Anak Pembunuh Orang Tua: Cermin Krisis Moral Zaman Ini
Surat Pembaca
Kasus anak yang tega membunuh orang tua
adalah alarm bagi kita semua bahwa krisis moral sedang terjadi di tengah masyarakat
___________________
KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Kasus anak yang tega membunuh orang tua semakin sering muncul dalam pemberitaan. Belum lama ini telah terjadi peristiwa seorang anak di bawah umur membunuh ayah dan neneknya sendiri dengan senjata tajam di Perumahan Taman Bona Indah, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. (Kompas.com, 30-11-2024)
Selain itu, baru-baru ini kasus serupa yang terjadi. Anak membunuh ayahnya sendiri dengan cara memenggal kepala ayahnya hingga terpisah dari badannya di Desa Mojosari, Kecamatan Puger, Jember. (detik.com, 27-01-2025)
Sungguh sangat memilukan menyaksikan nasib generasi negeri ini. Pasalnya, usia para pelaku ternyata didominasi oleh kalangan muda. Peristiwa ini menggemparkan masyarakat dan menimbulkan pertanyaan besar.
Apa yang terjadi dengan moral generasi saat ini? Peristiwa tragis ini bukan hanya sekadar kasus kriminal biasa. Akan tetapi, cerminan dari krisis moral yang semakin mengkhawatirkan dalam masyarakat kita.
Pengaruh Dunia Digital dan Kemajuan Teknologi
Generasi sekarang tumbuh di era digital. Di mana akses anak terhadap konten kekerasan semakin mudah. Tayangan di media sosial, game, dan hiburan yang mengandung unsur kekerasan sering kali muncul serta dikonsumsi dengan tidak bijak juga jauh dari kebaikan.
Algoritmanya cenderung memprioritaskan konten yang memicu kecemasan, perbandingan diri, dan ketidakpuasan bahkan menciptakan ekspektasi yang tidak realistis bagi banyak orang. Dalam hal ini, negaralah yang harusnya memfilter konten-konten negatif justru tidak hadir. Negara abai dan mengadopsi nilai-nilai liberal sehingga kerusakan paparan teknologi tidak terbendung.
Dampak Sistem yang Gagal
Kasus anak yang tega membunuh orang tua marak terjadi. Semua berawal dari penerapan sistem sekularisme dalam kehidupan yang meminggirkan Islam sebagai aturan kehidupan. Agama dipahami sebatas ajaran kebaikan yang diajarkan di sekolah boleh diambil boleh juga tidak diambil.
Agama (Islam) hanya dikenal pada peringatan hari besar. Islam tidak menjadi dasar dan acuan dalam pendidikan. Bahkan pendidikan berbasis Islam kesulitan mencetak generasi muslim yang hakiki di tengah gempuran kapitalisme sekuler liberal.
Mari kita sejenak berpikir bahwa krisis moral ini tidak hanya menjangkiti generasi tapi lebih kepada seluruh lapisan masyarakat. Nampak kasus pembunuhan tak sekadar menyasar keluarga, anggota masyarakat, aparat, dan pemegang kekuasaan pun ikut terlibat. Inilah cermin penerapan sistem kehidupan kapitalisme sekuler liberal.
Hikmah
Kasus anak yang tega membunuh orang tua adalah alarm bagi kita semua bahwa krisis moral sedang terjadi di tengah masyarakat. Jika dibiarkan tanpa upaya perbaikan, bukan tidak mungkin tragedi serupa akan terus berulang.
Oleh karena itu, solusinya tidak sekadar melibatkan keluarga saja. Akan tetapi, harus melibatkan masyarakat dan terutama negara harus bersinergi dalam membangun kembali generasi yang berakhlak, berempati, dan bertakwa. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]
Imroatul Husna S.Tr.P