Pejabat Amanah Hanya Ada dalam Bingkai Islam
Surat PembacaTeladan kepemimpinan dalam Islam terlihat pada pribadi Rasulullah saw.
adil, bijaksana, dan konsisten menegakkan hukum Allah tanpa pilih kasih
______________________________
KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Jakarta— Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa kekayaan Indonesia sangat besar. Namun, banyak pihak yang mengambil uang rakyat secara tidak sah. Ia mengimbau masyarakat untuk melapor jika menemukan pejabat atau pemimpin yang menyalahgunakan dana publik.
Pernyataan itu disampaikan saat pidato pada Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa (02-06-2025). “Kekayaan kita memang besar, tetapi terlalu banyak pencuri yang merampas uang rakyat,” ujarnya.
Kerusakan moral di kalangan pejabat negeri ini makin jelas. Meski gaji, tunjangan, dan fasilitas mereka berlimpah, praktik korupsi masih merajalela. Alih-alih membela kepentingan rakyat, kebijakan yang dihasilkan sering kali menguntungkan oligarki. Inilah yang menurut penulis merupakan sifat dasar sistem demokrasi sekuler: melahirkan pejabat yang rakus dan jauh dari nilai amanah sebagai negarawan.
Dalam pandangan Islam, posisi penguasa berbeda jauh. Islam memandang pemimpin sebagai raa`in (penggembala) yang bertanggung jawab merawat urusan rakyat di hadapan Allah Swt.. Jabatan bukanlah kesempatan untuk memperkaya diri, melainkan sebuah amanah besar yang kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Teladan kepemimpinan dalam Islam terlihat pada pribadi Rasulullah saw.: adil, bijaksana, dan konsisten menegakkan hukum Allah tanpa pilih kasih. Para khulafaur rasyidin juga memandang kekuasaan sebagai beban amanah, bukan sumber keuntungan pribadi.
Dalam perspektif Islam, kekuasaan merupakan sarana untuk menerapkan syariat secara menyeluruh demi mewujudkan rahmat bagi semesta. Kekuasaan dipandang sebagai instrumen mulia untuk memelihara agama dan mengatur urusan dunia dengan keadilan.
Di tengah gelombang sekularisme yang memaknai kekuasaan sebagai alat untuk memperkaya diri dan kepentingan politik, seruan untuk memahami posisi pejabat menurut Islam merupakan panggilan iman. Kehadiran pemimpin bukan sekadar retorika — melainkan wujud komitmen untuk menegakkan syariah sebagai sumber hukum dalam pengelolaan negara.
Pesan ini menjadi renungan dan inspirasi bagi umat Islam untuk menguatkan kesadaran akan pentingnya kepemimpinan yang amanah dan menolak penyimpangan oleh pejabat dalam sistem sekuler. Dengan demikian, pembahasan tentang kedudukan penguasa dalam Islam diharapkan makin membangkitkan semangat perjuangan demi tegaknya syariat dan Khil4fah. Allahu Akbar! Wallahualam bissawab.
Hj Iis Sartika
Muslimah Peduli Umat


