Alt Title

Kelaparan Akut Bentuk Genosida Baru di Gaza Palestina

Kelaparan Akut Bentuk Genosida Baru di Gaza Palestina



Apa yang terjadi di G4za adalah kejahatan perang yang dilakukan oleh Zion*s

ditambah lagi dengan bencana kelaparan sistemik sebagai genosida baru. Harusnya menjadikan umat bangkit dari tidur panjangnya


_______________________


Penulis Rahmawati, S.Pd.

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Praktisi Pendidikan


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Penderitaan kaum muslim di G4za tak juga kunjung usai. Sejak serangan 7 Oktober 2023, situasi G4za makin mencekam, terlebih ketika Zion*s melakukan blokade total sejak 2 Maret 2025 lalu. Sejak itu pula warga G4za hidup dalam keterbatasan. Krisis pun melanda seluruh sendi-sendi kehidupannya. 


Tak ada lagi kata-kata yang mampu menggambarkan kebiadaban Zion*s Yah*di kejahatan mereka sudah teramat parah. Mereka bahkan tega membuat warga G4za kelaparan akut. Nampaklah kelaparan sebagai cara genosida baru. Saat ini, masyarakat G4za yang merasakan kelaparan hebat telah mencapai 2 juta jiwa. Akibatnya, kelaparan akut, kekurangan gizi (malnutrisi), hingga kematian tengah dialami oleh warga G4za. 


Blokade Isra*l Menambah Penderitaan Warga G4za


Namun liciknya demi menutupi kekejamannya, Perdana Menteri Isra*l Benyamin Netanyahu justru membantah kabar tersebut. “Tidak ada bencana kelaparan di G4za dan tidak ada upaya yang disengaja untuk membuat G4za kelaparan. Bantuan kemanusiaan telah kami buka selama perang berlangsung. Seandainya hal itu benar-benar kami lakukan, warga G4za tidak akan ada lagi,” katanya yang disiarkan melalui Daystar TV, (27-7-2025).


Lucunya, Donald Trump yang selama ini menjadi pendukung utama atas kekacauan yang terjadi di P4lestina justru menolak bantahan tersebut dengan mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Benyamin Netanyahu tidaklah benar. Karena terbukti di media anak-anak terlihat sangat kelaparan. (NPR, 28-7-2025)


Tedros Adhanom Ghebreyesus Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sekitar 59 ribu warga P4lestina telah dinyatakan tewas sejak oktober 2023. 113 di antaranya meninggal akibat kelaparan. Ini menjadi bukti bahwa blokade Isra*l telah mendorong G4za ke ambang "kelaparan massal." (Republika.co.id, 26-07-2025)


Derita warga G4za makin bertambah. Rasa lapar yang menelanjangi tubuh hingga tinggal tulang. Kita tentu melihat kisah seorang kakek yang sempat viral di jagat maya. Ia meninggal ketika sedang antre untuk mendapatkan makanan. Sungguh ini adalah kejahatan perang yang di luar batas kemanusiaan, bahkan lebih brutal dari dentuman rudal.


Tak puas melihat warga G4za kelaparan, mereka juga membunuh kaum muslim yang sedang mengantre di pusat-pusat bantuan. Beberapa sumber menyebut korban mencapai 147 orang, 88 di antaranya adalah anak-anak.


Hingga 21 Juli 2025, sekitar 1.054 orang jumlah korban jiwa saat sedang berjuang mendapatkan makanan. 766 orang yang tewas di lokasi GHF, dan 288 orang di dekat konvoi bantuan PBB dan organisasi kemanusiaan. Hal ini disampaikan oleh Thameen al-Kheetan selaku Juru Bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB. (Gazamedia, 29-7-2025)


Demikianlah PBB sebagai lembaga dunia yang hanya mampu beretorika meminta Zion*s untuk menghentikan kekejamannya, tetapi veto Amerika membuatnya mandul tanpa daya dan membuat Zion*s makin jumawa.  Tak ada solusi terhadap warga G4za, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada 28-29 Juli 2025 lalu tak membuahkan hasil yang berarti. Mirisnya, Deklarasi New York justru menghasilkan dukungan penuh untuk solusi dua negara yang jelas-jelas bukanlah solusi hakiki. 


Tak bisa dimungkiri, dalam KTT tersebut terdapat para pemimpin muslim yang seagama dengan warga G4za. Hanya saja, mereka sibuk dengan kekuasaannya sendiri tanpa memikirkan kondisi warga G4za. Seraya berlindung di balik narasi soal menjaga hubungan antarnegara dan hukum-hukum internasional.


Mereka lupa bahwa diamnya mereka atas persoalan warga ini, kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Untuk itu, urusan G4za-P4lestina bukan sekadar kemanusiaan. Melainkan urusan keimanan menyangkut pembelaan terhadap sesama umat Islam. Mereka abai terhadap seruan Allah Swt. dan Rasul-Nya. 


Padahal Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Allah Taala berfirman: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lainnya.” (QS. At-Taubah: 71)


Umat Islam telah terpengaruh oleh propaganda Barat bahwa mereka lemah, tak berdaya, dan sulit untuk dipersatukan. Inilah propaganda yang ditanamkan agar kaum muslim menyerah padahal mereka memiliki kekuatan melebihi kekuatan musuh yang bersumber dari akidah Islam dan mampu mempersatukan umat.


Umat Islam Harus Terus Berjuang


Sejarah telah membuktikan bahwa sistem Islam memiliki kekuatan besar yang mampu menjadikan kekuasaan Islam sebagai negara adidaya. Menggetarkan dunia dengan keadilan dan peradaban. P4lestina, Yerusalem dan masjid Al-Aqsha dulu dibebaskan oleh khalifah, bukan oleh gencatan senjata, apalagi diplomasi kosong.


Apa yang terjadi di G4za adalah kejahatan perang yang dilakukan oleh Zion*s, ditambah lagi dengan bencana kelaparan sistemik sebagai genosida baru. Harusnya menjadikan umat bangkit dari tidur panjangnya. Situasi ini pula digunakan sebagai langkah penyadaran umat bahwa solusi tuntas hanya jihad. 


Penyadaran umat harus terus digalakkan. Fakta G4za harus terus disuarakan untuk menggugah kesadaran. Umat harus paham bahwa hanya kekuatan Islam yang mampu mengonsolidasikan kekuatan umat, menyatukan para tentara muslim, dan melakukan jihad yang terorganisir untuk membebaskan P4lestina dan negeri-negeri lain yang tertindas.


Di sinilah peran jemaah dakwah ideologis, harus terus memimpin umat untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum muslim yang akan terwujud ketika kekuasaan Islam tegak kembali. Umat harus meningkatkan keterampilannya dalam berdakwah. Caranya dengan menyentuh pikiran dan perasaannya, meningkatkan keyakinan, dan istikamah di jalan dakwah sebagaimana yang ditempuh oleh Rasulullah saw.. 


Selain itu, senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan begitu, kelak semua yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang sempurna dan menjadi hujjah bahwa kita tidak tinggal diam ketika agama dan saudara kita terhina dan dijajah. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]