Alt Title

Kegiatan Pasca Syawalan

Kegiatan Pasca Syawalan

“Sesungguhnya Allâh menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskannya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan  barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR. Al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab Shahih mereka)

__________________________


Penulis Dewi Kusuma

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pemerhati Umat





KUNTUMCAHAYA.com, KISAH - Rasanya sudah lama enggak naik motor ke jalan raya. Sejak anak bujangku lulus dari pondok enggak naik motor ke jalan raya. Sementara dia sudah lulus kuliah dan bahkan sudah merintis kehidupannya, bekerja sudah tiga tahunan. Praktis sudah 8-9 tahun tidak naik motor ke jalan raya. 


Hari ini pergi naik motor sendirian cari ayam kampung. Di pasar dekat rumah hanya ada satu ekor ayam, sementara aku pingin beli lebih dari satu ekor. Akhirnya pulang dengan tangan hampa. Hanya beli bumbu untuk membuat opor saja. Pulang ke rumah rasa masih tak tenang karena sudah berjanji mau bikinin opor ayam kampung untuk acara silah ukhuwah kawan-kawan masa kecil di kampung halaman dulu. Keluar rumah lagi muter-muter di perumahan cari tetangga yang pelihara ayam kampung. Ternyata, ya, susah juga, selain sudah pada keluar kandang juga sudah habis untuk lebaran Fitri kemarin. Nilih juga tanpa hasil.


Nah harus pergi ke pasar yang lain nih. Akhirnya pergi ke pasar yang berjarak kurang lebih10 km dari rumah. Wow, rasa deg-deg ser saja naik motor ke jalan raya lagi. Jalanan ramai penuh dengan kendaraan orang-orang yang.hendak rekreasi, juga orang-orang yang pulang kerja shift 3. Wis nekat saja naik motor, 'Bismillahirrahmanirrahim'. Dah tancap gas ke pasar. Kalau enggak menyamai mereka-mereka yang pada naik motor, ya, khawatir malah mengganggu, karena pelan naik motor. Ya sudah akhirnya ngiringin mereka naik motor rada-rada kenceng gitu. 


Sampailah ke pasar, langsung ketemu pedagang yang jual ayam. Saya lihat ayamnya gemuk-gemuk. Aku beli 3 ekor, dua babon dan satu jago. Semoga saja cukup untuk makan siang 25 orang. Kubeli dengan harga.Rp380 ribu, sudah langsung dipotong dan dibawa pulang dalam kondisi bersih. Ya namanya pasar di pinggir jalan raya, jadinya ngeri-ngeri sedap transaksinya. Khawatir kesenggol motor atau mobil yang lalu-lalang. 


Setelah dapat ayam kampung, daripada nunggu ayam yang sedang dipotong dan antre juga, akhirnya aku bilang, "Tinggal dulu ya Mang, mau cari kelapa parut."


Aku tanyakan ke tukang parkir di mana kira-kira yang jualan kelapa parut. Si bapak parkir mengatakan, "Nanti masuk aja ke gerbang pasar Bu. Nah, setelah masuk belok ke kiri, di situ ada yang jual," katanya.


"Titip dulu motornya, ya Mang," kataku.


Setelah cari-cari, tengok sana-sini akhirnya dapat juga kelapa parut. Aku beli 3 butir dengan harga Rp20 ribu sudah diparut. Di sana kubeli tambahan bumbu juga, khawatir kurang bumbu yang sudah dibeli.


Setelah beres dalam pasar, aku pun kembali lagi ke pemotongan ayam. Alhamdulillah sudah selesai dipotong dan dibersihkan, tinggal menunggu dipotong-potong. Yah biar tidak ribet langsung.minta dipotong-potong saja.


"Sudah beres, Bu?" kata tukang parkir.


"Ya, sudah nih," kataku. "Eh tapi tunggu saya bayar ayamnya dulu bentar."


Kuserahkan uang ke pedagang ayam. "Coba cek, Mang, uangnya sudah pas belum?" kataku.


Setelah dihitung oleh pedagang ayam, "Ya, Bu, sudah pas."


"Ok. Makasih ya, Mang," jawabku.  


Belanjaan pun dirapikan oleh tukang parkir setelah diikat di motor. Saat itu kuminta tukang parkir untuk menyeberangkan motor. Mau menyeberang sendiri takut, soalnya ramai sekali lalu lintasnya. Aku juga sekalian meminta di-slahin motor oleh tukang parkir. Rasanya capai harus ngengkol motor karena staternya mati. Maklum motor sudah tua, yang menaiki pun sudah senja. Wis pokok men pas lah cocok. Daku pun sudah lumayan capai muter-muter pasar. 


Alhamdulillah sekali engkol langsung nyala. Maklum tenaga laki-laki sama tenaga perempuan beda juga. 


Setelah naik motor dan berjalan, aku lihat ada ibu-ibu pulang dari pasar dan membawa tentengan kanan kiri. Aku berhenti sejenak dan kutawarkan untuk naik motorku. Maksud aku, untuk dibonceng.


"Ayo Bu saya boncengin, kebetulan saya arah yang sama," tawaranku untuk ibu itu. Eh ternyata beliau tak mau. 'Ya sudah', pikirku.


"Makasih nanti juga ketemu sama anak," katanya.


Padahal ketika berangkat tadi aku lihat ibu itu ke pasar jalan kaki sendirian. Nah saat pulang dari pasar, kok aku lihat ibu tadi. Namun kutawari untuk dibonceng, eh ibu itu tak mau, segan atau apa barangkali, aku pun tak tahu.


Akhirnya kutancap gas pulang ke rumah. Tetap waspada karena lama tidak naik motor, rasa nano-nano itu ada. Kendaraan truk gede-gede, motor pun pada kencang-kencang. Akhirnya ketularan naik motor agak kenceng juga. Eh ternyata lupa kalau usia telah senja.


Alhamdulillah selamat sampai rumah. Akhirnya rehat sebentar, minum, makan buah dan kue. Kebetulan puasa Syawal sudah beres. Jadi menikmati hari lebaran setelah beres puasa Ramadan dan Syawalan, kulanjut masak opor dan bikin bumbu pecel. Hemh lumayan kemringet juga.


Ya dikerjakan pelan-pelan saja. Habis masak sendirian yo wis nyantai wae. Alhamdulillah beres juga jam 1 siang. Lanjut salat Zuhur, gosok baju dan tidur. Semoga barakah semata mencari rida Allah. Lahaula wala quwwata Illa billah.


Dari Ibnu ‘Abbâs radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadis yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya 'Azza wa Jalla. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allâh menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskannya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan  barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR. Al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab Shahih mereka)


Wallahualam bisawwab. []