Alt Title

Sudan: Tanah Emas yang Diperebutkan

Sudan: Tanah Emas yang Diperebutkan




Islam menegaskan perdamaian dan keadilan sejati terwujud jika syariat Allah ditegakkan

dan khalifah menguasai negeri-negeri muslim dalam kesatuan Daulah Islamiah

______________________________


Penulis Aksarana Citra

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Tanah emas itulah julukan Sudan. Tanah yang kaya akan cadangan emas, minyak bumi, dan pertanian melimpah. Selain itu, banyak para ulama qari terkenal berasal dari sana.


Negara yang dikenal dengan pusat keilmuan dan hafalan Al-Qur'an di Afrika Timur. Potensi yang seharusnya menjadi keberkahan bagi masyarakatnya, justru kini menjadi sumber perebutan kekuasaan di percaturan dunia demi kepentingan dalam mengekploitasi SDA di negeri tersebut. 


Awal Mula


Awal terjadi konfilik Sudan di mulai 2019 saat tergulingnya Presiden Omar al Basir imbas dari kudeta. Konflik yang berkepanjangan membuat Sudan terbagi menjadi dua bagian. Pada akhirnya, Sudan bagian selatan berhasil memproklamirkan kemerdekaan yang dikenal kini dengan Sudan Selatan. Tahun 2021, Sudan mempunyai pemerintahan sipil, tetapi ada dua pihak bekerja sama untuk mengkudeta militer dan menjatuhkan pemerintah sipil Sudan, yakni SAF dan RSF.


Seakan tiada habisnya, kini negara yang berlimpah sumber daya alam itu kembali berlumuran darah dan membara yang membuat ribuan orang mengungsi. Tidak hanya itu, pembunuhan demi pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan terus terjadi dan makin brutal yang membuat warga dunia marah dan seakan mata terbelalak saat menyaksikan peristiwa yang menyayat hati itu divideokan dan tersebar luas di jagat dunia maya.


Sejak April 2023 dua jenderal besar telah mengoyak Sudan, yakni Abdel Fatah Al Burhan yang memimpin angkatan bersenjata Sudan (SAF) militer resmi negara dan Muhammad Hamdan Dagalo yang mengomandoi pasukan dukungan cepat (RSF). Mereka menjadi aktor di balik peristiwa ini di mana tahun 2021 mereka berkerja sama untuk menjatuhkan pemerintah sipil.


Akan tetapi, tahun 2023 mereka saling serang untuk menguasai Sudan. Darfur diubah menjadi tempat perang yang sangat mematikan dan brutal di dunia. Lebih dari 150 ribu orang tewas dan 14 juta orang mengungsi dan bencana kelaparan melanda Darfur dan Kordofan, dan peristiwa ini disebut sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia.


Sejak Oktober 2025, RSF menguasai hampir seluruh wilayah Darfour dan sebagian besar Kordofan. RSF makin kuat secara militer dan khawatir terjadinya genosida pada masyarakat nonArab. Sebagian besar fasilitas kesehatan tidak berfungsi yang mengakibatkan merebak berbagai penyakit menular. (cnnindonesia.com)


Bukan Sekadar Perang Saudara


Sudan memang sedang berperang dengan diriya sendiri, tetapi dalam medan tempur yang diciptakan oleh kepentingan asing dalam lingkup percaturan global. Namun, perebutan kekuasaan itu hanya menggambarkan separuh dari cerita yang sebenarnya terjadi.


Di balik peperangan tersebut ada pengaruh dari kekuatan adidaya. AS dan Inggris melibatkan negara-negara bonekanya Zion*s dan UEA demi merebut pengaruh politik dalam proyek Timur Tengah, serta kepentingan perampokan SDA. Pemerintah Sudan menuduh UEA mendukung RSF dalam memasok senjata dan BBM, serta pendanaan melalui negara tetangganya Chad dan Libya.


Bukti dari citra satelit dan pengiriman kargo yang menunjukkan jalur suplai dari teluk ke wilayah yang dikuasai RSF. Akan tetapi, dari pihak UEA membantah dan menyatakan bahwa pasokan tersebut hanya bentuk bantuan kemanusiaan. Faktanya, wilayah yang dikuasai RSF merupakan tambang emas di Darfor dan diselundupkan ke UEA.


Balasannya RSF mendapatkan pasokan dana dan senjata. Lalu di seberang Laut Merah ada Isra*l sudah membangun jalur komunikasi rahasia dengan komandan RSF dan menyusun strategi untuk melawan kelompok yang dianggap dekat dengan Iran. Isra*l memandang bahwasanya Sudan merupakan jalur yang penting.


