Futur Jangan Dijadikan Tolok Ukur untuk Mundur
InspirasiJangan jadikan futur itu menjadi tolok ukur untuk mundur
karena sejatinya tidak semua orang memberi solusi
______________________
Penulis Irma Oktaviana
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah
KUNTUMCAHAYA.com, INSPIRASI -
بِسْÙ…ِ اللّٰÙ‡ِ الرَّØْÙ…ٰÙ†ِ الرَّØِÙŠْÙ…ِ
Semangat Istikamah Menuju Keridaan Allah
Berawal dari suatu ujian, godaan di mana saat itu keimanan mulai diuji terus menerus. Maka dari situ juga awal mula dimana cerita ini terbentuk. Bahkan tidak terlihat arah akan menuju kemana tujuannya.
Lalu, aku memulai semuanya perlahan. Mulai dari segi waktu dan cara aku berbicara hingga berinteraksi. Kemudian suatu hari di mana akhirnya semua terjawab yang awal mulanya meragukan, bahkan sulit untuk dipercaya hingga akhirnya aku mengatakan "oke aku bisa."
Dari situ aku sudah mulai merasa bahwa apa gunanya menjalankan, tetapi tanpa arti yang sesungguhnya. Rasanya ingin bangkit, tetapi ternyata sulit. Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, tidak selamanya berjalan dengan baik. Keimanan pun stuck di situ saja.
Bahkan, belum sama sekali menunjukkan adanya kemajuan untuk mempertahankan rasa ingin bangkit dari arah yang sudah tak teraba oleh jiwa. Bahkan, aku seolah-olah membiarkan pikiran ini diam tanpa memberikan kontribusi yang pasti. Bagaikan daun yang terbawa oleh angin lalu, hinggap entah di mana mereka terjatuh. Hingga suatu saat aku tersadarkan di mana ada hal yang nampak menunjukkan bahwa aku harus melakukannya, bukan tanpa paksaan tapi dengan niat dari hati, atau keinginan yang kuat.
Hingga akhirnya aku kembali bertanya pada diri sendiri, aku akan mulai kapan?
Namun, semuanya terjawab ketika mendengar perintah akan suatu kewajiban tanpa memaksa karena semuanya sudah tertulis dalam Al-Qur'an yang mulia didalam surah An-Nur ayat 30-31:
Ayat ini menjelaskan tentang perintah untuk menjaga pandangan, dan menjaga kemaluan, serta menutup aurat dengan mengenakan khimar (kerudung). Di Al-Qur'an surah lainnya yakni Al-Ahzab ayat 59, Allah Swt. memerintahkan kaum wanita untuk menutup jilbab ke seluruh tubuh mereka.
Kemudian aku memulainya secara perlahan, meskipun awalnya tidak sempurna. Akan tetapi, pada akhirnya aku bisa memilih pilihan yang terbaik untuk mempertahankan keimananku. Walaupun terkadang masih ada saja hawa nafsuku yang masih terjerat dalam pikiran, tetapi setidaknya aku sudah berani memilih pilihan yang pada dasarnya belum tentu semua orang sanggup.
Aku harus terus melangkah, meski harus terjatuh, lalu bangkit lagi, dan terus menerus seperti itu. Semangat harus terus membara, jangan jadikan futur itu menjadi tolok ukur untuk mundur karena sejatinya tidak semua orang memberi solusi.
Begitulah perjuangan hijrah dalam istikamah tidak selalu berjalan mulus pasti. Tentunya, semua itu ada prosesnya karena Allah menginginkan kita itu berjuang. Pastinya dengan proses yang tidak mudah. Namun, Allah jadikan kamu hamba yang kuat dengan proses yang cukup sulit sehingga tidak ada yang bisa membuat kita menjadi manusia yang paling banyak futurnya atau tidak pandai bersyukur.
Ingatlah akan satu hal, Allah tidak mungkin memberikan seorang hamba suatu ujian tanpa memberikan hamba itu balasan. Allah akan berikan limpahan pahala, kebahagiaan dan keberkahan hidup. Pintu ampunan dan taubat selalu Allah mudahkan bagi seseorang yang memang ingin Allah mudahkan. Lebih besar dibandingkan dengan dosa-dosa yang sudah kita lakukan dari sebelumnya. Selagi masih diberikan kesempatan hidup, teruslah berusaha untuk kembali ke jalan-Nya untuk meraih keridaan-Nya.
Walaupun masih dalam tahap perlahan, Allah akan selalu menerima tanpa syarat selagi kita ada niat kuat. Maka dari situ juga Allah akan selalu ada untukmu merangkulmu dengan kasih dan sayangnya yang tak terhingga sepanjang masa. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]