Alt Title

Generasi Muda Takut Nikah Luka Ekonomi Kapitalis

Generasi Muda Takut Nikah Luka Ekonomi Kapitalis



Fenomena banyaknya anak muda yang takut menikah bukan hanya perihal culture sosial atau cara untuk mengungkapkan sebuah perasaan

Namun, menikah harus memiliki landasan untuk menaati apa yang Allah perintahkan


_________________________


Penulis Tri Ayu Lestari, S.Pd.

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Akhir-akhir ini ada banyak sekali berita yang memperkuat opini anak muda terutama Gen Z untuk takut menikah. Video pernyataan di platform media sosial yang tidak lagi tersaring, seperti Instagram, tiktok, threads, X, atau platform lainnya menjadi pendukung utama untuk mereka menerima informasi, bahwa menikah bukan solusi, malah menambah beban katanya.


Dilansir dari kompas.com 5 Oktober 2025 lalu threads diramaikan dengan pembahasan terkait anak-anak muda yang khawatir menuju jenjang pernikahan bahkan tak sedikit yang memiliki niat untuk tidak menikah. Video itu viral di media sosial sampai disukai oleh lebih 12.500 kali pengguna. Di mana video tersebut menunjukkan bahwa ada banyak sekali anak muda yang merasa relate dengan pernyataan yang tercantum dalam video tersebut.


Hal ini tidak mungkin terjadi dengan begitu saja. Ada banyak sekali faktor yang memicu anak muda untuk punya opini "takut menikah". Faktanya dapat dilihat dari banyaknya anak muda yang menunda menikah terutama dengan alasan "hidupku aja belum stabil", "aku belum mapan, gimana mau ngasih makan anak orang", masalah ekonomi yang selalu jadi tumpuan permasalahan.


Jika dilihat dari tombak permasalahannya, yang pertama kali diserang adalah pemikiran atau mindset anak muda terutama Gen Z bahwa "menikah menambah masalah" sampai mereka jarang mau menulusuri kenapa Allah memerintahkan kita untuk menikah. Dalam sebuah hadis Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda :

 

"Dari Abdullah, dia berkata: bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepada kami: “Wahai para pemuda, siapa saja yang telah mampu di antara kalian maka hendaklah ia menikah. Sebab nikah itu merupakan hal yang paling bisa menundukkan pandangan dan pemelihara kemaluan. Namun, siapa saja yang belum mampu, maka berpuasalah. Karena puasa adalah sebagai perisainya.” (HR. Muslim)  


Dari hadis di atas Rasulullah menyampaikan bahwa, "menikah adalah cara benar untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan". Namun, fakta yang banyak terjadi di lingkungan kita sekarang, mereka lebih percaya diri untuk pacaran di bandingkan menuju jenjang pernikahan.


Selain itu, maraknya berita perselingkuhan, pembunuhan yang disebabkan karena hal sepele oleh pacarnya misal, atau tren-tren yang menunjukkan perubahan dari masa gadisnya yang cantik rupawan, tetapi setelah menikah terlihat lebih tidak terurus. Padahal hal-hal seperti itu tidak perlu jadi masalah yang dibesar-besarkan sekali. Dalam Islam, menikah adalah sebuah jalan untuk mencapai ketenangan, tetapi syaratnya adalah dengan jalan yang Allah ridai. 


Menempuh makna sakinah, mawaddah, dan warahmah tidak mungkin dengan jalan pacaran, atau HTS-an. Hal tersebut sudah jelas pembagian tentang batasan antara laki-laki dan perempuan Selain beberapa hal di atas, ada satu hal yang selalu jadi alasan kuat seseorang menunda bahkan takut membahas pernikahan, yaitu masalah ekonomi yang belum stabil atau belum masuk definisi mapan di kalangan masyarakat kita sekarang.


Allah berfirman dalam QS An-Nur: 32, "Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nur: 32)


Coba kita telaah ayat di atas, Allah tidak menyatakan nanti Aku miskinkan orang yang menikah. Namun sebaliknya, Allah akan memberikan rezeki yang luas untuk orang yang menikah. Karena Maha luas pemberian-Nya, sesuai dengan syarat dan ketentuan.


Hal pertama yang harus kita kuatkan adalah iman. Keyakinan bahwa Allah akan memberikan karunia-Nya jika kita menikah dengan jalan yang benar. Lalu, tujuan kita menikah untuk apa, dan terakhir libatkan Allah di dalamnya. Begitulah solusi yang Allah tetapkan dan Islam ajarkan. 

 

Namun, di zaman sekarang sistem kapitalis yang membuat ekonomi makin runyam. Di mana semua pokok kebutuhan melambung. Sedangkan pendapatan stagnan, akhirnya muncullah bibit-bibit pemikiran yang membuat aturan Allah makin terlihat 'menakutkan', salah satunya tentang "pernikahan".


Satu lagi permasalahan yang di anggap sepele namun sangat merusak di zaman sekarang, perihal tentang over sharing. Semua bentuk keluhan bisa di cerita lewat story Instagram, story WhatsApp, atau media sosial lainnya. Akhirnya, menyebabkan banyak anak muda overthinking sebelum mengambil tindakan.


Dalam Islam, semua ada aturannya. Allah telah memberikan kita anugerah berupa naluri berkasih sayang yang tujuannya untuk melestarikan keturunan. Ketika seorang pemuda belum siap Allah perintahkan agar mereka menundukkan pandangan, dan saat mereka siap Allah perintahkan untuk segera menghalalkan sang pujaan yang selalu didambakan. Culture sosial yang Islam ajarkan tidak sama sekali merugikan atau menyesatkan.


Penutup


Fenomena banyaknya anak muda yang takut menikah bukan hanya perihal culture sosial atau cara untuk mengungkapkan sebuah perasaan. Namun, menikah harus memiliki landasan untuk menaati apa yang Allah perintahkan. Islam memiliki solusi yang menyeluruh melalui sistem yang berdasarkan syariat yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan menjaga kehormatan, pergaulan dijaga, hubungan antarlawan jenis jelas batasannya.


Kebutuhan ekonomi tentu ada aturannya. Masyarakat dibangun atas dasar takwa. Inilah suasana sosial yang ingin dicapai Islam dengan menegakkan perintah Allah secara kafah. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]