Alt Title

Pengangguran Pemuda: Cermin Gagalnya Kapitalisme

Pengangguran Pemuda: Cermin Gagalnya Kapitalisme




Krisis tenaga kerja global ini bukan sekadar problem teknis

melainkan akibat dari sistem ekonomi yang mendominasi dunia: kapitalisme

_________________________


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Dunia sedang menghadapi krisis tenaga kerja global. Sejumlah negara besar seperti Inggris, Prancis, Amerika Serikat, hingga Cina mengalami lonjakan pengangguran. Fenomena unik juga muncul, yakni banyak orang terpaksa berpura-pura bekerja atau menerima pekerjaan tanpa digaji, sekadar demi dianggap punya pekerjaan. Hal ini dilaporkan CNBC Indonesia yang menegaskan bahwa kelompok anak muda adalah korban paling utama dari krisis ini.


Di Indonesia, meski Badan Pusat Statistik mencatat penurunan angka pengangguran secara nasional, realitanya generasi muda masih mendominasi. Separuh dari total pengangguran adalah anak muda. Artinya, kaum muda yang seharusnya menjadi motor pembangunan bangsa justru paling banyak tersisih dari dunia kerja. Kondisi ini jelas menunjukkan ada masalah serius dalam sistem ekonomi global maupun nasional.


Kapitalisme dan Akar Krisis Lapangan Kerja


Krisis tenaga kerja global ini bukan sekadar problem teknis, melainkan akibat dari sistem ekonomi yang mendominasi dunia: kapitalisme. Sistem ini menjadikan ekonomi hanya menguntungkan segelintir orang, sementara mayoritas rakyat dibiarkan berjuang sendiri. Data dari Celios menegaskan ketimpangan ini. Kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 50 juta orang Indonesia. Ketimpangan ekstrem seperti ini menunjukkan kegagalan negara dalam mendistribusikan sumber daya secara adil.


Kapitalisme membuat negara bersikap lepas tangan dari tugasnya menyediakan pekerjaan. Negara lebih sibuk memberi karpet merah bagi investor, sementara rakyat dibiarkan berdesak-desakan mencari kerja. Program-program seperti job fair yang kerap digembar-gemborkan pemerintah sejatinya tidak menyentuh akar masalah. Bagaimana mungkin job fair bisa jadi solusi, jika pada saat yang sama industri sedang diguncang badai PHK massal?


Begitu pula dengan pembukaan sekolah vokasi. Faktanya, banyak lulusan vokasi tetap menganggur. Ini menandakan bahwa sistem pendidikan kapitalis tidak sinkron dengan kebutuhan nyata rakyat. Pendidikan hanya diarahkan memenuhi pasar kerja, sementara pasar kerjanya sendiri hancur diterpa badai kapitalisme.


Dampak bagi Generasi Muda: Antara Hilang Arah dan Terlunta


Generasi muda yang seharusnya produktif justru menghadapi masa depan yang suram. Mereka menganggur, tersisih, bahkan rela bekerja tanpa digaji hanya untuk dianggap “beraktivitas”. Krisis ini bukan hanya soal angka, tetapi juga menghancurkan martabat manusia.


Rasulullah ﷺ pernah mengingatkan bahwa salah satu nikmat terbesar yang sering dilupakan adalah “waktu luang dan kesehatan” (HR. Bukhari). Ketika anak muda menganggur, dua nikmat ini menjadi sia-sia, bahkan bisa mendorong mereka pada kriminalitas, narkoba, atau putus asa.


Selama kapitalisme masih menjadi sistem yang mengatur dunia, pengangguran akan terus menjadi masalah utama. Kapitalisme bukan hanya gagal menyediakan lapangan kerja, tetapi juga gagal memberikan kesejahteraan.


Islam Menawarkan Solusi Fundamental

 

Berbeda dengan kapitalisme, Islam memiliki solusi yang menyeluruh dan sistematis.


1. Negara sebagai Raa’in (Pengurus Rakyat)

Dalam Islam, penguasa adalah raa’in (pengurus rakyat), bukan regulator pasar. Rasulullah ﷺ bersabda: “Imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Negara wajib memastikan setiap rakyat memiliki akses pekerjaan. Caranya melalui penyediaan lahan, modal, industrialisasi, dan pendidikan berbasis kebutuhan umat.


2. Distribusi Kekayaan yang Adil

Sistem ekonomi Islam mengatur agar kekayaan tidak menumpuk pada segelintir orang. Allah Swt. berfirman: “…agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Dengan pengelolaan kepemilikan umum (seperti sumber daya alam) oleh negara, hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Ini mencegah terjadinya ketimpangan ekstrem seperti yang ada di Indonesia saat ini.


3. Pendidikan Islam Mencetak SDM Berkualitas

Sistem pendidikan Islam tidak hanya menyiapkan tenaga kerja, tetapi melahirkan manusia berkepribadian Islam, ahli di bidangnya, serta siap berkontribusi bagi umat. Pendidikan diarahkan bukan untuk memenuhi pasar kapitalis, tapi untuk membangun peradaban Islam.

 

Sejarah mencatat, di masa Khil4fah Islam, rakyat tidak dibiarkan menganggur. Negara menyediakan lapangan kerja melalui pembangunan industri, pertanian, serta pengelolaan tanah dan tambang. Bahkan, jika ada yang tetap tidak mampu bekerja, negara memberikan jaminan hidup. Inilah wujud nyata negara sebagai raa’in.


Krisis tenaga kerja global dengan anak muda sebagai korban utama menyingkap satu hal: kapitalisme gagal. Ia gagal membuka lapangan kerja, gagal mendistribusikan kekayaan, dan gagal mewujudkan kesejahteraan. Program tambal sulam seperti job fair atau sekolah vokasi hanyalah ilusi yang tidak menyentuh akar masalah.


Islam hadir dengan paradigma berbeda. Negara Islam (Khil4fah) menjadikan pemimpin sebagai pengurus rakyat, memastikan distribusi kekayaan adil, serta menyiapkan SDM unggul dengan pendidikan berbasis akidah Islam. Inilah solusi sejati untuk mengatasi pengangguran dan membangun kesejahteraan.


Saatnya anak muda memahami bahwa masa depan mereka tidak bisa diserahkan pada kapitalisme yang rapuh, tetapi hanya bisa terjamin dalam sistem Islam yang diterapkan secara kafah.  Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]


Manna Salwa