Jembatan antara Afrika Timur dan teluk Sahil yang mempunyai pengaruh besar dan menjadi kekuatan untuk masa depan Isra*l. Mesir dukung SAF demi keamanan sungai Nil. AS, UEA, Mesir bentuk kelompok QUAD untuk "road map perdamaian", tetapi faktanya sarat akan kepentingan pribadi.


Jadi, perang ini bukan perang saudara saja, tetapi papan catur dari ambisi global untuk emas wilayah dan kekuasaan. Tentu saja Sudan yang kaya akan emas dan minyak menjadi objek yang menarik dan menjadi perebutan para negara adidaya.


Sekularisme Biang Masalah


Akar dari segala permasalahan yang melanda negeri-negeri muslim karena sekularisme dan kapitalisme di mana memisahkan agama dari kehidupan. Maka hilangnya rasa kemanusiaan, tidak ada empati, iba, serta hilangnya arah berpikir secara hakiki. Politik yang tidak memihak rakyat kecil tanpa keadilan, ketimpangan ekonomi, kedaulatan negara yang hancur oleh para oligarki yang haus keuntungan dan kekuasaan


Inti dari ini semua adalah materi. Pemerintah hilang legitimasinya secara moral dan spiritual. Nyawa manusia seakan tidak ada harganya. Emas dituhankan seakan lebih berharga dibanding nyawa manusia. Akibatnya, negara-negara menjadi terpecah yang menumbuhkan keserakahan rasisme dan perebutan kekuasaan.


Umat harus disadarkan dan di upgrade secara pemikiran sehingga umat tidak diam saja dan bisa membaca semua problematika dunia. Ini adalah bentuk dari perang ideologi antara ideologi Islam dengan ideologi sekularis kapitalis.


Konflik antara RSF dan militer Sudan sebenarnya perebutan kendali atas sumber daya ini, di mana masing-masing pihak didukung oleh kepentingan luar negeri. Inilah bentuk nyata kapitalisme global yang memecah belah negeri muslim dan untuk menguasai harta mereka. Konflik ini tidak akan beres hanya dengan demokrasi sekuler, perjanjian politik Barat, tahapan kekuasaan yang dipengaruhi asing. 


Islam Menciptakan Perdamaian


Allah Swt. berfirman, "Dan sungguh Kami telah menempatkan kamu di bumi dan kami adakan bagimu di bumi itu (sumber) penghidupan. Maka sedikit sekali kamu bersyukur." (QS. Al-Araf: 10)


Islam menegaskan perdamaian dan keadilan sejati terwujud jika syariat Allah ditegakkan dan khalifah menguasai negeri-negeri muslim dalam kesatuan Daulah Islamiah yang di mana akan menyatukan umat Islam di bawah satu kepemimpinan. Tidak seperti sekarang negeri-negeri muslim terpecah belah karena paham nasionalisme.


Daulah Islam yang nantinya akan mengelola sumber daya alam dengan adil untuk kemaslahatan umat. Melindungi umat dari genosida, penyiksaan, pembunuhan, dan pemerkosaan serta tindakan-tindakan brutal, dan melindungi dari penjajahan pemikiran ideologi dan ekonomi asing. 


Konflik Sudan merupakan cermin dari bobroknya sekularisme dan kapitalisme yang menyingkirkan hukum-hukum Allah Swt. di mana menimbulkan perebutan kekuasaan, menjual kekayaan kepada negeri asing. Jelas Islam menolak sistem tersebut dan menyerukan kesatuan umat dan penerapan syariat Islam secara kafah sebagai jalan satu-satunya keluar dari penderitaan yang dialami umat.


Ketika agama ditinggalkan, kekuasaan jadi alat penjajahan baru. Kehilangan ideologi diibaratkan kehilangan kedaulatan negara. Tanpa syariat Islam, umat mudah dijajah secara fisik, materi, dan pemikiran. Umat berjuta-juta, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa karena umat lemah tanpa pemimpin, yaitu Khil4fah. 


Oleh sebab itu, umat harus bersatu dalam perjuangan perang pemikiran. Sudan bukan sekadar perang saudara, tetapi peringatan untuk umat Islam. Tanpa Khil4fah, umat akan terus menderita, seperti di P4lestina, Suriah, Sudan. Kita butuh Khil4fah sebagai pemimpin agar penderitaan umat Islam dihapuskan dan persatuan umat bisa diwujudkan. Amiin Allahumma Amiin. Wallahualam bissawab.