Alt Title

Yahya Sinwar Syahid, Simbol Perjuangan Kaum Muslim

Yahya Sinwar Syahid, Simbol Perjuangan Kaum Muslim

 



Para pejuang dan rakyat Palestina yang selama ini berjuang mempertahankan tanah mereka

dilandasi itikad yang mulia


______________________________


Penulis Nai Haryati, M.Tr.Bns., CIRBD.

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pengamat Politik


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Teladan perjuangan Yahya Sinwar telah wafat dalam operasi di Jalur Gaza Selatan pada Rabu, 17 Oktober 2024. (cnbcindonesia.com, 18-10-2024)


Beliau meninggal dengan menyongsong kematian terindah sebagai pahlawan yaitu syahid melawan Zionis Israel.


Keteguhan dalam memperjuangkan tanah Palestina lahir dari keyakinan bahwa aktivitas tersebut merupakan amal mulia dan syahid dalam perjuangan sebagai jalan mendapat rida dan surga Allah Swt..


Mentalitas pejuang akan muncul dalam benak kaum muslim jika memiliki akidah yang menancap kuat dan keikhlasan yang luar biasa. Siang seperti singa di padang pasir dan malam ibarat rahib-rahib yang tidak pernah lepas menyandarkan segala urusannya kepada Allah Swt..


Sinwar adalah musuh nomor satu bagi Israel dan dipandang sebagai arsitek serangan 7 Oktober 2023. Pada akhir hayatnya, Sinwar dalam kondisi masih mengarahkan operasi tempur dalam sebuah pertempuran militer. Bukan bersembunyi di balik terowongan bawah tanah sebagaimana tuduhan dusta juru bicara penjajah.


Kematiannya benar-benar dirayakan seluruh dunia karena caranya yang luar biasa. Mengajarkan arti pengorbanan sejati dan menggoreskan semangat perjuangan bagi kaum muslim.


Penguasa Negeri-Negeri Kaum Muslim Buang Muka  


Kebiadaban genosida yang dilakukan oleh Zionis Israel di luar batas kemanusiaan. Gempuran Israel berdalih untuk memberangus Hamas.


Namun, serangan terus dilancarkan ke wilayah-wilayah pemukiman-pemukiman warga, kamp-kamp pengungsian, bahkan fasilitas kesehatan. Kebrutalan dan arogansi Israel didukung oleh AS dan Inggris sebagai sekutu.


Penguasa negeri-negeri kaum muslim yang diharapkan mampu menjadi garda terdepan membela Palestina hanya mampu melakukan kecaman-kecaman serta upaya yang tidak apple to apple.


Mereka dinilai lemah dalam merespons masalah ini dikarenakan tersandera kepentingan hubungan normalisasi dengan Israel dan negara di belakangnya.


Sungguh paradoks, di sisi lain kaum muslim Palestina rela mempertaruhkan nyawa dan rela menderita untuk berjuang. Lalu, para penguasa kaum muslim justru memberikan karpet merah bagi penjajahan oleh entitas Yahudi Israel.


Narasi perang mereka citra burukkan daripada opini perdamaian sebagai solusi dua negara. Padahal dalam perjalanan sejarah, Israel hanya bisa dikalahkan dengan bahasa perang bukan bahasa diplomasi.


Kapitalisme kroni menjadikan permasalahan Palestina dipandang dengan motif keuntungan oleh para penguasa muslim. Mereka lebih mementingkan kepentingan diri sendiri untuk mendapatkan keuntungan politik, ekonomi dan lainnya.


Asimetris Kekuatan Kaum Muslim Palestina


Sepak terjang Hamas sebagai gerakan perlawanan penjajah Israel dimulai pada 1987 pada peristiwa Intifada Palestina pertama melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.


Hamas berkomitmen untuk menghancurkan Israel sebagaimana tertuang dalam piagam pendiriannya. Hamas terlibat dalam proses politik dan mengambil kendali di Gaza setelah mendepak gerakan Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas.


Hamas sebagai kelompok bersenjata nonpemerintah memiliki kekuatan untuk melakukan perlawanan terhadap Israel. 


Perlawanan tersebut membuat ketar-ketir entitas Zionis. Hanya saja, Israel berusaha membalas serangan Hamas dengan mengerahkan kekuatannya pada level negara.


Tentu didukung oleh AS dan negara sekutu lainnya. Hal ini menunjukkan asimetris kekuatan perlawanan kaum muslim yang berada di Gaza. Tidak berimbang antara kelompok bersenjata melawan sebuah negara yang dibacking-i negara adidaya.


Posisi superior Israel tidak dimungkiri karena mereka mendapat dukungan penuh dari negara adidaya dan negara pendukung Israel lainnya dari segi taktis, persenjataan, politik dan ekonomi. 


Maka, perlu adanya sebuat entitas pada level negara yang memiliki independensi dalam rangka menyelamatkan Palestina untuk memenuhi seruan Allah dan Rasullah saw.. Entitas tersebut siap mengerahkan pasukan terbaiknya untuk melawan penjajah.


Palestina Adalah Tanggung Jawab Kaum Muslim


Para pejuang dan rakyat Palestina yang selama ini berjuang mempertahankan tanah mereka dilandasi itikad yang mulia. Mereka gugur syahid mempertahankan Palestina. Di antara yang syahid adalah Yahya Sinwar sebagai simbol perjuangan.


"Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu adalah orang-orang mati, melainkan mereka masih hidup dan diberi rezeki oleh Rabb-nya." (QS. Ali Imran: 169)


Palestina merupakan tanah Al Muqaddas yaitu tanah yang disucikan dan juga tanah ribath. Kaum muslim harus menjaganya lahir batin bahkan dengan nyawa.


Selain itu, tanah Palestina merupakan tanah kharajiyah karena dia dibebaskan oleh Umar Bin Khattab sehingga berlaku statusnya hingga hari kiamat adalah milik kaum muslim dan ini tidak bisa diubah.


Mengingat begitu pentingnya status tanah Palestina, posisi asimetris Palestina dan dunia Islam harus diakhiri.


Masalah Palestina adalah tanggung jawab seluruh kaum muslim, bukan hanya sekadar perebutan wilayah atau masalah kemanusiaan.


Perjuangan berlandaskan spirit mabda Islam dan bersatunya kaum muslim akan mampu membalikkan keadaan menjadi equal footing atau kekuatan yang imbang.


Maka, pengerahan pasukan di bawah panji Islam akan mampu mengusir penjajah yang selama ini melakukan pendudukan di wilayah Palestina selama 76 tahun. Wallahualam bissawab.[Dara/MKC]