Kebijakan Populis Hanya Mempercepat Pengosongan Gaza
Surat PembacaMerespons rencana kebijakan tersebut, beberapa pakar menyampaikan bahwa
upaya tersebut justru hanya akan membantu upaya mengosongkan G4za lebih cepat
_________________________
KUNTUMCAHAYA. com, SURAT PEMBACA - Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menginformasikan niatan untuk menjadikan Pulau Galang di Batam, Kepulauan Riau, sebagai tempat perawatan bagi korban yang terluka akibat konflik P4lestina dan Isra*l di G4za.
Pulau Galang dipilih sebagai lokasi perawatan medis untuk sekitar 2.000 korban karena memiliki fasilitas rumah sakit serta dukungan infrastuktur yang dinilai memadai dan pernah digunakan untuk karantina pasien COVID-19. Program ini bersifat sementara dan fokus pada perawatan medis, bukan evakuasi permanen dengan korban yang pulih akan dipulangkan ke P4lestina. Pemerintah Indonesia menyebutnya sebagai operasi kemanusiaan. (Katadata.com, 07-08-2025).)
Merespons rencana kebijakan tersebut, beberapa pakar menyampaikan bahwa upaya tersebut justru hanya akan membantu upaya mengosongkan G4za lebih cepat. Pakar hubungan intenasional dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Teuku Rezasyah menyampaikan ketidakadaan penduduk di G4za akan sangat memudahkan Isra*l dan Amerika Serikat untuk terus menekan sisa-sisa penduduk yang tetap berada di G4za. Hal senada disampaikan pula oleh Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) (DetikNews.com, 16-08-2025)
Kebijakan ini jelas tidak menjawab inti permasalahan yaitu penjajahan kejam oleh Zion*s terhadap P4lestina. Selama puluhan tahun, Zion*s telah merampas tanah P4lestina dan melakukan serangan militer yang tiada henti. Tidak berhenti disitu, mereka menerapkan kebijakan pelaparan sistemik dengan blokade pangan yang menyebabkan malnutrisi hingga kematian sehingga penderitaan makin mendalam.
Langkah yang diambil pemerintah lebih kental dengan sifat populis daripada strategis. Seolah ingin mempresentasikan rasa peduli di kancah dunia internasional tanpa melakukan tindakan nyata untuk memastikan adanya perubahan kondisi di medan konflik. Usulan rencana yang ada pun tampak sulit untuk diimplementasikan di lapangan. Faktanya, distribusi bantuan makanan dan obat-obatan terhenti di jalur perbatasan Rafah, akibat blokade ketat yang diterapkan oleh Zion*s. Hambatan ini akan menjadikan upaya pemberian pengobatan yang layak di luar G4za akan mengalami tantangan yang lebih besar.
Situasi tersebut menunjukkan tanpa adanya perubahan kondisi politik dan keamanan yang signifikan, setiap upaya kemanusian akan terbentur tembok kekuasaan dan kebijakan represif penjajah sehingga manfaatnya untuk korban menjadi sangat terbatas. Genosida yang berlarut-larut ini menunjukkan kegagalan mewujudkan langkah berpihak pada pembebasan P4lestina yang mana mencerminkan lemahnya kepemimpinan dunia Islam.
Para penguasa dunia Islam yang mempunyai kekuatan membebaskan G4za justru bersekongkol dengan para penjajah. Tanpa malu lagi, mereka berjabat tangan dengan Amerika Serikat yang nyata-nyata berlumuran darah rakyat G4za.
Kebijakan seperti ini pada akhirnya mengalihkan fokus umat dari kewajiban mendasar yaitu menuntaskan penjajahan melalui politik dan militer yang terorganisir. Bukan sekadar mengandalkan kemanusiaan yang sifatnya sementara padahal sejarah telah membuktikan bahwa penjajahan tidak akan berakhir hanya dengan melakukan pemberian bantuan, tetapi memerlukan langkah strategis menghentikan sumber kezaliman.
Dengan mengalihkan fokus umat dengan agenda-agenda populis, potensi kebangkitan politik umat Islam justru teredam. Sementara penjajah terus melanjutkan proyek perampasan tanah, penindasan dan pembantaian tanpa hambatan berarti.
Solusi yang sesungguhnya bagi pembebasan P4lestina, tidak lain adalah melalui jihad yang dipimpin oleh institusi Khil4fah. Seluruh kekuatan militer umat Islam akan dikerahkan sehingga mampu menghentikan penjajahan dan membebaskan bumi P4lestina secara tuntas. Hanya dengan kepemimpinan politik yang berpihak penuh kepada Islam dan berlandaskan syariat, seluruh potensi umat baik kekuatan militer atau sumber daya dapat disatukan menjadi kekuatan yang menggentarkan musuh.
Hal ini sejalan dengan firman Allah,
“Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (TQS. Al Baqarah: 190)
Ayat ini menegaskan kewajiban kaum muslim memerangi pihak yang memerangi mereka dengan aturan yang telah ditentukan oleh Allah. Secara jelas dapat disaksikan bahwa Zion*s merupakan pihak yang terang-terangan memerangi kaum muslim di P4lestina. Oleh karena itu, persatuan umat Islam dengan kesadaran penuh terkait urgensi mengembalikan perisai kaum muslim menjadi penting. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]
Nahida Ilma