Matinya Nurani dan Rusaknya Sistem Hidup
OpiniFenomena bunuh diri seorang ibu itu tidak lahir dari kemauan pribadi
tetapi lahir dari sistem sekularisme yang tidak manusiawi dan tidak menjamin hak hidup rakyat
___________
Penulis Aisyah Abdullah
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Seorang ibu warga Bandung berinisial EN (34 tahun) ditemukan tewas bersama kedua anaknya di rumah kontrakannya. Sebelumnya aparat kepolisian menduga EN terlebih dahulu membunuh kedua anaknya, yakni AA (9 tahun) dan AAP (11 bulan). Di lokasi kejadian tersebut polisi menemukan ada surat wasiat dari korban.
Isi surat tersebut berisi jeritan pilu seorang ibu rumah tangga dalam menghadapi hidup. Lelah hidup terus-terusan karena terlilit utang, tekanan ekonomi, dan masalah rumah tangga, serta gagal menjadi istri maupun ibu. (Detik.com, 06-09-2025)
Menjadi seorang ibu bukanlah pekerjaan yang mudah apalagi hidup dalam kondisi kehidupan yang serba sulit seperti saat ini. Seorang ibu harus pintar menjaga kewarasan, mengolah emosi dan tidak memendam masalah sendiri karena bisa berdampak mental bagi dirinya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengungkapkan lebih dari 1 miliar orang hidup dengan gangguan kesehatan mental. Seperti, gangguan kecemasan dan depresi menjadi yang paling umum di semua kelompok usia.
Berangkat dari kejadian tersebut maraknya fenomena bunuh diri dipicu oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal karena lemahnya ketakwaan dan pemahaman setiap individu kepada takdir Allah sehingga ia tidak mampu menghadapi ujian hidup dari Allah dan tidak adanya pemahaman bahwa setiap ujian yang datang dari Allah tidak akan melebihi batas kemampuan hamba-Nya.
Kedua, faktor eksternal diterapkannya kapitalisme hari ini. Di mana sistem ini meniscayakan kesenjangan yakni distribusi kekayaan tidak pernah adil. Kekayaan hanya berputar di kalangan rakyat kelas atas sementara rakyat kelas bawah dipaksa bertahan dengan hidup yang kian terimpit.
Kapitalisme dengan asas sekulernya, yakni pemisahan agama dari kehidupan telah melahirkan individu-individu yang memahami Islam hanya sebatas ritual belaka. Masyarakat sebagian besar telah kehilangan pegangan hakiki yang seharusnya bisa menjadi penopang menghadapi tekanan hidup.
Terlebih lagi, para penguasa dalam sistem ini tidak hadir secara untuk melayani kepentingan dan kebutuhan rakyat, melainkan hadir untuk melayani kepentingan dan kebutuhan para koleganya. Kebijakan yang mereka buat bukan untuk menyejahterakan rakyat. Namun, untuk mempermudah akumulasi kepentingan segelintir orang. Rakyat dipaksa mandiri mengakses kesejahteraan, keadilan dan keamanan.
Contoh ibu di Bandung hanyalah satu contoh dari kasus ibu-ibu di negeri ini yang juga hidup dalam tekanan akibat ekonomi yang seret. Tak jarang beban hidup menumpuk dari segala sisi meninggalkan luka batin yang mendalam. Namun, sesungguhnya fenomena bunuh diri seorang ibu itu tidak lahir dari kemauan pribadi. Aapi lahir dari sistem hidup tidak manusiawi dan tak menjamin hak hidup rakyat. Sistem hidup yang telah menciptakan jurang kesenjangan antara kelas sosial atas dengan masyarakat miskin. Faktor inilah yang menimbulkan depresi, putus asa, dan pada akhirnya bunuh diri.
Kedua faktor di atas adalah hal mendasar pemicu kerusakan tata kelola sistem kehidupan saat ini. Termasuk gagalnya pengelolaan sistem ekonomi yang carut marut. Penyebabnya adalah ekonomi kapitalistik yang diterapkan. Sistem ekonomi kapitalistik telah menyebabkan kesenjangan yang menganga. Nihil pemerataan dan distribusi merata. Ekonomi hanya berputar di kalangan elite sementara di masyarakat perputaran uang mandek.
Di sisi lain, dalam pengelolaan kepemilikan, yakni kepemilikan umum yang mestinya dikelola negara dan hasilnya untuk kemaslahatan rakyat malah di ambil oleh swasta. Inilah yang menyebabkan masyarakat miskin makin miskin sebab hak mereka tak mereka dapatkan.
Inilah wajah asli sistem sekuler-kapitalis yang diadopsi oleh negeri ini, telah menyebabkan matinya naluri seorang pemimpin terhadap persoalan yang menimpa rakyatnya. Karena itu, selama ide sekuler masih menjadi cara pandang negara maka kasus-kasus ibu bunuh diri karena himpitan ekonomi sulit teratasi.
Sistem Islam Solusi Tuntas
Manusia adalah makhluk yang sangat istimewa diantara makhluk Allah yang lain. Saking istimewanya manusia Allah Swt. begitu menjaga dan melindungi setiap jiwa manusia. Tidak ada yang begitu menghargai dan melindungi setiap jiwa manusia melebihi Islam. Maka dari itu bunuh diri bukan pilihan melainkan bentuk keputusasaan yang lahir dari sistem yang gagal menyelesaikan setiap problematika kehidupan manusia.
Jalan keluar sejati hanya ada pada penerapan Islam sebagai sistem kehidupan yang menyeluruh yang tidak hanya memberikan penjagaan iman, tetapi juga menghadirkan distribusi kekayaan yang adil dan merata bagi seluruh rakyat.
Negara Islam yang berasaskan akidah Islam akan memposisikan penguasa sebagai raa'in (pengurus) rakyat yang bertanggung jawab penuh terhadap urusan umat.
Rasulullah saw. bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin (rain), dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya". (HR. Imam Bukhari)
Hadis ini mengajarkan pentingnya amanah di mana setiap kepemimpinan adalah sebuah kepercayaan yang harus dijalankan dengan baik.
Negara dalam Islam akan pengurus umat dan memastikan terpenuhinya seluruh kebutuhan pokok bagi setiap individu. Termasuk jika ada seorang janda atau ibu yang tidak memiliki harta ataupun keluarga, maka mereka semua dalam pemeliharaan negara.
Negara akan menciptakan lapangan kerja yang banyak dan memadai bagi rakyatnya serta mendorong mereka untuk giat bekerja. Negara dalam sistem Islam akan mengelola SDA secara mandiri dan hasilnya untuk menjamin kebutuhan rakyat tanpa membedakan kaya atau miskin, tua atau muda sebab SDA adalah termasuk kepemilikan milik umum yang tidak boleh dimiliki atau dikuasai oleh swasta maupun asing.
Dalam bidang pendidikan pula negara Islam akan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang akan melahirkan generasi beriman, berilmu, dan produktif. Dengan bekal pendidikan seperti ini seseorang tidak mudah putus asa menghadapi ujian hidup.
Negara Islam juga akan menutup pintu utang piutang ribawi yang menjerat rakyat. Dengan begitu diharapkan kehidupan umat dapat berjalan humanis, tidak ada dikotomi kesenjangan ekonomi apalagi menciptakan bunuh diri sebab tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Negara memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan umatnya. Inilah konsep dasar Islam, semuanya bisa dilaksanakan apabila Islam ditegakkan secara kafah dalam semua lini kehidupan. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]