Krisis Akhlak Remaja Di Era Globalisasi
OpiniJika kualitas sebuah negara dilihat dari kualitas sumber daya manusianya
maka yang berperan besar untuk mengarahkan dan membimbing suatu bangsa adalah para pengajar atau guru
_____________________________
Penulis Dewi Kania
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Berawal dari insiden penamparan oleh kepala sekolah (Dini Fitri) yang memergoki anak didiknya (Indra) merokok di belakang sekolah. Indra mendapat teguran dan peringatan. Mirisnya, kejadian tersebut justru memicu 630 siswa di SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten melakukan aksi mogok sekolah sebagai bentuk protes siswa terhadap pihak sekolah.
Menurut Lukman Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Propinsi Banten, Selasa (14-10) mengatakan hal ini karena para siswa merasa dibohongi kepala sekolah serta menegur Indra dengan teguran yang keras disertai kontak fisik. Dilansir detiknews.com, Kamis (16-10-2025)
Sementara itu, merasa tidak terima anaknya ditegur dan di tampar. Orang tua Indra melaporkan Dini ke polisi. Untuk sementara, status Dini Fitri sebagai kepala sekolah dinonaktifkan. Namun, tak lama berselang, Kamis (16-10-2025) orang tua murid mencabut laporan polisi terhadap kepala sekolah (Dini). Hal ini untuk mencegah masalah ini terus meluas.
Dengan turun tangannya Andra Soni sebagai Gubernur Banten diharapkan permasalahan akan selesai secepatnya. Ia mempertemukan Kepsek Dini Fitri dengan Indra, beserta wali kelasnya di ruang kerjanya di Kawasan Pusat Pemerintah Provinsi Banten (KP3B), Kota Serang, Rabu (15-10)
Pertemuan itu berbuah hasil. Indra dan Kepsek saling menyampaikan permintaan maaf terkait kejadian tersebut. Akhirnya, pada Kamis (16-10) dengan dihadiri oleh Sekda Provinsi Banten Deden Apriandi Hartawan masalah berujung damai. Kedua belah pihak saling memaafkan dan melakukan mediasi, baik Kepsek SMAN 1 Cimarga begitu pula dengan Indra serta ibunya Try Indah Alesti sepakat untuk berdamai.
Remaja Sudah Terbiasa Merokok
Miris, setelah insiden di Banten, kenakalan remaja kembali terjadi. Viral di sosial media tepatnya seorang siswa SMA di Makassar yang berisial AS, tanpa ada rasa malu merokok dan duduk sembari mengangkat kaki di samping gurunya. Ambo. Sungguh pemandangan yang sangat menyesakkan dada atas apa yang terjadi saat ini. Problematika ini harus secepatnya dituntaskan dengan cara yang tepat supaya tidak terjadi kembali.
Anak-anak ketika menginjak usia remaja semestinya tidak coba-coba untuk merokok. Karena hal tersebut dapat mengakibatkan kecanduan dan penyakit. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan kemungkinan sembilan kali lebih besar sekitar 15 juta anak remaja berusia 13-15 tahun baik laki-laki maupun perempuan menggunakan rokok elektronik atau vape dibandingkan orang dewasa.
Anak-anak remaja saat ini, khususnya laki-laki sudah menjadi hal yang wajar ketika menuju sekolah sambil merokok. Tercatat 15 juta anak usia 13-15 sudah merokok. Padahal kita tahu bahaya dari merokok aktif atau perokok pasif, tetapi mereka seakan tidak berpikir jauh ke sana.
Bahkan, untuk kelihatan tambah keren sebagian remaja sudah merokok dengan menggunakan vape. Padahal dari segi bahaya sama dengan rokok biasa. Aturan sekolah hanya sebagai wacana atau sekadar pelengkap dari berbagai aturan yang berlaku.
Remaja Muslim Harus Menghormati Guru
Itulah fakta yang terjadi saat ini, dunia remaja sedang tidak baik-baik saja baik dari pergaulan maupun sikap moralnya. Anak adalah titipan yang Allah berikan untuk kita didik dan kita sayangi. Dari semenjak dalam kandungan hingga lahir dan tumbuh menjadi anak baik juga sehat, itu adalah harapan orang tua.
Mendidik anak agar menjadi seseorang yang memiliki pribadi dan tingkah laku yang baik adalah tanggung jawab dari orang tuanya. Ketika anak mulai beranjak remaja semakin besar juga tanggung jawab dan pengawasan terhadap perilaku, pergaulan baik di rumah maupun di sekolah.
Sudah menjadi kewajiban orang tua dalam mendidik anak terutama akhlak dan moralnya. Jika saja anak remaja saat ini kedisiplinan dan adabnya terus diterapkan ketika di luar rumah tepatnya di sekolah, tentu akan lain ceritanya. Guru yang hanya beberapa jam mendidik anak harus ikut bertanggung jawab atas kenakalan yang dilakukannya. Namun, guru tidak bisa berbuat apa-apa karena dikekang oleh HAM.
Tidak mudah untuk melarang anak bahkan memberikan hukuman ketika melanggar aturan sekolah. Di sisi lain, orang tua berharap ketika anak masuk ke sekolah pilihannya anak-anak akan menjadi pintar dan mendapat nilai yang tinggi untuk bisa masuk ke jenjang berikutnya. Tanpa memikirkan anak tersebut apakah akhlaknya, ibadahnya sudah sesuai harapan, yang penting orang tua sudah menyekolahkannya.
Zaman telah berubah lebih cepat, kita diajarkan berpikir lebih maju dan beradaptasi. Di mana dulu anak diajar diam, tunduk, dan patuh. Sekarang di era globalisasi di mana anak bebas untuk berbicara dan berekspresi. Gaya pengasuhan yang otoriter dan keras justru memperburuk kemampuan dan empati anak di zaman modern ini sebab cara berpikir digital yang tumbuh dalam kebebasan berekspresi.
Apakah mereka susah diatur atau hanya tak lagi cocok dengan cara berpikir orang tua dulu? Upaya dengan cara pendekatan dan tabayun sangat dianjurkan untuk menghindari tindak kekerasan apalagi di lingkungan sekolah. Anak yang telah melakukan kesalahan atau melanggar aturan sekolah seharusnya kita mengetahui latar belakang mengapa sampai melakukan perbuatan tersebut.
Karena cara mendidik anak sesuai usianya ada kalanya saat usia 1 sampai 5 tahun perlakukan seperti raja, usia 7 sampai 15 perlakuan seperti tawanan, dan perlakuan anak usia 17 tahun bagikan teman atau sahabat.
Islam begitu menghormati seorang pendidik. Bahkan memberikan penghargaan dan posisi tinggi. Bisa dikatakan bahwa kedudukan guru berada di bawah para Nabi dan Rasul. Mengapa dikatakan demikian? Karena guru selalu terikat dengan ilmu pengetahuan. Dialah yang mentransfer ilmu dan umat Islam sangat memuliakan pengetahuan. Dengan demikian, otomatis derajat seorang pendidik itu begitu luhur.
Jika kualitas sebuah negara dilihat dari kualitas sumber daya manusianya, maka yang berperan besar untuk mengarahkan dan membimbing suatu bangsa adalah para pengajar atau guru. Saking mulianya kedudukan guru dalam Islam, hadis yang menjelaskan tentang keutamaan seorang pendidik.
"Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)
Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


