Benarkah Kita Sudah Merdeka?
OpiniIndonesia meski telah merdeka dari penjajahan secara fisik
Akan tetapi, realitanya Indonesia tetap terjajah secara nonfisik
______________________
Penulis Irmawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Dirgahayu Kemerdekaan Indonesia yang ke-80 telah berlangsung. Berbagai semarak Agustus ramai diberitakan baik di televisi maupun media massa lainnya. Namun, pertanyaannya adalah "Apakah Indonesia benar-benar merdeka?"
Pasalnya, disamping peringatan 80 tahun kemerdekaan RI banyak persoalan di berbagai bidang kehidupan. Di sektor ekonomi, telah terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja di berbagai sektor, seperti industri tekstil, teknologi, dan lain sebagainya.
Penghasilan masyarakat stagnan atau bahkan turun. Sementara, pengeluaran meningkat karena harga-harga melonjak dan banyaknya pungutan dari negara. Akibatnya, masyarakat terpaksa makan tabungan. Situasi ini berpotensi mendorong warga kelas menengah ke dalam kemiskinan.
Dilansir dalam metrotv.com (08-08-2025) bahwa Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPN) Ristadi mengungkapkan terjadi penurunan jumlah tenaga kerja yang signifikan antara Agustus 2024 hingga Februari 2025. Jumlah tenaga kerja bertambah 523.383 orang pada periode yang sama sehingga terjadi penurunan sebanyak 415.655 orang.
Tercatat dalam data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS), pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) di 14 sektor usaha berdasarkan klasifikasi KBLI sebanyak terdapat 939.038.
Selain itu, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) mencatatkan penurunan simpanan nasabah perorangan di perbankan pada triwulan I-2025. Simpanan individu turun 1,09% secara tahunan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa banyak masyarakat mulai menggunakan tabungan mereka untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. (cnbcindonesia.com, 08-08-2025)
Kemerdekaan Semu
Indonesia meski telah merdeka dari penjajahan secara fisik. Akan tetapi, realitanya Indonesia tetap terjajah secara nonfisik. Kemerdekaan yang diproklamirkan hanya simbolis atau kemerdekaan semata.
Bukan tanpa alasan, pasalnya penjajahan yang dilakukan terhadap negeri kita hanya beralih metode. Dari penjajahan fisik dengan menggunakan senjata ke penjajahan nonfisik, yaitu dengan perang pemikiran. Perang nonfisik inilah yang lebih berbahaya dari pada perang fisik sebab masyarakat terlena dengan kemerdekaan semu dan bisa tanpa sengaja ikut mempertahankan keterjajahan tersebut.
Kemerdekaan semestinya dilihat dalam kesejahteraan rakyat, yaitu dalam pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang. Suatu bangsa yang merdeka juga harus mempunyai kemerdekaan dan kedaulatan dalam mencapai cita-citanya. Jika masyarakatnya saja kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya, berarti Indonesia belum benar-benar merdeka.
Kapitalisme Sumber Masalah
Bukan tanpa alasan, kondisi ini merupakan akibat diterapkannya sistem kapitalis sekuler. Sistem ini menjauhkan agama dari kehidupan. Agama sebatas urusan pribadi yang tidak boleh dibawa dalam urusan masyarakat dan negara. Aturan dalam sistem ini penuh dengan asas perdebatan, perselisihan, dan kegoncangan.
Alih-alih berpihak pada kesejahteraan rakyat, negara dalam sistem ini justru melayani kepentingan kapitalis karena standar sosial dalam sistem ini adalah berfokus pada materi atau kekayaan. Akibatnya, yang kaya makin kaya, sedangkan rakyat makin miskin.
Atas nama perjanjian, investasi, pinjaman dan bantuan negeri dalam sistem ini, negara justru tertawan kapitalisme Barat. Dengan dalih ikut menyejahterakan rakyat dengan terlibat dalam penciptaan lapangan pekerjaan bagi rakyat. Faktanya dengan banyak kebijakan justru tidak berpihak terhadap rakyat, tetapi pada kepentingan kapitalis.
