Alt Title

Kapitalisme Melahirkan Generasi Rusak

Kapitalisme Melahirkan Generasi Rusak



Banyaknya kasus kekerasan yang melibat pelajar

membuktikan bahwa rapuhnya generasi dalam sekularisme kapitalis 

______________________________


Penulis Nurma 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPlNl - Deretan kasus kekerasan yang melibatkan pelajar akhir-akhir ini makin menunjukkan rapuhnya generasi muda di bawah sistem kehidupan saat ini. Dalam waktu berdekatan, publik dihebohkan dengan berbagai peristiwa memilukan.


Sebanyak 54 pelajar diamankan polisi karena diduga hendak tawuran di wilayah Serpong, Tangerang Selatan, Sabtu (09-08-2025) dini hari. Polisi menemukan mereka tengah berkumpul di dekat makam kawasan Cilenggang diduga untuk mengatur strategi tawuran. (Kompas.com, 09-08-2025)


Tak berhenti di situ, lima pelajar di Penjaringan, Jakarta Utara ditangkap karena terlibat pembegalan terhadap sopir truk ekspedisi yang sudah lanjut usia. Mereka bukan hanya merampas barang korban, tetapi juga melakukan kekerasan fisik yang mengancam nyawa korban. (Beritasatu.com, 08-08-2025)


Bahkan kekerasan itu kini sudah merambah usia sekolah dasar. Di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, seorang siswa kelas empat SD (9 tahun) menusuk leher pelajar MTs kelas dua (13 tahun) menggunakan gunting hingga tewas. Fakta bahwa pelaku terbiasa membawa gunting di kantongnya menandakan ada problem perilaku yang sudah mendarah daging. (Detik.com, 10-08-2025)


Sekularisme Kapitalisme Merusak Moral


Ketiga kasus di atas bukanlah peristiwa tunggal, melainkan bagian dari kerusakan generasi yang hidup dalam naungan sistem sekuler-kapitalis. Dalam mengukur keberhasilan hidup, sistem ini hanya melihat dari materi, popularitas, dan kesenangan duniawi semata. Nilai moral maupun akhlak ditempatkan di tepian, sedangkan budaya kekerasan, hedonisme, dan individualisme merajalela.


Sistem sekuler-kapitalis memisahkan agama dari kehidupan, pendidikan pun tak luput dari jeratannya. Sekolah dirancang hanya berfokus mengejar target kurikulum akademik, tetapi minim akan perhatian terhadap pembinaan akhlak. Pembelajaran agama tak ubahnya hanya formalitas belaka, hanya beberapa jam dalam seminggu tanpa menimbulkan pengaruh yang signifikan pada diri peserta didik. Akibatnya, mereka tidak memiliki perisai iman yang kokoh untuk melindungi diri dari arus pergaulan bebas, konten kekerasan di media sosial, dan budaya-budaya yang merusak. 


Negara yang seharusnya menjadi penanggung jawab atas pembinaan generasi yang lebih baik, justru menyibukan diri dengan proyek-proyek yang cenderung jauh dari pemulihan moral rakyat. Hukuman terhadap pelaku kekerasan acap kali tidak menimbulkan efek jera, bahkan hanya dianggap sebagai kenakalan remaja. 


Lingkungan sosial bahkan lingkungan keluarga pun tak lepas dari peran. Sebagian besar orang tua hanya sibuk bekerja untuk mengejar tuntutan ekonomi akibatnya pengawasan dan pembinaan atas anak menjadi terabaikan. Adapun dalam pandangan sekuler-kapitalis, pola asuh terhadap anak ialah dibebaskan untuk memilih perilaku tanpa batasan yang tegas, dengan dibungkus dalih hak anak dan kebebasan berekspresi.


Penguasa negeri ini pun acap kali hanya memberikan solusi yang parsial, yakni razia pelajar, patroli malam, seminar anti-kekerasan, atau pun sekadar pelatihan soft skill padahal masalah ini berakar pada kerusakan sistemik sehingga solusi yang dibutuhkan adalah solusi yang sistemik pula. Selama sistem yang digunakan masih memisahkan agama dari kehidupan, maka kasus-kasus kekerasan pelajar akan terus berulang.


Solusi konkret harus bermula dari perubahan atas paradigma pendidikan. Pendidikan harus lebih berfokus pada pembentukan kepribadian Islami atau syakhsiyah Islamiyah dengan berlandaskan akidah, bukan hanya dicukupkan dengan mengejar nilai rapor. Adapun sistem pergaulan, media sosial, dan lingkungan sosial juga harus dikelola dengan hukum yang tegas guna terbebas dari budaya kekerasan dan kriminalitas.


Sistem Islam Membangun Generasi yang Tangguh


Sistem Islam memiliki metode yang sempurna dalam membina generasi. Pendidikan dipandang bukan hanya menambah pengetahuan, tetapi juga membentuk akhlak mulia dan ketakwaan. Negara (Khil4fah) berkewajiban penuh dalam memastikan pendidikan berbasis akidah, mengawasi konten media, dan menegakkan hukum syariat tanpa pandang bulu. Pelajar yang terbukti melakukan tindakan kriminal akan diberikan sanksi yang adil dan mendidik dengan tujuan menimbulkan efek jera pada diri pelaku.


Khil4fah juga secara penuh memastikan kesejahteraan keluarga agar orang tua tidak perlu mengorbankan pengasuhan anak demi mencari nafkah berlebihan. Dalam tata kelola lingkungan sosial juga akan dijamin mendukung terbentuknya masyarakat yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran.


Secara keseluruhan solusi ini tentunya tidak hanya dicukupkan pada pembinaan individu dan juga keluarga semata, tetapi juga meliputi sistematisasi lingkungan sosial masyarakat dan negara secara utuh tanpa terkecuali. Islam sebagai sistem atas kehidupan memiliki prosedur yang nyata untuk menciptakan generasi tangguh.


Sejarah telah membuktikan bahwa sistem ini mampu mencetak generasi cerdas, berakhlak, dan menjadi pemimpin peradaban dunia. Jika Islam diterapkan secara kafah di bawah naungan Daulah Khil4fah Islamiyah maka gelombang kekerasan di kalangan pelajar akan terputus dan terhenti. Oleh karena itu, kita harus berani meninggalkan kapitalisme yang telah gagal dan kembali kepada aturan Allah yang sempurna. Wallahualam bissawab. [Luth/MKC]