Alt Title

Normalisasi dan Legalisasi Penjajahan atas P4lestina

Normalisasi dan Legalisasi Penjajahan atas P4lestina




Kapitalisme membuat pandangan politik luar negeri mereka berorientasi pada kepentingan ekonomi

Menolong saudara-saudaranya adalah sebuah kerugian 


_______________________


Penulis Harisagustinawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Sudah dua tahun sejak dimulainya Badai Al Aqsha, Oktober 2023, dunia masih menonton Zion*s memborbardir G4za, P4lestina.


Konferensi terus berlanjut tapi tidak ada satupun yang mampu menggerakkan militer negara di dunia untuk menghentikan genosida.


Kondisi negeri-negeri muslim justru menunjukkan wajah sebaliknya. Ternyata para penguasa negeri muslim hanya boneka Amerika dan Zion*s. Satu persatu dari mereka berlomba-lomba menunjukkan keberpihakan kepada Zion*s Isra*l.


Uni Emirat Arab, Sudan, Bahrain, dan Maroko menyusul, Kazakhstan adalah daftar negara Arab yang sudah bergabung dengan Abraham Accords. Keikutsertaan Kazakhstan bergabung dalam Abraham Accords ditunjukkan langsung tanpa malu-malu. Abraham Accords adalah Agenda yang diinisiasi Amerika dan Isra*l sejak tahun 2020 yang berisi perjanjian normalisasi hubungan antara Isra*l dengan beberapa negara Arab di Timur Tengah.


Terdengar janggal, apa fungsinya normalisasi dan pengakuan kemerdekaan atas P4lestina jika G4za tetap dibantai. Tidak aneh jika dalam beberapa waktu ke depan, negeri-negeri Arab atau pun muslim lain yang bergabung dengan aliansi pembela Zion*s Isra*l.


Pemerintah Turki pada awal November lalu mengumumkan penerbitan surat penangkapan terhadap 37 tersangka atas dugaan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di G4za. Termasuk di antaranya Perdana Menteri Isra*l Benjamin Netanyahu Menteri Pertahanan Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Letnan Jenderal Eyal Zamir. (tvonenews.com, 09-11-2025)


Sikap yang seolah menunjukkan drama dari penguasa negeri muslim. Karena berapa pun surat perintah dan kecaman yang dikeluarkan tetap tidak menunjukkan keseriusan Turki menolong Palestina. Tidak satupun pasukan dan senjata yang dikirim Turki sebagai konsistensi dari pernyataan. Turki hanya mampu mengeluarkan kecaman basi bagian dari retorika.


Perangkap Penjajahan Atas G4za


Melihat seriusnya Amerika Serikat memfasilitasi beberapa negara Arab untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Isra*l. Seharusnya penguasa negeri-negeri tersebut menyadari bahwa agenda Abraham Accords adalah salah satu perangkap AS dan sekutunya sehingga genosida dan penjajahan atas P4lestina adalah hal yang legal dan biasa.


20 poin proposal Trump pasca gencatan senjata bulan lalu adalah bukti bahwa Amerika adalah penyokong utama genosida. Namun anehnya, banyak penguasa negeri muslim justru menyatakan keberpihakan dengan alasan menuju langkah perdamaian. Begitu juga dengan pengakuan kemerdekaan P4lestina pada KTT Perdamaian Sharm al-Sheikh yang digelar di Mesir pada 13 Oktober 2025 lalu.


Pertemuan sejumlah pemimpin dunia dalam penandatanganan perjanjian perdamaian dan penghentian perang di G4za. Akan tetapi, hasil dari pertemuan ini justru menyudutkan posisi para pejuang G4za. Justru semakin membuka kesempatan bagi Zion*s penjajah untuk terus menghancurkan G4za tanpa perlawanan. Penguasa muslim malah mendukung penyerahan kendali Palestina ke tangan penjajah. 


