Gen Z Saatnya Menolak Solusi Semu untuk P4lestina
OpiniGenerasi muda hari ini patut diapresiasi atas kepekaan mereka terhadap penderitaan rakyat P4lestina
Namun, empati saja tidak cukup
______________________
Penulis Perawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Flotilla Diblokade, Dunia Tersentak
Kabar penculikan kapal bantuan kemanusiaan Global Sumud Flotilla oleh Isra*l kembali mengguncang nurani dunia. Kapal-kapal tersebut membawa makanan, obat-obatan, dan harapan bagi rakyat G4za yang terus dihantam agresi brutal tanpa henti. Namun, alih-alih diberi ruang untuk menyalurkan bantuan, mereka justru dihadang dan disita oleh rezim penjajah. (Instagram @sjpbdg, Kompas Global, 4 Oktober 2025)
Respons global pun meledak. Dari London, Paris, Roma, hingga Maroko, massa turun ke jalan mengecam kebiadaban Isra*l. Aksi protes muncul di berbagai negara, termasuk dari kalangan Gen Z yang semakin lantang menyuarakan pembelaan terhadap P4lestina. Di Bandung, komunitas mahasiswa dan aktivis turun tangan menyerukan solidaritas melalui agenda Sumud Flotilla.
Namun, di balik semua gelombang simpati itu, ada satu hal penting yang harus diingat: Gen Z tak boleh terjebak dalam solusi palsu bernama two-state solution.
Apresiasi Kepedulian, tetapi Jangan Tertipu Solusi Ilusi
Generasi muda hari ini patut diapresiasi atas kepekaan mereka terhadap penderitaan rakyat P4lestina. Namun, empati saja tidak cukup. Ketika solidaritas tidak disertai dengan pemahaman yang jernih tentang arah perjuangan, energi besar itu rawan diselewengkan.
Solusi dua negara yang kerap digadang-gadang sebagai “jalan damai” justru adalah bentuk paling berbahaya dari kompromi. Ia memisahkan wilayah yang menjadi hak umat Islam, dan justru mengakui keberadaan penjajah Zion*s sebagai entitas sah di tanah P4lestina. Bahkan, two-state solution telah menjadi proyek besar Barat untuk mengubur harapan pembebasan total P4lestina.
Pencegatan flotilla hanyalah satu dari sekian banyak bukti bahwa Isra*l tak pernah berniat damai. Mereka hanya memahami satu bahasa: kekuatan. Selama umat Islam dibius dengan negosiasi, deklarasi, dan diplomasi, darah rakyat P4lestina akan terus mengalir.
Di Balik Damai, Ada Perang Ideologi
Konflik P4lestina tidak cukup dibaca sebagai isu kemanusiaan. Ia adalah bagian dari benturan peradaban. Zion*sme berdiri atas ideologi penjajahan dan kekuasaan absolut, sementara Islam berdiri di atas keadilan dan kemuliaan hidup manusia. Dua ideologi ini tidak mungkin berdamai di tengah penindasan.
Narasi “hidup berdampingan secara damai” hanya mimpi yang digunakan untuk membungkam perlawanan. Bagaimana bisa berdampingan dengan entitas yang terus menodai Masjidil Aqsha, membangun pemukiman ilegal, dan menembak anak-anak di jalanan?
Solusi dua negara tidak menyelesaikan apa-apa. Ia hanya mempermanenkan penjajahan dan mematikan perjuangan. Ia membuat dunia merasa telah melakukan sesuatu, padahal hanya menyumbangkan legitimasi kepada penjajah.
Jihad dan Khil4fah
Islam tidak memberikan ruang kompromi dalam urusan penjajahan. P4lestina adalah bagian dari tanah kaum muslim yang wajib dibebaskan. Satu-satunya jalan hakiki untuk pembebasan adalah jihad fi sabilillah, bukan perundingan kosong, Khil4fah Islamiah sebagai institusi politik yang akan menyatukan kekuatan umat dan memobilisasi pembebasan.
Allah Swt. berfirman: “Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah dan agama hanya milik Allah semata.” (QS. Al-Baqarah: 193)
Tanpa sistem kepemimpinan Islam, umat akan terus tercerai-berai. Tak satu pun negeri muslim saat ini yang bisa mengirim pasukan ke G4za karena terbelenggu perjanjian, batas negara, dan tekanan global. Khil4fah bukan sekadar utopia, melainkan kebutuhan strategis dan syar’i.
Jangan Terkecoh Narasi Perdamaian
Gen Z adalah generasi yang cerdas dan cepat tanggap. Namun, kecerdasan itu harus dibarengi dengan keteguhan sikap. Banyak narasi “damai” disusupkan ke dalam benak generasi muda, tetapi ternyata menyesatkan. Kata-kata seperti moderasi, toleransi, dan dua negara telah digunakan untuk membingkai Islam agar jinak, tidak ideologis, dan tak lagi menantang sistem global yang zalim.
Saatnya Gen Z Melek Politik Global
P4lestina tidak bisa dibebaskan dengan kata-kata manis dan doa semata. Ia membutuhkan gerakan dakwah yang ideologis, terarah, dan berani mengusung perubahan sistemik. Lalu, apa yang bisa diakukan Gen Z?
Pertama, melek ideologi, pelajari peta konflik secara utuh, bukan dari narasi media arus utama. Kedua, tolak solusi palsu, suarakan penolakan terhadap two-state solution. Ketiga, dukung dakwah politik Islam. Jadilah bagian dari generasi yang mengembalikan Islam sebagai sistem kehidupan, bukan sekadar ibadah personal.
Saatnya Menjadi Generasi Pembebas
Kita tidak sedang bicara soal sejarah masa lalu. Ini tentang hari ini. Tentang rumah sakit yang dibom, bayi yang mati kelaparan, dan ibu yang kehilangan anaknya di bawah reruntuhan. Gen Z tak boleh jadi generasi yang hanya bersimpati dari layar. Kita harus jadi generasi yang mengerti akar masalah dan berani bersikap.
P4lestina tidak butuh belas kasihan, ia butuh pembebasan. Itu terjadi jika umat Islam bersatu di bawah satu kepemimpinan. Bukan dua negara, tetapi satu panji, yaitu Islam. Wallahualam bissawab.[Dara/MKC]


