G4za Butuh Pembebasan Hakiki, Bukan Solusi Dua Negara
OpiniWarga G4za tak membutuhkan solusi dua negara
yang mereka butuhkan hanyalah pembebasan hakiki
___________________________
Penulis Ummu Raffi
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dua tahun sudah, genosida di G4za oleh penjajah Zion*s sejak 7 Oktober 2023 hingga sekarang. Situasinya kini sangat memprihatinkan, berada di titik nadir. Serangan demi serangan diluncurkan penjajah, untuk menghancurkan warga G4za yang semakin brutal.
Berbagai upaya dilakukan Zion*s, untuk melumpuhkan warga G4za dengan mematikan total akses internet pada Kamis 18 September 2025. Hingga meluluhlantakan infrastruktur penting. Terlebih pemutusan internet tersebut, bertepatan dengan masuknya tank-tank Zion*s ke pusat kota G4za. Hal ini memperkuat dugaan, bahwa target ke jaringan telekomunikasi berbarengan dengan manuver darat. (Tribunnews.com, 19-09-2025)
Kondisi jalur G4za kini makin mencekam. Genosida dilancarkan Zion*s tanpa henti untuk membombardir warga G4za. Tak cukup dengan menutup jalur darat, Zion*s pun memutus akses internet agar rakyat G4za tak terhubung dengan dunia luar sehingga tidak dapat mengabarkan kondisi terkini mereka yang mengenaskan pada dunia.
Serangan brutal ternyata belum puas bagi penjajah untuk menyerang G4za. Ditambah dengan pemutusan akses koordinasi kedaruratan bantuan, hingga dibungkamnya media demi melumpuhkan aktivitas warga G4za. Sungguh, ini bukanlah sekedar problem kemanusiaan melainkan masalah penjajahan, perampasan terhadap wilayah P4lestina.
Kini, rakyat G4za berjalan tak tahu arah tujuan. Mereka harus kemana? Yang bisa menyelamatkan diri dan keluarganya dari serangan musuh. Sementara, para penguasa dunia hanya bungkam sebatas retorika, bahkan tetap bergandengan tangan dengan Zion*s demi meraup keuntungan semata.
Tak ada satu pun negeri muslim yang berdiri membela G4za. Mereka memilih tunduk bersekutu pada narasi Amerika Serikat, hingga menyetujui solusi dua negara. Bahkan, para pemimpin negeri muslim pun termasuk Indonesia, ikut mendukung solusi tersebut.
Sekat-sekat nasionalisme telah merobohkan akidah Islam. Seolah-olah hati mereka buta dan tuli, sehingga tidak peduli atas penderitaan saudara seakidahnya. Alhasil, G4za hanya berjuang sendiri melawan kebiadaban penjajah.
Solusi dua negara merupakan keputusasaan Amerika Serikat atas keteguhan warga G4za dan para mujahidin yang tidak mau tunduk. Amerika menganggap, solusi ini efektif untuk mengakhiri genosida yang terjadi. Tercatat sudah 156 negara yang mengakui P4lestina menjadi sebuah negara.
Tindakan tersebut bukanlah sebuah solusi, melainkan muncul sebagai pengakuan atas pencaplokan tanah 70 hingga 80 persen wilayah muslim P4lestina oleh entitas Yahudi. Dengan mengakui negara P4lestina dalam batas yang tersisa, sama saja melegitimasi penjajah, serta mengubur hak-hak warga G4za atas perampasan tanah mereka.
Warga G4za tak membutuhkan solusi dua negara. Yang mereka butuhkan hanyalah pembebasan hakiki. Solusi dua negara mustahil akan menciptakan kemerdekaan yang sebenarnya. Solusi tersebut hanya sebagai tameng untuk memuluskan penguasaan, dan eksploitasi lahan Palestina. Hingga, dapat melanggengkan sistem kapitalisme di Timur Tengah yang menjadi kawasan kaum muslim.
