Alt Title

Moderasi Beragama, Mampukah Menyatukan Perbedaan?

Moderasi Beragama, Mampukah Menyatukan Perbedaan?




Kenyataanya moderasi beragama justru mencampuradukkan ajaran agama

bahkan meragu-ragukan terhadap ajaran Islam

______________________________


Penulis Irmawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Moderasi agama kian marak digencarkan beberapa tahun terakhir. Tak hanya melalui pendidikan formal melainkan juga pendidikan nonformal. Mulai dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. 


Penyebarannya kian gencar dilakukan pemerintah maupun organisasi nonpemerintah dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti seminar, workshop, diskusi dan lain sebagainya. 


Dilansir dalam Liputan 6 Sultra (16-10-2024), bahwa Pengurus Daerah Ikatan Penyuluh Republik Indonesia (IPARI) Kab. Muna Barat dalam upaya memperkuat toleransi dan kerukunan beragama bekerja sama dengan SMAN 1 Tiworo Tengah. 


Dalam rangka melaksanakan kegiatan "Diseminasi Gerakan Moderasi Beragama Pada Siswa (i) SMAN 1 Tiworo Tengah". Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Oktober 2024 dan secara resmi dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Muna Barat. 


Pihak sekolah melalui kepala sekolahnya berharap dengan kegiatan ini menjadikan pendidik dan siswa mampu untuk menjunjung tinggi nilai toleransi, memahami serta menghormati segala bentuk perbedaan. Mengingat Muna Barat sebagai salah satu daerah multikultur, multireligi, multietnis, multibahasa dan multigolongan.


Tujuan yang ingin dicapai agar umat memiliki komitmen yang kuat, toleransi yang kuat, kebangsaan yang kuat, menghindari kekerasan dan menghargai budaya lokal.


Selain itu, diharapkan umat mampu menyatukan perbedaan yang terdapat di negeri ini dan menjadi jalan tengah bagi setiap elemen masyarakat, bernegara dan berbangsa termasuk memahami dan mengamalkan secara moderat adalah yang  diharapkan melalui program moderasi beragama. 


Akan tetapi jika melihat realitasnya, mungkinkah moderasi agama mampu menyatukan perbedaan di negeri ini?


Kenyataannya moderasi beragama justru mencampuradukkan ajaran agama bahkan meragu-ragukan terhadap ajaran Islam. Bukan lagi untuk saling menghormati dengan berbagai umat beragama. Umat Islam justru dijauhkan dari agamanya dan pengamalannya dengan mengambil jalan tengah. 


Di samping itu, penguatan moderasi agama di kalangan pelajar sejatinya merupakan upaya untuk mencegah dari tindak radikalisme dan ekstremisme. Melabeli muslim yang memiliki pemikiran Islam kafah dan berusaha menerapkannya, diubah agar memiliki pemikiran yang sesuai dengan Barat yakni moderat. 


Munculnya istilah moderat ini pun sebagai bentuk jebakan Barat untuk mengotak-kotakan umat Islam. 


Barat mengetahui potensi kebangkitan generasi muda di Indonesia dengan Islam kafah adalah ancaman. Jika umat Islam berpegang teguh pada agamanya maka akan bangkit kekuatan yang mendunia, itulah yang ditakutkan oleh Barat.


Karena itu, untuk membibitkan generasi yang pro terhadap pemikiran Barat segala potensi yang mampu mengarah pada tujuan tersebut harus diatasi. Hal ini karena moderasi adalah cara pandang Barat yang digunakan untuk mencengkeram negeri-negeri muslim. 


Di sisi lain, dengan moderasi beragama seorang muslim dijauhkan dari profil kepribadian Islam. Ketika moderasi beragama masif diaruskan oleh negara, hal ini menunjukkan bahwa negara berpandangan kebangkitan Islam merupakan ancaman. Padahal ancaman yang nyata adalah kerusakan moral di kalangan pelajar yang kian marak terjadi. 


Terlebih, maraknya berbagai kasus kekerasan maupun kriminalitas di kalangan pemuda didominasi bukan karena pertikaian SARA (suku,agama, ras dan golongan) melainkan gaya hidup liberal yang mencengkeram pemuda saat ini. 


Akar Masalah


Inilah dampak kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Sistem ini dibangun atas asas pemisahan agama dari kehidupan. 


Dalam pandangan Islam, manusia tidak memiliki ruang untuk membuat hukum, manusia diperintahkan untuk terikat terhadap seluruh hukum syariat. Hal ini berbeda dengan sistem sekuler yang berasaskan pada kebebasan.


Dalam sistem sekuler, manusia yang berhak membuat hukum. Kebebasan menjadi landasan dalam berakidah, berpendapat, hak milik, dan kebebasan pribadi mendapat jaminan dalam sistem sekuler. 


Agar eksistensi Barat tetap terjaga, mereka berusaha menidurkan umat Islam dari ideologi Islam. Di antaranya dengan moderasi beragama. 


Seperti yang dikutip dalam dokumen Open Source Rand Corporation (RC) yang berjudul Building Moderate Muslim Networks menyatakan bahwa ide moderasi beragama membuat umat Islam memahami Islam sesuai dengan kepentingan Barat. 


Ide liberal seperti demokrasi, kesetaraan gender, HAM, pluralisme, dan ide-ide Barat lainnya menjadi suatu keniscayaan. Agar lahir generasi Islam yang memiliki profil moderat dalam beragama sesuai keinginan Barat, bahkan ikhlas dalam mengemban ide-ide Barat. Maka perlu dimasifkan moderasi beragama.


Ironisnya di tengah carut-marut dekadensi moral yang mendominasi pemuda saat ini, pemerintah justru menderaskan moderasi beragama mulai dari pusat sampai pelosok. Harapannya bisa menyelesaikan masalah, faktanya justru menambah masalah yang terjadi di negeri ini. 


Solusi Islam


Islam adalah agama yang turun dengan seperangkat aturan yang dijamin mampu menyelesaikan seluruh permasalahan manusia termasuk masalah toleransi, keharmonisan maupun keberagaman.


Sistem Islam akan menebarkan kebaikan ke seluruh alam semesta, menciptakan perdamaian, toleransi dan keadilan. Islam terbukti memberikan ruang kebebasan bagi nonmuslim untuk memeluk keyakinannya, bukan melalui jalan moderasi beragama. 


Terbukti toleransi antarumat beragama tercipta keharmonisannya selama 13 abad dan tercatat dalam sejarah. Dimulai sejak masa kekhalifahan Islam berkuasa, para pemeluk Islam, Yahudi, dan Kristen hidup berdampingan dengan tenang dan damai.


Di Spanyol lebih dari 800 tahun masyarakat hidup dalam tiga agama. Sementara itu, di India selama ratusan tahun muslim dan Hindu hidup rukun, begitu pun di sepanjang kekuasaan Bani Ummayah, Bani Abbasiyah, dan Bani Utsmaniyah umat Islam dan Kristen hidup rukun selama ratusan tahun. 


Jika dicermati, moderasi beragama hanyalah kedok untuk melanggengkan ideologi sekuler. Kendati demikian, umat Islam tidak boleh terjebak dengan narasi dan pemikiran ciptaan Barat. 


Sudah semestinya, pelajar sebagai aset di masa yang akan datang wajib memahami potensinya. Jika potensi ini disalurkan dengan benar, mereka akan tampil menjadi pemuda yang hebat.


Pemimpin masa depan sebagaimana generasi para sahabat. Mereka menjadi sosok pemimpin muda yang tangguh. Generasi seperti ini akan muncul kembali ketika pelajar ada dalam naungan Islam. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]