Slow Living Gaya Hidup Mukmin?
Resensi
Sebagai seorang muslim, seharusnya kita mempunyai konsep hidup sendiri
Tidak harus mengikuti tren, apalagi sampai takut dikatakan ketinggalan zaman
______________________
KUNTUMCAHAYA.com, RESENSI - Alhamdulillah, kita dipertemukan kembali dalam kajian keluarga "Family Zone" bersama Ustazah Dedeh Wahidah Achmad yang diunggah oleh channel YouTube Muslimah Media Hub. Pada kesempatan kali ini, Ustazah Dedeh akan mengupas tuntas tentang "Slow Living" yang tengah menjadi tren masyarakat di tengah gempuran aktivitas yang serba cepat saat ini.
Apa itu slow living? Bagaimana menurut pandangan Islam? bagaimana caranya kita menyikapinya sebagai seorang muslim?
Pesatnya perkembangan teknologi ternyata berdampak pula pada perkembangan gaya hidup manusia. Manusia menginginkan segala sesuatu serba cepat, instan, tergesa-gesa, menganggap bahwa hidup bukan lagi berjalan, melainkan berlari untuk bisa sekadar memenuhi kebutuhan yang makin hari makin tinggi.
Di sisi lain, masih ada orang yang merasa kesulitan untuk menghadapi perubahan gaya hidup fast living serba tergesa-gesa. Mereka adalah orang-orang penganut gaya hidup slow living, serba santai, melakukan segala sesuatu tidak dengan tekanan, tidak tergesa-gesa, bahkan mereka tidak mau bersaing untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Pertanyaannya, "Apakah itu sesuatu yang baik?" ujar ustazah.
Sebagai seorang muslim, seharusnya kita mempunyai konsep hidup sendiri. Tidak harus mengikuti tren, apalagi sampai takut dikatakan ketinggalan zaman. Seorang muslim hendaknya memprioritaskan hidupnya semata hanya untuk beribadah kepada Allah Swt.. Hal ini seperti yang tertulis dalam Al-Qur'an surah Adz- Dzariyat ayat 56 yang berbunyi: "Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku."
Sejarah slow living dimulai pada tahun 1980 di Italia. Dilakukan oleh seorang ahli makanan Carlo Petrini sebagai bentuk protes atas dibukanya gerai makanan cepat saji, fast food di Roma. Petrini beranggapan makanan tidak mesti disajikan dengan cepat, terburu-buru, tetapi kembali pada makanan tradisional yang disajikan secara alami. "Lantas, bagaimana seharusnya umat Islam menyikapinya?" lanjut ustazah.
Dalam Al-Qur'an surah Al-Anbiya ayat 30 Allah Swt. berfirman, "Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepada mu tanda-tanda kekuasaan-Ku. Maka, janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya."
Ashabul nuzul dari ayat di atas adalah saat orang-orang kafir meminta untuk disegerakan datangnya azab atas mereka. Tentu bukan karena mereka yakin atau siap. Melainkan mereka menantang kebenaran adanya azab dari Allah. Jika azab itu ada mereka meminta untuk disegerakan. Sebaliknya, kaum muslim meminta kepada Allah agar azab segera diturunkan kepada orang-orang kafir.
Mereka sudah tidak kuat menghadapi kesombongan dan perlakuan orang-orang kafir tersebut sehingga meminta Allah untuk segera menampakkan kekuasaan-Nya. Dari ayat di atas jelas bahwa meminta dengan terburu-buru, tergesa-gesa adalah sikap yang dilarang dalam Islam. Seorang mukmin tidak boleh melakukan segala sesuatu dengan terburu-buru.
Karena segala sesuatu yang terburu-buru akan membawa dampak yang mungkin tidak diinginkan. Bisa membawa celaka, bencana, atau tidak optimalnya saat mengerjakan. Namun, di sisi lain Allah memerintahkan kita untuk bersegera. Contohnya dalam Al-Qur'an surah Ali-Imran ayat 133, Allah Swt. berfirman: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang yang bertakwa."
Lalu, bagaimana kita sebagai seorang muslim menyikapinya? Kalau dilihat kata terburu-buru atau tergesa-gesa memiliki konotasi yang negatif. Kadangkala seseorang melakukan suatu pekerjaan dengan terburu-buru atau tergesa-gesa, bukan karena ingin cepat selesai, tetapi kita sering menunda-nunda sehingga pas waktunya tiba menuntut untuk melakukan dengan terburu-buru.
Sementara, bersegera adalah tindakan kita untuk merespons panggilan Allah. Terutama yang wajib dan sunah dengan segera mungkin kita mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Adapun prinsip seorang mukmin bukan mencari waktu luang, tetapi meluangkan waktu. Ketika kita menyadari status hukum perbuatan tersebut, baik wajib, sunah, makruh atau haram karena setiap musim terikat dengan hukum syarak.
Perbuatan yang wajib dan sunah disegerakan sedangkan yang makruh dan haram ditinggalkan. Panggilan salat, dakwah, berinfak, panggilan istri untuk melayani suami, panggilan seorang ibu untuk mendidik anak, peduli terhadap orang lain, berjihad memperjuangkan berbagai bentuk kebenaran. Bagi seorang mukmin adalah bersegera untuk mendapatkan balasan dari Allah Swt..
Bagaimana dengan Slow Living?
Jawabannya tergantung pada kondisi di mana suatu pekerjaan mempunyai konotasi tergesa-gesa, berarti perbuatan tersebut tidak boleh dilakukan. Sebaliknya, jika suatu perbuatan dimaknai dengan bersegera, sebaiknya bersegeralah melakukannya. Bersegera melakukan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Inilah sebenarnya karakter seorang muslim, bersegera untuk mendapatkan surga yang telah dijanjikan oleh Allah Swt..
Seorang muslim tentu menginginkan menjadi orang yang bertakwa, bersegera meninggalkan kemaksiatan, tetapi tidak boleh melakukannya dengan tergesa-gesa. Supaya tidak tergesa-gesa harus ada manajemen yang tepat. Tentukan waktu yang tepat untuk mengerjakannya, yang harus diprioritaskan, berapa waktu yang dibutuhkan.
Lakukan manajemen dengan baik dan yakin. Ketika kita menjalani hidup ini sesuai dengan aturan Allah, terikat dengan hukum Allah di situlah ada pertolongan-Nya. Jikalau kita pernah melakukan kesalahan, ada ampunan dari Allah Swt..
Semoga kita semua dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang bersegera. Segera dalam ketaatan, termasuk orang yang bersegera memperjuangkan tegaknya syariat Allah secara kafah. Memperjuangkan kembali institusi Daulah dan menghentikan kemaksiatan yang mendominasi masyarakat saat ini dengan tidak tergesa-gesa. Agar kita terhindar dari dampak buruknya suatu pekerjaan karena tergesa-gesa dan buru-buru yaitu azab Allah Swt.. Wallahualam bissawab. [Tinah/Dara/MKC]