam, apakah tidak rindu untuk segera diterapkan? Tentu saja bagi orang-orang yang telah sadar pasti sangat rindu. Namun rindu saja tidak cukup, haruslah ada upaya maksimal untuk bisa mewujudkannya. Bahkan jika nyawa taruhannya haruslah siapa, karena ketika kita mati dalam memperjuankan agama Allah maka Allah Swt. akan berikan mimbar-mimbar dari cahaya kelak di surga. Wallahualam bissawab. [By]