Alt Title

Potret Pelajar dalam Bingkai Kapitalisme

Potret Pelajar dalam Bingkai Kapitalisme



Potret pelajar hari ini sebagai agent of change atau agen perubahan

kondisinya jauh panggang dari api 

_________


Penulis Nurhy Niha

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI-Darah muda darahnya para remaja
Selalu merasa gagah tak pernah mau mengalah
Masa muda masa yang berapi-api
Maunya menang sendiri  walau salah tak perduli 
Darah muda...


Sebuah lirik lagu dari raja dangdut Rhoma Irama, sangat relevan untuk menggambarkan dunia remaja yang penuh dengan petualangan. Segala hal ingin dilakukan untuk memuaskan rasa penasaran mereka. Bertindak semaunya, bahkan mengarah pada kenakalan remaja.


Lima remaja yang terlibat aksi pembegalan terhadap seorang sopir truk ekspedisi di lampu merah Jalan Gedong Panjang, Penjaringan, Jakarta Utara, baru saja ditangkap oleh Unit Reskrim Polsek Metro Penjaringan. Diketahui bahwa lima pelaku yang masih berstatus pelajar aktif ini awalnya berencana melakukan tawuran, tetapi rencana tersebut diubah menjadi aksi pembegalan ketika sebuah truk yang melintas terlihat di jalan yang sepi.(Beritasatu.com, 08-08-2025)


Miris, potret pelajar hari ini sebagai agent of change atau agen perubahan, kondisinya jauh panggang dari api. Mereka disibukkan dengan berbagai kegiatan unfaedah. Nongkrong berjam-jam di kafe, main game online sampai pagi, mengonsumsi narkoba, bullying, aksi pembegalan, bahkan tawuran di jalan menjadi potret rutinitas remaja saat ini.


Generasi Lahir dari Sistem Sekuler 


Potret buram kehidupan generasi sejatinya sudah disadari oleh negara. Sebagaimana hasil temuan Kementerian Pemberdayaan Perempuam dan Perlindungan Anak menyatakan, hingga April 2025 terdapat 6.524 kasus kekerasan anak. Upaya pun sudah dilakukan. Salah satunya dengan perubahan kurikulum. Namun, belum menimbulkan dampak yang signifikan dirasakan dalam perubahan kurikulum hanya memberatkan pelajar dan pengajar saja.


Sistem kapitalis telah menempatkan pelajar sebagai sumber keuntungan sehingga sekolah yang bekualitas harus dibayar dengan harga yang mahal. Kapitalisme juga menjadi mesin yang menjadikan orang tua disibukan dalam pekerjaan untuk mendapatkan uang. Mereka tidak memiliki waktu dalam membersamai anak di rumah. Tak ayal pelarian dari anak haus perhatian, pada akhirnya melakukan berbagai kenakalan remaja.


Di sisi lain sistem pendidikan sekuler kapitalis yang menganut pemisahan agama dan kehidupan memberikan porsi pelajaran agama makin sedikit. Para pelajar makin jauh dari nilai-nilai moral dan agama. Lingkungan sosial yang tidak mendukung membuat pelajar asing dengan kepribadian Islam, mereka tumbuh menjadi generasi yang lemah dalam pengendalian diri, hidup dalam kecemasan dan tidak tahu tujuan mereka diciptakan.


Era globalisasi dan digitalisasi saat ini juga sangat memengaruhi perilaku generasi saat ini. Kemudahan dalam mendapatkan informasi ini menjadikan pelajar overload informasi. Media sosial tanpa kontrol yang jelas dari negara memudahkan tersebarnya berita hoaks dan maraknya konten yang merusak pemikiran generasi muda.


Mereka menerapkan standar media sosial dalam kehidupan nyata seperti pergaulan bebas, kehidupan hedonis, konsumtif, dan matrealislis. Tak jarang banyak generasi muda yang terkena mental illnes dan menjadi korban cyber bullying.  Nilai-nilai sekuler dan kapitalisme telah nyata menjadi salah satu sumber maraknya kenakalan remaja.


Negara Gagal Menjalankan Perannya


Negara gagal menjalankan perannya sebagai kompas generasi muda. Generasi dibiarkan tumbuh tanpa arah yang benar. Para pelajar disibukkan dengan mengejar nilai akademis agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya dengan waktu yang singkat untuk mendapatkan pekerjaan yang diimpikan. Sementara yang lainnya membuang waktu  dengan hal-hal semu yang tidak bermanfaat. 


Generasi merupakan tonggak perubahan bagi bangsa ke depan. Kenyataannya mereka menjadi manusia individualis yang diprogram untuk sibuk dengan urusannya alih-alih menjadi corong penggerak perubahan. Jangankan memikirkan nasib bangsa untuk berkumpul dengan keluarga pun terasa sulit dilakukan.


Pendidikan Islam Melahirkan Generasi Berkualitas 


Peran penting negara meriayah rakyatnya salah satunya adalah menentukan arah pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan berbasis akidah Islam. Pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada penanaman akademis. Penanaman dan pemahaman bahwa Islam mengatur segala aspek kehidupan diajarkan dari usia pra-baligh sampai pendidikan tinggi. Generasi muda tidak hanya berwawasan Islam tapi juga berprilaku islami sehingga terwujud kepribadian Islam. Masyarakat pun akan memahami Islam dan mensuasanakan generasi dalam ketaatan.


Berbagai persoalan generasi membutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi komprehensif, yakni penerapan sistem Islam di bawah institusi negara Khil4fah. Islam akan menjadikan negara sebagai penanggung jawab segala urusan umat, termasuk membentuk kepribadian mulia generasi.


Pendidikan dalam Islam adalah salah satu pelayanan negara untuk rakyatnya sehingga diusahakan untuk gratis atau membayar dengan harga yang murah. Kesejahteraan pengajar  terjamin sehingga mereka fokus untuk mencedaskan generasi muda sesuai dengan kurikulum islami. Negara akan mengontrol media sebagai sarana edukasi dan dakwah semata.


Sistem ekonomi Islam yang diterapkan negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok setiap keluarga sehingga orang tua bisa mempunyai waktu bersama dengan anak-anak tanpa kehabisan waktu mencari nafkah. Lapangan pekerjaan dibuka selebar-lebarnya untuk para laki-laki mencari nafkah. Sementara perempuan mengurus rumah dan mendidik anak di rumah. Semua ini dapat terwujud jika negara menerapkan aturan Islam sebagai satu-satunya sistem kehidupan. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]