One Piece Cermin Ketidakadilan
OpiniBendera bajak laut yang diangkat bukan ajakan memberontak membabi buta
melainkan pesan yang mengetuk kesadaran
_______________________
Penulis Nahmawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan (Pegiat Literasi)
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Di tengah gegap gempita HUT RI ke-80, sebuah fenomena unik sekaligus kontroversial mencuat, seruan mengibarkan bendera bajak laut ala One Piece. Bagi sebagian pihak, aksi ini dinilai sebagai provokasi bahkan ada yang menyebutnya makar.
Namun, jika dibaca dengan jernih, pesan yang tersirat jauh lebih dalam. Gerakan ini bukan sekadar aksi iseng atau perlawanan tanpa arah, melainkan cermin kekecewaan rakyat terhadap ketidakadilan yang terus mencengkeram negeri. Ia menjadi penegasan bahwa kecintaan pada tanah air tak pernah padam, meski hati rakyat dilukai oleh kebijakan yang berpihak pada segelintir elite.
Fenomena ini terasa ironis karena muncul tepat di momen perayaan kemerdekaan. Saat semestinya rakyat bergembira, justru ada gelombang simbolik yang menyiratkan luka kolektif. Bendera bajak laut yang diangkat bukan ajakan memberontak membabi buta, melainkan pesan yang mengetuk kesadaran. Kemerdekaan yang dirayakan setiap tahun belum benar-benar hadir dalam kehidupan nyata.
Melansir laman berita Tempo.co, (01-08-2025), seorang warga Kebayoran, Jakarta Selatan, Riki Hidayat menyebut pengibaran bendera One Piece merupakan simbol protes sekaligus bentuk perlawanan rakyat yang merasa tidak puas terhadap kinerja pemerintah. Menurutnya, tindakan itu bukan berarti ia berhenti mencintai Indonesia. “Ini bukan soal hilangnya rasa nasionalisme,” tegasnya. Ia justru mempertanyakan makna nasionalisme apabila negara tidak berupaya melindungi hak-hak warganya.
Meski sebagian pihak menganggap pemasangan bendera One Piece sebagai ekspresi kreatif generasi muda, fenomena ini juga memunculkan kekhawatiran akan adanya potensi gerakan kontra-pemerintah.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sufmi Dasco Ahmad angkat bicara terkait maraknya aksi tersebut. Ia menilai, penggunaan simbol-simbol seperti itu bisa mengindikasikan adanya gerakan sistematis yang berupaya memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. “Kita juga mendeteksi, dan mendapat masukan dari lembaga-lembaga pengamanan intelijen, memang ada upaya untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Dasco. Kompas.com, (01-08-2025)
Terlepas dari pro-kontra, aksi ini merefleksikan kenyataan pahit. Secara formal, Indonesia telah merdeka selama delapan dekade, tetapi kemerdekaan sejati yang menghadirkan kesejahteraan, keadilan, dan kebebasan dari penindasan belum benar-benar dirasakan rakyat. Kebijakan yang kerap condong pada kepentingan elite justru memperlebar jurang ketimpangan, meninggalkan sebagian besar rakyat dalam ketidakpastian.
Akar Masalah Penerapan Kapitalisme
Akar masalah negeri ini sejatinya terletak pada penerapan kapitalisme. Sistem ini menempatkan keuntungan dan kekuasaan di atas kepentingan rakyat, melahirkan kesenjangan sosial yang tajam. Kebijakan negara kerap disusun untuk memenuhi ambisi segelintir elite. Sementara rakyat terimpit oleh kezaliman struktural. Kondisi ini mirip dunia dalam One Piece, di mana pemerintahan dikuasai kelompok korup yang memelihara penindasan demi melanggengkan kekuasaan.
Selama kapitalisme tetap menjadi landasan sistem, kesenjangan dan penindasan akan terus menjadi realitas. Perubahan sejati hanya mungkin terwujud jika sistem ini diganti dengan tatanan yang menjadikan keadilan dan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama.
Di sinilah umat harus disadarkan bahwa problem mendasar bukan sekadar figur pemimpin atau kebijakan sesaat, melainkan penerapan sistem buatan manusia yang cacat sejak asasnya bukan berasal dari Allah.
Khil4fah Menghapus Kesenjangan
Islam datang bukan hanya sebagai ajaran spiritual, tetapi sebagai sistem hidup yang menyeluruh. Ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial, hingga hukum, yang membimbing manusia menuju tatanan adil dan harmonis. Penerapan Islam secara kafah akan menjadikan umat sebagai khairu ummah (umat terbaik) yang menegakkan kebenaran, menolak penindasan, melindungi yang lemah, dan memastikan kekuasaan digunakan untuk mengurus rakyat, bukan memperkaya segelintir pihak.
Sejarah telah membuktikan, ketika Islam dijalankan sebagai sistem kehidupan, lahirlah peradaban yang menjadi teladan dunia, penuh keadilan, kemajuan, dan kesejahteraan yang dirasakan semua lapisan masyarakat tanpa memandang suku, agama, atau status sosial.
Kesadaran rakyat yang mulai bangkit hari ini harus diarahkan pada perjuangan hakiki, mengubah kapitalisme menuju penerapan sistem Islam di bawah naungan Khil4fah. Perjuangan ini tidak cukup berhenti pada simbol perlawanan, melainkan harus diwujudkan melalui dakwah yang membangun kesadaran ideologis, membentuk kekuatan umat, dan mempersiapkan perubahan sistemik.
Di bawah naungan Khil4fah, syariat Islam akan diterapkan secara kafah, menghapus kesenjangan, mengembalikan amanah kekuasaan kepada rakyat, serta menegakkan keadilan tanpa pandang bulu. Inilah jalan menuju kemerdekaan sejati dan kehidupan yang diridai Allah, kemerdekaan yang tidak hanya terpatri dalam sejarah, tetapi benar-benar dirasakan di setiap sendi kehidupan rakyat. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]