Alt Title

Menyoal Kepedulian terhadap Tetangga (Kasus Kematian di Cinere Depok)

Menyoal Kepedulian terhadap Tetangga (Kasus Kematian di Cinere Depok)

 


Masyarakat Islam diikat oleh akidah 

Menyatukan satu muslim dengan yang lainnya bagaikan satu tubuh. Tidak mengenal suku bangsa dan ras apa pun. Menyatukan di mana dan kapan pun di seluruh dunia

______________________________


Penulis Verawati S.Pd.

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Baru-baru ini viral berita tentang penemuan dua mayat yang sudah membusuk dan jadi tengkorak. Jasad tersebut yaitu seorang ibu berinisial GAH (68) dan seorang anak berinisial DAW telah membusuk di rumah mereka di daerah Cinere Depok. (kompas[dot]com, 08/09/2023)

Kasus ini mirip dengan kasus yang terjadi di daerah Kalideres beberapa waktu lalu.


Miris, kasus kematian yang tidak diketahui kembali terjadi. Hal ini menjadi pelajaran untuk kita bersama, bahwa kejadian ini merupakan bukti bahwa tatanan kehidupan sosial kita hari ini mengalami kemunduran. Yaitu tertutup dan bersifat individualisme. Hal ini tidak lain merupakan ciri masyarakat kapitalis.


Kapitalisme yang berasas sekuler telah menjauhkan agama dari kehidupan. Manusia membuat aturan sendiri termasuk dalam bergaul dan bertetangga. Dalam masyarakat kapitalisme ikatan yang dipakai adalah ikatan kepentingan atau materi. Jika ada keuntungan yang didapat maka akan terjalin hubungan. Sebaliknya jika tidak ada, meski dekat dengan rumah maka tidak ada hubungan dan saling membiarkan.


Ikatan ini mendorong masyarakat bersifat individual. Yaitu lebih memfokuskan diri sendiri atau keluarga terdekat saja. Memuaskan dan mementingkan kebahagiaan diri sendiri saja. Sebaliknya, mengetahui urusan orang lain dianggap sebagai ikut campur masalah orang lain.


Padahal secara fitrah, manusia membutuhkan satu dengan yang lainnya. Manusia lemah dan terbatas dalam segala hal. Terlebih dalam kondisi sakit, usia tua, atau lainnya. Maka manusia disebut manusia sosial, membutuhkan interaksi dengan yang lain. Sayangnya sistem kapitalisme telah mengubah fitrah manusia ini. 


Berbeda dengan masyarakat Islam. Masyarakat Islam diikat oleh akidah. Menyatukan satu muslim dengan yang lainnya bagaikan satu tubuh. Tidak mengenal suku bangsa dan ras apa pun. Menyatukan di mana dan kapan pun di seluruh dunia.


Selain itu, masyarakat pun diikat oleh perasaan dan aturan Islam yang kafah. Islam memerintahkan untuk berinteraksi dengan sesama dengan interaksi yang baik, terlebih kepada tetangga. Bahkan kebaikan terhadap tetangga disamakan dengan keimanan kepada Allah dan hari akhir. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.

"Dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan tetangganya.” [Muttafaq ‘alaih. Hadits riwayat Muslim di dalam Shahih Muslim no. 47]


Ada hak dan kewajiban antar tetangga yang bersifat wajib. Seperti menjenguk bila sakit, memberikan makanan, menghargai dan tidak menyakiti dengan apa pun termasuk lisan kita dan lain sebagainya. Hak dan kewajiban ini bersifat umum, artinya berlaku pula untuk nonmuslim. 


Selain itu, dalam sistem Islam, kontrol masyarakat menjadi pilar tegaknya sistem Islam. Di mana masyarakat diperintahkan untuk saling amar makruf nahi mungkar. Yaitu saling mengingatkan satu dan yang lainnya. Mengingatkan untuk taat pada aturan. Hal ini akan mencegah terjadinya kerusakan dan bahaya pada masyarakat termasuk individu di dalamnya.


Bahwa  masyarakat Islam diumpamakan seperti kumpulan orang dalam kapal. Jika mereka yang di bawah akan mengambil air tentu harus ke atas. Melewati penumpang yang di atasnya. Kemudian bisa saja mereka melubangi kapal. Namun jika itu dilakukan maka kapal akan mengalami kebocoran, rusak dan menenggelamkan semua orang. Jadi semuanya harus melakukan amar makruf nahi mungkar dan berusaha untuk melakukan kebaikan.


Demikianlah individu dan masyarakat Islam. Di dalamnya saling menjaga dan melindungi untuk kebaikan di dunia dan di akhirat. Semoga sistem Islam segera tegak kembali.


Wallahualam bissawab. [SJ]