Dalam pandangan Islam terkait perjanjian internasional, jika penerapan atau pun ide itu berasal dari sekelompok kecil negara adidaya atau negara besar, hal tersebut adalah bentuk permusuhan. Jika negara adidaya tersebut melakukan pelanggaran terhadap perjanjian tersebut, negara lain tidak akan mampu menerapkan sanksi kepada negara adidaya tersebut. (Telaah Kitab, Perjanjian-Perjanjian Internasional dalam Pandangan Islam dalam Muslimah News.net)


Sebaliknya, jika negara-negara selain negara adidaya yang melanggar perjanjian, akan mudah sekali diberikan sanksi. Artinya, perjanjian yang dinisiasi oleh Amerika apapun bentuknya  merupakan jebakan bagi negara-negara yang terlibat perjanjian tersebut. Sudah jelas, jika penguasa negeri muslim secara sadar menjalin perjanjian damai dengan negara pelaku genosida.


Hal tersebut membuktikan bahwa sesungguhnya penguasa negeri-negeri muslim sedang menunjukkan pengkhianatan nyata terhadap G4za. Mereka memilih setia menjadi budak Amerika dan Zion*s padahal rakyat di negeri-negeri mereka sudah menuntut pembebasan P4lestina. Mereka sebenarnya paham dan tahu diri bahwa mereka mendapatkan kekuasaan karena dukungan dari sang majikan, yaitu Amerika.


Nasionalisme Penyebab Penjajahan P4lestina Terus Berlanjut


Penguasa negeri muslim layaknya budak yang melayani kepentingan Zion*s dan Amerika. Mereka tunduk pada kepentingan penjajah, tak peduli berapa nyawa yang sudah dihabisi. Apa yang terjadi hari ini di P4lestina adalah cerminan nasionalisme, ide rusak yang memisahkan umat Islam dalam sekat semu.


Karena berbeda budaya, suku bangsa, dan negara, seakan akan persoalan G4za, P4lestina bukanlah urusan umat Islam. Bagaimana penguasa muslim hari ini memandang persoalan P4lestina? Sungguh mengenaskan ada penguasa muslim yang justru menjalin kerjasama dengan Zion*s padahal jelas membantai umat Islam. Persenjataan hebat dan tentara yang disebut terlatih hanya disimpan di gudang militer, dipamerkan ketika peringatan hari nasional. 


Hati mereka bahkan tidak tergerak untuk mengirim pasukan dan persenjataan ke arah penjajah Zion*s yang mereka lakukan mengutuk dan mengecam, retorika palsu tanpa tindakan nyata. Ini merupakan bencana yang sangat besar bagi umat Islam. Membiarkan nyawa saudara seiman dihabisi penjajah.


Padahal umat Islam itu laksana satu tubuh, Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari dan Muslim)


Jika melihat kekuatan militer di negeri-negeri muslim, membebaskan G4za dan P4lestina dari negara penjajah sebenarnya bukan hal yang mustahil. Namun, nasionalisme membuat negeri-negeri muslim menjadi pengecut yang hanya mampu berdiam diri di wilayah masing-masing. Mereka membesarkan jiwa takut mati seakan-akan mengirimkan tentara ke G4za adalah hal yang tidak mungkin karena mengancam stabilitas negeri mereka.


Kapitalisme membuat pandangan politik luar negeri mereka berorientasi pada kepentingan ekonomi. Menolong saudara-saudara mereka adalah sebuah kerugian dan tidak akan menghasilkan keuntungan apapun. Amerika dengan sistem sekuler kapitalismenya mencengkram negeri-negeri muslim dengan berbagai perjanjian agar pembebasan P4lestina tidak akan terealisasi.


Begitupun mengharapkan pembebasan palestina dari diplomasi PBB yang jelas lembaga dominasi Amerika. Sangat jelas, bahwa menggantungkan harapan pada negeri-negeri muslim yang berideologi kapitalisme adalah mimpi. Butuh negara adidaya baru yang terlepas dari hegemoni AS dengan ideologi kapitalismenya.


