Ironis Mitigasi Lemah, Rakyat Terkena Musibah
Opini
Hal ini wajar mengingat tata kelola regulasi dalam negara ini
berasaskan pemisahan agama dari kehidupan serta bertujuan mendapatkan materi
_________________________
Penulis Siti Nurtinda Tasrif
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Urgensi Mitigasi Bencana
Keamanan merupakan sebuah hak yang dimiliki oleh setiap individu. Terlepas dari mana saja asalnya, di mana dalam diri manusia terdapat kebutuhan untuk tetap merasa aman dalam hidupnya.
Tidak terpengaruh oleh hal yang mendatangkan kerugian. Apalagi sampai merusak seluruh milik yang sudah diupayakan, dan hal ini menjadi sangat penting ketika berkaitan pula dengan yang namanya keselamatan.
Keselamatan bagi individu juga sangatlah penting. Ibaratnya kegiatan ingin tinggal dalam sebuah rumah, rumahnya juga harus aman dan juga selamat. Terlebih lagi jika berkaitan dengan suatu desa atau kota yang tentu saja, haruslah menjadi perhatian bagi pemerintah setempat untuk mengadakan berbagai macam hal dalam mengupayakan keamanan dan keselamatan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Oleh karena itu, hal ini haruslah segera diselesaikan. Karena menyangkut hajat hidup masyarakat. Baik untuk kebutuhan keamanan ataupun keselamatannya. Terutama mengenai bencana. Pemerintah harus siap siaga untuk melakukan berbagai macam pencegahan jikalau terjadi musibah dalam suatu wilayah. Banjir misalnya, jika tidak diberikan pencegahan atau cara mengatasinya, maka masyarakat akan mengalami kerugian total.
Sebagaimana yang penulis kutip dari media (detik.com, 13-01-2025) bahwasanya Kampung Cikadaka, Kabupaten Sukabumi dilanda banjir bandang dan menyebabkan jembatan penghubung yang baru saja diresmikan Relawan Sehati Gerak Bersama pada 16 September 2024, kini hanya tinggal kenangan. Karena hujan deras yang mengguyur selama tiga hari berturut-turut memicu banjir bandang dengan arus deras yang tak tertahankan.
Hal tersebut, menjadi tantangan berat bagi siswa-siswi SDN Pasir Pogor di Kampung Cikadaka. Mereka terpaksa mengarungi sungai dengan arus deras untuk berangkat sekolah. Teh Bete, salah seorang warga mengatakan, para siswa harus menyeberangi sungai dengan menjunjung sepatu dan menyingsingkan celana. Selain pelajar, para petani juga harus menyeberangi sungai bahkan berenang demi melanjutkan aktivitas mereka. Lisda Kepala Sekolah SDN Pasir Pogor mengungkapkan kekhawatirannya terhadap keselamatan siswa.
Kepentingan Kapitalistik
Sungguh ironis yang terjadi pada rakyat Indonesia. Harapan ketika jembatan itu dibangun kini pupus sudah. Harapan untuk bisa menyeberangi tempat tujuan dengan cepat dan harapan untuk dimudahkan seluruh aktivitasnya juga hancur. Hal ini terus-menerus berulang dan entah sampai kapan selesainya.
Namun yang lebih ironisnya lagi adalah jembatan tersebut dibangun oleh lembaga kemasyarakatan bukan dari negara. Bukankah seharusnya negara lebih perhatian terhadap rakyatnya sehingga masalah ini tidak kemudian berulang secara terus menerus. Namun yang terjadi malah sebaliknya, negara sangatlah abai terhadap keadaan rakyat dan malah berpihak pada pengusaha-pengusaha yang culas.
Di mana para penguasa menjadikan kebutuhan masyarakat sebagai komoditas yang harus mendapatkan keuntungan. Salah satunya kebutuhannya terhadap jembatan-jembatan penghubung dari satu desa ke desa yang lain. Pengusaha hanya peduli tentang uang namun tidak memberikan bahan-bahan yang berkualitas untuk bisa menahan segala macam musibah.
