Bangunan Pesantren Ambruk Bukti Pendidikan Terabaikan
OpiniPeristiwa ini membuka mata dan pikiran kita bahwa negara yang menerapkan ideologi kapitalisme
tidak sepenuhnya hadir untuk mengurusi urusan rakyatnya, terkhusus dalam bidang pendidikan
___________
Penulis Tinah Asri
Kontributor Media Kuntum Cahaya, Aktivis Dakwah, dan Pegiat Literasi
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Duka mendalam dialami oleh keluarga korban ambruknya musala Pondok Pesantren Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Bagaimana tidak, niat hati mengirim putra-putri mereka ke pondok pesantren untuk belajar ilmu agama, tetapi siapa sangka naas justru menerpa. Puluhan santri tewas tertimpa bangunan musala ketika sedang melaksanakan salat asar.
Dikutip dari CNN Indonesia (07-10-2025), hingga akhir pencarian, pada hari Selasa 07-10-2025 tercatat korban sebanyak 171 orang dengan rincian, 104 selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk body part atau potongan tubuh yang ditemukan.
Fauzi (48), salah satu orang tua dari santri yang menjadi korban menuntut agar tanggung jawab hukum tidak berhenti begitu saja. Pihak kepolisian harus mengusut tuntas siapa yang bertanggung jawab atas musibah tersebut. Meskipun dia yakin bahwa musibah adalah bagian dari takdir, tetapi kelalaian dari pimpinan pondok pesantren dan pengurus tetap harus ada konsekuensi hukumnya, agar kejadian yang sama tidak terulang.
Sementara itu, Pakar Teknik Sipil Struktur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Mudji Irmawan mengatakan ambruknya bangunan Ponpes Al-Khoziny dikarenakan tidak stabilnya bangunan. Awalnya, bangunan direncanakan untuk satu lantai, tetapi kemudian dibangun menjadi tiga lantai. Beban yang terus bertambah menyebabkan fondasi bangunan tidak kuat menopangnya.
Sistem Pendidikan yang Diabaikan
Robohnya bangunan musala putra Ponpes Al-Khoziny tersebut tentu meninggalkan keprihatinan semua pihak. Tidak hanya keluarga korban yang merasa sedih karena kehilangan putra-putrinya. Kerabat, keluarga, dan semua masyarakat negeri ini ikut berbela sungkawa. Apalagi, jika benar bahwa ambruknya bangunan tersebut karena ketidaklayakkan bangunan. Pasalnya, proses pendirian bangunan tidak melibatkan ahli teknik sipil, asal-asalan, tanpa perhitungan matang, dan tidak memenuhi standar keamanan pendirian sarana pendidikan. Hal ini membuktikan pengelola pondok kurang memperhatikan keamanan dan keselamatan para santri.
Peristiwa ini membuka mata dan pikiran kita bahwa negara yang menerapkan ideologi kapitalisme tidak sepenuhnya hadir untuk mengurusi urusan rakyatnya, terkhusus dalam bidang pendidikan. Dalam negara yang menerapkan ideologi kapitalisme pendidikan hanya berfokus pada nilai akademik semata. Sedangkan nilai-nilai agama dikesampingkan jauh ke belakang.
Padahal, generasi yang unggul, berkarakter, berintegritas, dan berakhlak mulia, akan terwujud jika nilai-nilai agama diterapkan. Pelaksanaan nilai agama ini sebagai wujud keimanan kepada Allah Swt. sang Pemilik Kehidupan. Maka tak heran jika ada sebagian orang tua yang menginginkan anak-anak belajar ilmu agama, memilih mengirimkan mereka untuk mondok ke pesantren.
Negara kapitalisme telah memberikan kebebasan yang tinggi kepada pihak swasta baik individu maupun lembaga untuk ikut berperan dalam sektor pendidikan. Artinya, negara membolehkan siapa saja yang mampu dan punya modal untuk mendirikan sekolah, pesantren, tempat kursus, bimbingan belajar, dan lainnya. Pada akhirnya, pendidikan bukan lagi bertujuan untuk mencerdaskan generasi bangsa tapi justru menjadikan sektor pendidikan sebagai lahan bisnis untuk mencari keuntungan. Akibatnya, kurikulum pendidikan pun disesuaikan dengan pesanan pemilik modal.
Pendidikan dalam Pandangan Islam
Sementara itu, pandangan Islam dalam hal pendidikan berbeda dengan kapitalisme. Dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia. Pendidikan berperan penting dalam membentuk kualitas generasi bangsa serta menentukan maju dan mundurnya peradaban. Oleh karena itu, negara yang menerapkan ideologi Islam secara kafah akan bertanggung jawab penuh dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan.
Negara Khilafah akan mendirikan sekolah-sekolah, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi di seluruh pelosok negeri. Baik di perkotaan maupun pedesaan. Negara juga akan menyediakan fasilitas-fasilitas yang akan menunjang keberhasilan pendidikan lainnya, seperti guru, pengajar, karyawan sekolah, buku-buku, bangunan perpustakaan, laboratorium, dan lainnya.
Negara akan mengalokasikan dana pendidikan yang diambil dari Baitulmal. Sementara itu, sumber pemasukan Baitulmal untuk pendidikan berasal dari hasil tambang baik darat maupun laut, serta sarana-sarana publik yang terkategorikan ke dalam kekayaan umum milik kaum muslim.
Pendidikan dalam negara Khil4fah dibangun berlandaskan akidah Islam. Bertujuan untuk membentuk generasi berkepribadian Islam, berintegrasi tinggi, menguasai ilmu sains, dan teknologi. Pendidikan dalam negara Islam juga menanamkan nilai-nilai keimanan yang kuat ke dalam jiwa anak-anak peserta didik, membentuk kesadaran bahwa di balik alam semesta ada Allah Swt. sebagai Sang Pencipta sekaligus sebagai Sang Pengatur.
Allah Swt. mewajibkan bagi seluruh manusia untuk tunduk, terikat dengan perintah dan larangan-Nya.
"Sesungguhnya yang merupakan ucapan orang-orang yang beriman, apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar ia memutuskan perkara di antara mereka hanyalah: "Kami mendengar dan kami taat." Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS An-Nur: 51)
Sejarah telah mencatat bagaimana negara Khil4fah telah menghasilkan generasi yang hebat. Salah satunya adalah Abur-Raihan Muhammad bin Ahmad al-Biruni. Biruni dikenal sebagai seorang tokoh penting dalam ilmu sains dan matematika, ahli astronomi, fisika, kedokteran, geografi, sejarah, dan sejarah agama. Bahkan, karya-karya Biruni menjadi inspirasi bagi para ilmuwan setelahnya seperti Newton, Torricelli, Copernicus, dan Galileo.
Faktanya, berharap pendidikan saat ini bisa mencetak generasi yang unggul, berkarakter serta bertakwa kepada Allah Swt. bagaikan punuk merindukan bulan. Selama kapitalisme masih diterapkan atas negeri ini pendidikan yang baik, berkualitas tinggi tak pernah akan terwujud kecuali ganti sistem yang rusak ini dengan sistem yang lebih baik yang berasal dari Allah Swt., yakni sistem Khil4fah Islamiah. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]


