SWI The Explorer: Petualangan Menjadi Remaja Merdeka
ReportaseSaat kita terlepas dari pemikiran sekuler menjadi pemikiran Islam
maka kita akan bangga mengucapkan "merdeka"
______________________________
Penulis Siska Juliana
Tim Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, REPORTASE - Bulan Agustus identik dengan perayaan hari ulang tahun Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan merupakan hal yang dirayakan saat ini.
Namun, di tengah perayaannya terselip banyak cerita memilukan. Faktanya, tidak semua masyarakat merasakan kemerdekaan. Mereka masih banyak yang mengalami kelaparan, tidak memiliki rumah, sulit mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya.
Hal ini juga berkaitan dengan kehidupan remaja. Banyak remaja yang masih terjajah pemikirannya. Alhasil, mereka terjerat pergaulan bebas, mengalami penyakit berbahaya, terjebak pinjol dan judol, dan lain-lain. Lantas, timbul pertanyaan benarkah remaja sudah merdeka?
Untuk menjawab rasa penasaran itu, Komunitas Smart With Islam mengadakan kajian bertajuk "SWI The Explorer: Petualangan Menjadi Remaja Merdeka" pada Ahad, 24 Agustus 2025. Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan pelajar dan mahasiswa area Kota Bandung, Jawa Barat.
Para peserta antusias mengikuti acara ini dari awal hingga akhir. Adanya sesi tanya jawab dan silah ukhuwah bersama peserta menambah pemahaman para remaja muslimah yang menghadiri acara ini.
Teh Nandiana selaku pemateri menguraikan fakta yang dialami remaja. Misalnya, pergaulan bebas (kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, LGBT, HIV/AIDS), narkoba, judol, pinjol, obesitas, gagal ginjal dan cuci darah secara rutin, kena penyakit lambung, dan lain-lain. Kalau begitu, apakah remaja sudah merdeka? Apa makna merdeka bagi kita?
Ia menjelaskan akar masalahnya. Kerusakan yang terjadi saat ini akibat dari ulah manusia sendiri. Maksudnya perbuatan manusia yang menyalahi aturan Allah
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rum: 41)
Misalnya, saat ini banyak orang yang tidak risih melakukan kemaksiatan, tetapi merasa asing dengan ketaatan. Jauhnya manusia dari aturan Allah akibat penerapan ide-ide Barat dalam kehidupan kita. Ide kapitalisme sekuler melahirkan gaya hidup bebas (liberal). Jadilah kehidupan ini serba bebas, bablas, bahkan binasa, jauh dari kata merdeka. Hanya ada satu cara untuk mengubahnya, yaitu kembali ke jalan yang benar, jalan Allah
"Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa." (QS. Ar-Rum: 54)
Teh Nandiana mengingatkan bahwa masa muda adalah anugerah terindah, kekuatan di antara dua kelemahan (usia bayi dan tua). Kekuatan ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Remaja memiliki privilege dari Allah, yaitu mempunyai hak menjadi salah satu golongan dari tujuh golongan untuk dapat naungan dari Allah ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya. Kunci kemerdekaan hakiki yaitu menjadikan kesempatan hidup yang Allah berikan untuk menjalankan ketaatan (ibadah).
Hal yang harus kita lakukan yaitu:
Pertama, menuntut ilmu agar memiliki pemahaman Islam.
Kedua, memiliki circle positif yang saling mengingatkan.
Ketiga, menjadikan pola hidup food, fun, fashion berstandar Islam
“Saat kita terlepas dari pemikiran sekuler menjadi pemikiran Islam, maka kita akan bangga mengucapkan MERDEKA," pungkasnya.
Demikianlah cara agar remaja merasakan kemerdekaan yang hakiki. Wallahualam bissawab.