Apalagi ketiadaan peran negara yang bahkan cenderung berpihak pada pengusaha. Malah pengusaha tidak pernah dituntut untuk menjual bahan-bahan konstruksi yang tidak berkualitas. Negara harusnya terus mengontrol dengan maksimal dan ketat sehingga hanya bahan-bahan berkualitas saja yang boleh diperjualbelikan, bukan malah sebaliknya.
Namun hal ini kiranya wajar, mengingat tata kelola regulasi dalam negara ini berasaskan pemisahan agama dari kehidupan serta bertujuan mendapatkan materi. Di mana negara ini menggunakan sistem kapitalis, sebuah sistem yang berorientasi kepada materi. Hal ini menyebabkan seluruh aspek masyarakat, termasuk negara dan perusahaan hanya berpihak pada materi bukan rasa tanggung jawab sebagai pemimpin, apalagi rasa empati kepada sesama rakyat.
Wajar jika negara menunjukkan sifat abainya terhadap rakyat. Karena sistem yang mengaturnya telah mendesainnya seperti itu. Maka jelaslah bahwa akan sulit mendapatkan keamanan dan keselamatan jika negara masih menerapkan sistem kapitalis yang pandangan hidupnya hanya mencari keuntungan duniawi semata.
Islam Menjamin Kemaslahatan
Berbeda dengan kapitalisme yang hanya mencari keuntungan dan penguasa sebagai pion untuk memuluskan keinginannya. Islam memiliki regulasi yang sama sekali berbeda dengan kapitalisme. Di mana seorang pemimpin adalah pengurus umat bukan pelayan pengusaha. Pemimpin yang harus mengurus seluruh urusan rakyatnya tanpa terkecuali.
Sebagaimana sabdanya Rasulullah saw. bahwasanya: "Ingatlah, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab untuk apa yang dipimpinnya. Imam yang memimpin manusia adalah pemimpin dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya." (HR. Al-Bukhari)
Dari sini terlihat jelas betapa Islam benar-benar ketat terhadap urusan umat. Di mana pemimpin adalah pengurus dan darinya harus ada upaya untuk menjamin seluruh hajat hidup orang banyak, termasuk dalam menjamin kemaslahatan. Baik keamanan maupun keselamatan.
Menjadi penting pula untuk tidak abai dalam masalah yang dihadapi rakyat. Terutama tidak mengembalikan urusan umat kepada lembaga kemasyarakatan yang akibatnya akan menghilangkan tugas negara sebagai pengurus rakyat. Di samping itu, negara ketika ingin membangun sebuah bangunan seperti jembatan, maka akan diutamakan kualitasnya bukan harganya. Kualitaslah yang akan menjamin keamanan dan keselamatan rakyat. Ini juga menjadi tugas negara untuk menyiapkan semua kebutuhannya.
Negara harus benar-benar memastikan setiap perusahaannya agar tidak berbuat curang. Tidak membiarkan kecurangan berlarut-larut demi keuntungan pribadi dan harus menjamin agar semua kebutuhannya dapat terpenuhi dengan baik dan totalitas. Dalam hal ini, hanya Islam yang bisa memberikan kemaslahatan.
Islam adalah agama yang diturunkan Allah Swt. untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Regulasi yang terpancar dari Islam akan memberikan kebaikan bukan keburukan apalagi bencana. Kemudian para pemimpin yang lahir dalam Islam tidak akan berkhianat kepada agama dan rakyat yang dipimpinnya. Mereka dibina dan dididik dengan pandangan Islam sehingga berbuat dan bertindak karena ketakwaannya kepada Allah Swt., bukan karena nafsu dunia yang sementara.
Khatimah
Kaum muslimin harus segera sadar bahwa negara yang aman dan selamat itu ada jika sistem Islam yang diterapkan. Namun, untuk sampai pada kesadaran ini haruslah ada para pengemban dakwah untuk bisa menyerukan opini kepada umat sehingga melahirkan kesadaran umum untuk bisa dan ingin menerapkan Islam sebagaimana yang terjadi 13 abad sebelumnya. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]