Alt Title

Persoalan Korupsi Tak Henti pada Sistem Kapitalis Ini

Persoalan Korupsi Tak Henti pada Sistem Kapitalis Ini




Islam tak hanya sebagai agama ritual belaka

Namun, mempunyai seperangkat aturan lengkap untuk mengatur kehidupan manusia

______________________________


Penulis Mulyaningsih

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pemerhati Masalah Anak & Keluarga


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Tak terasa hari berganti hari dan hampir setengah perjalanan kita di tahun ini. Persoalan demi persoalan terus datang silih berganti tanpa terselesaikan dengan tuntas dan rapi. Layaknya deretan kasus korupsi yang muncul di tahun sebelumnya. Kini, kembali mencuat dan tak satu kasus saja.


Ternyata dua kasus korupsi kembali dipertontonkan pada khalayak. Lagi-lagi di sektor pendidikan kembali kena batunya. Pasalnya, menterinya sendiri telah terjerat kasus korupsi pengadaan laptop sebesar sembilan koma sembilan triliun rupiah. Astagfirullah, angka yang tidak sedikit. (cnnindonesia.com, 20-05-2025) 


Tak sampai di situ, publik kembali dihebohkan dengan pemberitaan yang serupa. Kali ini dari sektor perbankan dengan plat merah. Korupsinya mencapai dua koma satu triliun rupiah. Kasus tersebut terjadi pada proyek pengadaan mesin Electronic Data Capture (EDC) dalam kurun waktu 2020-2024. (beritasatu.com, 30-06-2025) 


Salah dua kasus di atas bisa jadi hanya sedikit fenomena korupsi yang ketahuan. Bisa saja di luaran sana ada belasan, puluhan, atau ratusan kasus yang masih terjadi dan belum berhasil diungkap ke publik. Tampaknya korupsi menjadi persoalan dari tahun ke tahun selalu saja muncul tak pernah absen.


Bahkan pada sektor yang kita anggap tidak mungkin terjadi korupsi malah 'getol' melakukannya. Sebagaimana yang kita lihat dan saksikan bersama, drama korupsi yang ada di Kementerian Agama RI. Sampai saat ini, menteri agama sendiri tidak diketahui batang hidungnya. Ini menandakan bahwa budaya korupsi telah mengakar kuat dan sulit sekali untuk dicabut dan dibuang jauh. 


Perlu kita teliti dan pikirkan lebih jauh, kasus tersebut terjadi tak lebih karena adanya kesempatan yang terbuka lebar di depannya. Bahkan bak didikan sistem yang ditetapkan saat ini, yaitu kapitalis sekuler telah mencetak manusia yang ada haus akan kekuasaan serta materi.


Ditambah lagi dengan adanya pemisahan agama dari kehidupan, makin berbuat dengan semaunya. Tak ada lagi aturan baku, termasuk halal haram bukan menjadi soalan bagi mereka. Khususnya kita sebut individu yang sedang menjabat di kursi pemerintahan atau lebih sederhananya orang yang punya kuasa.


Dengan prinsip bahwa hidup untuk mencari sebanyak-banyaknya materi, maka manusia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk dapat menjabat atau punya kekuasaan. Tentunya dengan tujuan yang sudah direncanakan secara matang. Apakah itu? Sudah menjadi rahasia umum jika mendapatkan kekuasaan, maka salah satu yang harus dikerjakan atau lakukan adalah korupsi.


Jika tidak melakukannya, maka dianggap sebagai seseorang yang munafik dan sok bersih padahal jauh. Jika kita mengetahui makna dari sebuah amanah tentu itu akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di yaumil akhir


Namun, hal tersebut ternyata hilang dari pikiran orang yang berkuasa atau punya jabatan tadi. Itulah gambaran yang terjadi di negeri ini sehingga susah mencerabut akar korupsi jika kapitalis sekuler masih diterapkan. 


Lantas bagaimana untuk bisa menghilangkan persoalan tersebut? Jawabannya tentu mengganti sistem yang rusak ini. Begitu banyak kebobrokan yang telah diperlihatkan kepada kita sehingga satu-satunya solusi adalah mengganti sistem kapitalis sekuler dengan Islam. 


Islam tak hanya sebagai agama ritual belaka, tetapi mempunyai seperangkat aturan lengkap untuk mengatur kehidupan manusia. Salah satunya terkait dengan amanah dan tanggung jawab. Dengan akidah yang kokoh, maka individu yang diberikan amanah tentu akan bertanggung jawab penuh karena percaya benar bahwa semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt..


Tak ada peradilan yang sempurna kecuali saat di yaumil hisab kelak. Makanya ketika Islam, tak sembarang orang mau dan mampu menjalankan amanah. Bahkan ketika ditawari, pasti banyak yang menolak karena menganggap begitu besar tanggung jawabnya. Jika terlaksana dengan baik, maka Allah akan rida dan posisi pahala akan bertambah.


Namun, jika ia tergelincir dan melakukan kesalahan, maka yang terjadi murka Allah pasti akan datang dan siap-siap saja sisi dosa bertambah. Tidak seperti sekarang, semua orang berlomba dan dengan cara apa pun akan ditempuh guna mendapatkan jabatan. Bahkan diawali dengan 'menyogok' dan berbuntut pada korupsi akhirnya. Nah, itulah gambaran perbedaan bagaimana ketika Islam dan sistem sekarang berbicara soal amanah dan tanggung jawab. 


Di dalam Al-Qur'an, Allah menegaskan terkait dengan tindakan korupsi dan penipuan. "Dan janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian yang lain di antara kalian dengan jalan yang batil." (TQS. An-Nisa: 29) 


Dari ayat di atas, menjelaskan kepada kita bahwa Allah Swt. telah melarang keras tindakan korupsi, penipuan, termasuk pada penyalahgunaan amanah (jabatan) sehingga janganlah kita malah menantangnya dengan melakukan perbuatan tercela tersebut. Wajar saja jika kemudian dunia ini tidak mendapatkan berkah lagi rida Allah karena sistem yang sekarang diterapkan bukan berasal dari Sang Pencipta.


Kerusakan dan kemiskinan terus saja mengemuka tanpa ada penyelesaian secara tuntas. Itulah gambaran fenomena yang bisa kita rasakan saat ini. Alhasil, sudah saatnya kita bersuara sebagai panggilan akidah untuk menerapkan sistem Islam dalam naungan Daulah Khil4fah yang akan dipimpin oleh individu taat hanya kepada Allah dan hukum syarak saja, serta menerapkan sistem Islam secara sempurna dalam kehidupan manusia. Dengan demikian, keberkahan datang dari dalam bumi dan turun dari langit. Wallahualam bissawab. [SJ/MKC]