Hal ini sejalan dengan yang ditulis Adam Smith bahwa korporasi yang berwatak kapitalisme tidak bertujuan menciptakan lapangan pekerjaan untuk kesejahteraan pekerja, melainkan hanya mencari keuntungan. Lagi-lagi rakyat harus menjadi korban padahal negeri kaya akan SDA. Akan tetapi, SDA dikelola dan dikuasai oleh asing dan aseng. Sementara rakyat hanya mendapatkan dampak dari pengelolaannya saja. Sungguh sangat miris.
Terlebih, dalam sistem kapitalis kebebasan diartikan sebagai bebas melakukan apa saja atau memiliki apa saja. Bahkan, beberapa keterikatan dalam Islam yang dianggap bertentangan dengan kapitalisme dan liberalisme, harus diberantas dengan berbagai dalih.
Ditambah mahalnya sejumlah kebutuhan pokok dan biaya hidup yang tinggi harus ditanggung sendiri oleh rakyat padahal masyarakat tentu mendambakan kesejahteraan. Sayangnya, negara berpura-pura lupa atau memang sengaja mengabaikan suara keluhan terhadap harapan tersebut.
Sementara, dalam pendidikan dalam sistem ini hanya berfokus dengan menghasilkan generasi yang siap kerja padahal pendidikan semestinya bertujuan untuk membentuk calon pemimpin. Alhasil, wajar saja jika generasi terjerumus ke dalam pergaulan yang salah, seperti tawuran, seks bebas, minuman keras, dan tindakan tak terpuji lain.
Mewujudkan Kemerdekaan Hakiki dengan Syariat Islam
Dalam Islam, kemerdekaan hakiki adalah ketika manusia bebas dari penghambaan terhadap sesama mahluk. Tidak boleh tunduk pada aturan yang dibuat oleh akal manusia. Menjadi bagian misi Islam mewujudkan kemerdekaan hakiki.
Untuk kemerdekaan manusia, Allah Swt. menurunkan Islam dengan ajaran tauhidnya. Segala bentuk penjajahan, eksploitasi, penindasan, kezaliman dan penghambaan terhadap manusia oleh manusia lainnya secara umum tidak ada dan terbebaskan sehingga tak hanya menghamba kepada Allah Swt. semata, melainkan juga berdaulat dan untuk mengabdi kepada Pencipta saja karena ditegakkan keadilan berlandaskan aturan Allah.
Sebagaimana Allah Swt. memerintahkan manusia dengan firman Allah Swt. dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya: "Dan tidaklah Aku Menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah-Ku (beribadah kepada-Ku)."
Hal itu diwujudkan oleh Islam yang membawa ajaran tauhid. Memerintahkan bahwasanya pengaturan kehidupan manusia harus dengan hukum dan perundang-undangan yang bersumber dari wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt., Zat Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.
Dengan mengelola kepemilikan umum dan mengalokasikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. Sistem Islam mampu menyejahterakan rakyat. Negara menjamin kesejahteraan rakyat dengan memenuhi kebutuhan dasarnya (sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan). Negara melakukan industrialisasi sehingga membuka lapangan pekerjaan.
Negara juga memberikan tanah bagi yang mau menghidupkan. Bagi fakir miskin, negara memberikan santunan dari Baitulmal. Sistem Islam kafah akan menjaga pemikiran umat Islam sejalan dengan aturan syariat dan akan hidup dalam ketaatan kepada Allah.
Oleh karena itu, hanya dengan sistem Islam yang diterapkan secara menyeluruh dalam aspek kehidupan. Kemerdekaan yang hakiki dapat diraih sehingga tak hanya menjadi negara yang maju, tetapi menjadi negeri yang penuh berkah. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