Solusi Islam Atas Genosida dan Penjajahan P4lestina


Umat Islam tidak boleh diam atas penjajahan dan genosida di P4lestina, apalagi melakukan normalisasi dan menyerahkan urusan P4lestina pada perjanjian yang dibuat oleh Amerika sebagai penyokong utama penjajahan. Penyelesaian masalah penjajahan G4za, P4lestina sudah sangat mendesak.


Solusi seharusnya dikembalikan pada cara pandang Islam. Allah berfirman: “Diwajibkan atas kalian berperang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)


Berdasarkan ayat ini, solusi satu-satunya membebaskan P4lestina adalah jihad, mengirimkan tentara untuk mengusir penjajah. Jihad membutuhkan dana dan persiapan militer yang besar dan persenjataan lengkap.


Sebagaimana firman Allah: “Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu, dan orang-orang selain mereka.” (QS. Al–Anfal [8]: 60)


Artinya, umat Islam harus mempersiapkan kekuatan militer terbaik untuk berjihad membela saudaranya di P4lestina. Kekuatan militer terbaik itu hanya mampu dikerahkan oleh negara yang berfungsi sebagai junnah (perisai) dan ra’in (pelindung) bukan negara dengan konsep nasionalisme.


Negara yang dimaksud adalah negara Islam. Sebagai langkah awal, negara Islam akan menyatukan seluruh kekuatan negeri-negeri muslim di bawah satu naungan. Kemudian, memobilisasi militer lengkap dengan menyiapkan dana yang berasal dari baitul mal.


Kaum muslim seharusnya menyambut seruan untuk berjihad dengan gembira dan meyakini bahwa Allah akan memberikan pertolongan dan kemenangan pada kaum muslim. Bukankah firman Allah dalam QS. Muhammad ayat 7: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”  


Mengembalikan Kehidupan Islam dengan Dakwah


Selama Amerika dengan ideologi kapitalisme masih mencengkeram, dunia Islam tetap terpecah belah dalam sekat nasionalisme. Penguasa sibuk dengan agenda mempertahankan kekuasaan dan acuh dengan kondisi umat. P4lestina akan terus mengalami krisis berulang jika tidak ada kekuatan adidaya baru yaitu negara independen yang terlepas dari hegemoni Amerika.


Sudah saatnya umat Islam menyadari penting dan mendesaknya mengembalikan kehidupan Islam dalam wujud negara sebagai solusi hakiki pembebasan P4lestina dari penjajahan Zion*s dan sekutunya, yaitu Amerika. Tidak ada cara lain, umat Islam sudah saatnya berjuang untuk kembali menerapkan sistem Islam dalam bernegara dan meninggalkan ideologi kapitalisme. 


Umat Islam harus terus meyakini bahwa perjuangan menjemput pertolongan Allah semakin dekat. Firman Allah: “Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS Al-Baqarah [2]: 214)


Agenda utama umat hari ini adalah mewujudkan persatuan dalam satu naungan. Mewujudkan hal tersebut tentu harus mengikuti metode yang shahih yaitu dengan metode yang telah dicontohkan Rasulullah. Metode tersebut adalah dakwah.


Dakwah yang bersifat pemikiran tanpa kekerasan dan politis. Syaikh Taqyuddin An-Nabhani dalam kitab At-Takattul al-Hizbiy menjelaskan ada tiga tahap mengembalikan Islam sebagai sistem bernegara. Tahapan pertama adalah pembinaan (tatsqif), menanamkan tsaqafah Islam pada umat sehingga terjadi perubahan pemikiran. Tahapan kedua yaitu berinteraksi dengan masyarakat (tafa’ul ma’al ummah). Tahapan terakhir pengambilalihan kekuasaan (istilamulhukmi) dengan dukungan umat sehingga diterapkannya syariat Islam.


Hal tersebut adalah satu-satunya jalan untuk kebangkitan umat Islam menantang kekuatan penjajah yang mampu membebaskan P4lestina. Perjuangan mengembalikan kehidupan Islam harus dilakukan secara bersama-sama karena ini adalah kewajiban syariat yang diperintahkan Allah Swt.. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]