Dengan begitu, Amerika Serikat tetap menjadi negara adidaya yang tak tertandingi. Kapitalisme yang menjadikan para pemimpin negeri muslim diam tak bergeming atas kekejaman Zion*s. Di satu sisi, P4lestina menjadi satu-satunya negara yang tetap menolak segala bentuk jebakan Amerika Serikat.
Dengan menawarkan solusi dua negara membuktikan ketidakberdayaan penjajah merampas tanah P4lestina dari H4mas, meskipun beragam cara telah mereka lakukan. Di sisi lain, Amerika Serikat dan sekutunya yang menjunjung tinggi ide-ide hak asasi manusia, keadilan, kebebasan dan kemerdekaan.
Untuk itu, sudah seyogyanya kita sebagai umat muslim berjuang membebaskan P4lestina dari segala penderitaan. Problem P4lestina seharusnya diselesaikan di tangan kaum muslim sendiri. Bukan diserahkan pada lembaga-lembaga dunia seperti, PBB melalui two state solution.
Membela P4lestina merupakan kewajiban umat Islam di seluruh dunia. Pertama, P4lestina merupakan kiblat pertama bagi kaum muslim. Kedua, P4lestina adalah tanah milik umat Islam (tanah wakaf atau kharajiyah) yang telah dirampas oleh Zion*s atas dukungan Inggris dan PBB. Ketiga, problem P4lestina menjadi bukti ketidakberdayaan kaum muslim keluar dari berbagai persoalan hidup.
Hal ini dikarenakan, tidak adanya institusi negara yang menerapkan syariat Islam secara kafah. Keempat, penduduk P4lestina adalah saudara kita.
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa, "Sesama muslim bagaikan satu tubuh, jika ada anggota tubuh yang sakit, maka bagian tubuh lain akan merasakannya." (HR. Bukhari Muslim)
Allah Swt. berfirman yang artinya: "Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka wajib atas kamu memberikan pertolongan." (QS. Al Anfal: 72)
Bahwasanya, sesama muslim harus saling menjaga, apabila saudara muslim lainnya mengalami penganiayaan dan penderitaan. Membelanya, merupakan sebuah kewajiban yang harus diupayakan oleh seluruh kaum muslim, tak terkecuali saudara di P4lestina.
Genosida yang bertubi-tubi dan solusi yang dihadirkan para pemimpin dunia saat ini, tak ada satu pun yang berhasil membebaskan penderitaan di G4za sebab solusi-solusi yang mereka sodorkan hanyalah ilusi semata tanpa menyentuh akar permasalahannya.
Dengan demikian, jika di setiap negeri muslim bersatu mengirimkan bantuan militer ke G4za, tentu peperangan di P4lestina dan konflik-konflik kaum muslim di belahan dunia akan terhenti dalam sekejap sebab selain dengan mengirimkan bantuan makanan, obat-obatan, dan lainnya. Paling utama dibutuhkan adalah bantuan militer untuk mengusir dan menghancurkan penjajah.
Tentu hal tersebut dapat terealisasi, jika adanya institusi negara yang menaungi dan mengomando seluruh pasukan kaum muslim untuk jihad fisabilillah. Oleh karena itu, dengan bersatunya negari muslim di seluruh dunia. Kaum muslim menjadi kuat, mampu mempertahankan kehormatan umat.
Alhasil, diskriminasi, kekejaman, bahkan genosida akan teratasi dengan tuntas. Didasari keimanan dan ketakwaan, seorang pemimpin akan senantiasa menegakkan hukum syariat secara total. Dengan begitu, tidak akan didapati para pemimpin negeri muslim yang diam membisu tatkala melihat saudara muslim lainnya teraniaya.
Mereka akan langsung tergerak untuk mengerahkan pasukan. Alhasil, keamanan, kedamaian akan dirasakan seluruh umat, sehingga kemaslahatan pun dapat terwujud. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


