Tawuran: Luka Sosial di Tengah Generasi Emas
OpiniTawuran remaja bukan semata masalah individu,
tetapi cermin lemahnya pendidikan moral, perhatian keluarga, serta kontrol sosial masyarakat
_________________________
Penulis Azaera A.
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Video tawuran antarkelompok remaja di Jalan Korin, Bogor, Jawa Barat, viral di media sosial. Dalam video tersebut, segerombolan remaja tampak membawa senjata tajam (sajam) dan menembakkan petasan ke arah lawannya.
Dalam rekaman yang beredar pada Sabtu (25-10-2025), para remaja itu terlihat mengacungkan sejumlah celurit. Kejadian tersebut diduga berlangsung sekitar pukul 02.20 WIB dini hari. (Detiknews.com, 25-10-2025)
Maraknya Tawuran
Tawuran di kalangan remaja nyatanya tidak hanya terjadi kali ini. Melainkan sudah sering, bahkan sampai ada istilah warisan, musuh bebuyutan, dan lainnya. Pelakunya meliputi anak-anak sekolah hingga kelompok remaja yang tidak bertanggung jawab. Aksi ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, melainkan sudah beralih ke pinggiran-pinggiran kota, hingga pedesaan.
Meskipun aksi tawuran ini sudah biasa terjadi, tetapi aksi tersebut tetap tidak boleh dinormalisasi. Apalagi diberi ruang sebagai objek eksistensi diri. Apa yang dilakukan para remaja ini jelas-jelas merupakan hal yang bejat dan kejam. Bukan hanya membahayakan, bahkan sampai mengancam nyawa.
Lihatlah bagaimana mereka menggunakan berbagai jenis senjata tajam untuk melindungi diri. Alih-alih melindungi, senjata-senjata ini justru menjadi alat untuk menyakiti. Bayangkan saja, jika setiap anak membawa senjata tajam, mereka acung-acungkan lalu dilempar ke arah musuh. Sungguh sangat berbahaya dan mengerikan, nyawa manusia seakan tidak berharga dalam kondisi tersebut.
Penyebab Aksi Tawuran
Terlepas dari kekejaman dan kengerian yang terjadi, kita harus memperhatikan juga faktor-faktor penyebab yang mendorong para remaja melakukan hal tersebut untuk mencari solusi dari permasalahan yang terjadi. Salah satu penyebab utamanya adalah krisis moral dan lemahnya pengendalian emosi sehingga remaja mudah terpancing untuk berbuat kekerasan.
Selain itu, lingkungan pergaulan juga berpengaruh besar, terutama tekanan dari teman sebaya dan budaya solidaritas kelompok yang salah arah. Kurangnya perhatian serta bimbingan dari keluarga juga membuat remaja mencari jati diri di luar rumah tanpa arahan yang tepat. Ditambah lagi dengan lemahnya pembinaan karakter di sekolah dan pengaruh negatif media sosial turut memperparah keadaan.
Akar Masalah Tawuran
Tawuran remaja bukan semata masalah individu, tetapi cermin lemahnya pendidikan moral, perhatian keluarga, serta kontrol sosial masyarakat. Semua hal tersebut memiliki akar masalah yang sama, yakni budaya pergaulan yang menjurus ke arah liberal sekuler. Budaya yang senantiasa dipelihara dalam kapitalisme saat ini.
Budaya liberal atau kebebasan yang dicanangkan dalam kapitalisme, membuat masyarakat dalam hal ini para remaja menganggap bahwa negara akan selalu menjamin kebebasan individu untuk mengekspresikan keinginan dalam diri mereka. Termasuk ekspresi atas emosi dan kemarahan pada para lawan mereka.
Selain itu, prinsip sekuler memperparah kondisi yang ada. Sekuler atau pemisahan kehidupan dengan agama, membuat masyarakat, dalam hal ini remaja, merasa bebas melakukan apa pun tanpa adanya filter. Filter yang dimaksud berupa agama yang senantiasa mengatur batasan dalam setiap aktivitas hamba-Nya.
Kedua prinsip di atas jelas adalah bencana bagi umat sebab istilah kebebasan yang dimaksud bersifat umum, tidak memiliki nilai apa pun. Jika digunakan sebagai prinsip hidup akan menciptakan kebebasan yang kebablasan. Bukan kedamaian, justru kerusakan yang terjadi. Apalagi ketika ditambah dengan menihilkan agama sebagai pedoman hidup yang harusnya bisa diterapkan dalam kehidupan.
Tawuran dalam Kacamata Islam
Dalam pandangan Islam, tawuran terjadi karena lemahnya iman dan kurangnya penerapan nilai syariat dalam kehidupan. Solusinya bukan sekadar hukuman, tetapi pembinaan akhlak dan kepribadian Islam sejak dini. Pendidikan harus menanamkan ketakwaan, adab, serta tanggung jawab sosial agar remaja terbiasa menyelesaikan masalah dengan cara yang baik, bukan dengan kekerasan.
Remaja dalam Islam adalah sosok yang sangat diharapkan membawa perubahan ke tengah-tengah umat. Sebagaimana kisah para sahabat muda Rasulullah saw. ketika mereka berjuang untuk memahamkan umat tentang Islam. Semangat yang senantiasa berkobar akan membuat setiap musuh gentar.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda yang artinya: "Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah (kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran)." (HR. Ahmad)
Melihat hadis di atas, para pemuda atau remaja memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh kelompok masyarakat lainnya. Darinya kebangkitan umat akan terlaksana, yakni dengan diterapkannya syariat Islam dalam kehidupan. Adapun penerapan ini hanya bisa terlaksana dengan dibentuknya sistem pemerintahan Islam yang bernama Daulah Islamiah.
Daulah Islamiah inilah yang menyediakan landasan kuat untuk mencegah tawuran, yakni dengan mengatur pendidikan, keluarga, dan masyarakat berdasarkan hukum Allah. Negara akan mendorong kegiatan positif bagi remaja, menegakkan amar makruf nahi mungkar, memberikan sistem pendidikan terbaik serta menegakkan hukum yang adil bagi para pelaku kekerasan.
Sungguh dengan penerapan syariat secara menyeluruh, niscaya akan lahir generasi yang beriman, berakhlak, dan jauh dari perilaku tawuran. Penuh dengan semangat pembaharuan, berdakwah dan berkarya untuk kemanfaatan serta kebangkitan umat . Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


