Kelaparan Sistemik di Gaza Umat Teruslah Suarakan Solusi Hakiki
OpiniTsunami kelaparan melanda, bukan dari gagalnya panen atau bencana alam
tetapi kebijakan yang sengaja menjadikan ketiadaan makanan sebagai senjata genosida
_________________________
Penulis Sri Wulandari
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Hingga saat ini, umat muslim G4za masih terus bertarung nyawa. Sudah terlalu lama dunia hanya menyaksikan tragedi kemanusiaan di sana.
Apa yang terjadi di G4za sampai detik ini bukan sekadar pertempuran biasa. Itu adalah genosida, penghancuran yang terencana terhadap suatu kelompok etnis, yaitu warga P4lestina. Jumlah korban makin meningkat dari anak-anak, ibu, bahkan lansia adalah bukti dari kebiadaban yang sedang terjadi dan bukti bisunya umat Islam saat ini.
Dikutip dari cnbcindonesia.com (05-08-2025), sekitar 21 anak meninggal di rumah sakit Al-Shifa, Al-Aqsa Martyrs, hanya dalam waktu 72 jam karena malnutrisi. Artinya, tujuh anak tewas setiap hari karena kurang gizi. Ini adalah bentuk genosida baru yang digunakan zionis untuk menyakiti warga G4za.
Kelaparan sistemis menjadi wajah baru genosida. Saat ini, G4za bukan sekadar zona perang. G4za dijadikan lahan pembantaian manusia secara perlahan dari berbagai arah salah satunya kelaparan. Sejak 2 Maret 2025, G4za diblokade total.
Semua pintu akses menuju P4lestina ditutup tanpa celah. Lebih dari ribuan anak dilaporkan tewas karena kurang gizi. Tsunami kelaparan melanda, bukan dari gagalnya panen atau bencana alam, tetapi kebijakan yang sengaja menjadikan ketiadaan makanan sebagai senjata genosida.
Truk-truk bantuan dari dunia internasional ditahan di perbatasan, lebih dari 1.000 truk bantuan telah dihancurkan Isra*l. Bantuan yang masuk hanya sebatas simbolik, sementara sekitar 2 juta jiwa yang tersisa terjebak tanpa pasokan memadai. Menteri Warisan Isra*l Amichai Eliyahu tanpa rasa empati mengatakan tidak peduli pada bencana kelaparan dan ingin G4za menjadi "seluruhnya Yahudi." Dikutip dari cnbcindonesia.com (05-08-2025)
Zion*s mengatakan bahwa blokade dilakukan karena khawatir jika bantuan kemanusiaan akan dimanfaatkan oleh H4mas. Amerika Serikat mengusulkan sistem disribusi bantuan melalui sebuah lembaga bernama G4za Humanitarian Foundation (GHF). Akan tetapi, hal tersebut adalah rencana Zion*s agar mereka bisa mengontrol distribusi bantuan dengan tujuan politik dan militer yang jauh lebih besar.
Dengan penempatan titik penyaluran bantuan yang mengharuskan warga G4za berpindah dari utara ke selatan di perbatasan Mesir. Militer Zion*s menargetkan warga G4za yang mencoba mendapatkan bantuan dengan menyerang melewati serangan udara.
Dunia Mati Rasa Umat Harus Sadar
Sangat jelas bahwa tindakan kejam Zion*s tidak dapat dihadapi hanya dengan kata-kata, serta bantuan kemanusiaan. Terlebih lagi, keberpihakan dan dukungan dari AS yang dan veto yang diberikan juga menunjukkan kekuatan mereka.
Apalagi ketidakpedulian PBB makin terlihat. Pemimpin negeri-negeri muslim pun lebih mementingkan dan menjaga relasi diplomatik daripada mendengar seruan rakyat dan tangisan anak-anak G4za. Seolah nyawa warga P4lestina hanya statistik, bukan amanah.
Sekat-sekat kebangsaan yang kuat saat ini membelenggu para pemimpin negeri muslim. Membuat mereka tuli, menutup mata, dan tidak peduli dengan penderitaan saudaranya di P4lestina. Alih-alih berupaya untuk mengusir Zion*s, justru bekerja sama dengan negara Yahudi tersebut. Mereka adalah para pengkhianat sejati. Banyak pengamat mengkritik tindakan Zion*s ini. Namun, mereka juga tidak memberikan solusi yang jelas.
Mirisnya lagi, umat Islam telah terpengaruh oleh propaganda dari Barat mengakibatkan mereka mengalami kelemahan dan mengharapkan pada bantuan kemanusiaan. Sebenarnya, ini hanyalah satu ilusi yang ditanamkan oleh pemimpin yang tidak setia, sehingga pasukan umat, termasuk para ulama dan masyarakat menyerah. Sungguh umat Islam memiliki potensi yang luar biasa yang berasal dari keyakinan yang kuat. Sejarah membuktikan kekuatan umat tidak pernah lahir dari belas kasihan dunia, melainkan dari akidah yang kuat dan kepemimpinan yang bersandar pada wahyu.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara ..." (QS. Al-Hujurat: 10)
Ayat ini bukan slogan. Ia seruan Ilahi untuk bertindak. Persaudaraan dalam Islam tidak dibatasi oleh batas negara, tetapi oleh ikatan akidah yang menyatukan setiap hati dalam satu tubuh yang sama
Lebih dari 100 resolusi PBB yang dikeluarkan untuk menyelesaikan permasalahan ini, tetapi belum mampu mendamaikan apalagi menyelesaikan permasalahan rakyat P4lestina. Dari sini kita bisa lihat bahwa bukan resolusi PBB yang bisa diharapkan karena setiap resolusi yang ditawarkan sudah terbukti tidak menghasilkan apa-apa untuk P4lestina.
Sistem Islam dan Jalan Menuju Kemenangan
Dengan kondisi saat ini, seharusnya umat Islam disadarkan bahwa solusi sejati bukan pada donasi yang tak sebanding dengan kejahatan yang terjadi, melainkan pada perubahan mendasar yakni tegaknya sistem Islam (Khil4fah). Khil4fah ialah sebuah sistem yang menjadikan umat sebagai satu kesatuan, bukan bangsa-bangsa tercerai-berai yang mudah dipatahkan. Menjadikan umat yang memiliki jiwa pemimpin dan kekuatan dan kesatuan.
Hal ini mengikuti metode kepemimpinan Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin dalam menjalankan pemerintahan. Tujuannya adalah untuk menerapkan hukum syariat Islam, melindungi kepentingan umat, dan mempersatukan umat di bawah satu kepemimpinan. Menjadi tanggung jawab semua muslim di seluruh dunia untuk berusaha mewujudkan eksistensi Khil4fah di bumi ini.
Adanya kesadaran pada mayoritas umat akan mendorong mereka untuk fokus berjuang di jalur dakwah sesuai dengan metode yang diajarkan Rasulullah. Karena hanya metode inilah yang bisa membawa kita menuju kemenangan.
Gerakan ini akan membentuk kesadaran dan memperkuat umat berdasarkan pemahaman, yaitu satu peraturan, pemikiran, dan perasaan yang sama berdasarkan ideologi Islam. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]