Perzinaan Terus Berulang Solusi Kapitalis Tidak Pernah Matang
OpiniSistem yang dibuat Barat memang sejatinya
untuk menghancurkan perlahan dan menjauhkan umat Islam dari fitrahnya
____________
Penulis Daun Sore
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Kasus kriminal masyarakat di dunia remaja tak pernah berhenti terulang, layaknya air terjun yang selalu turun deras. Aksi di luar nalar yang sejatinya makin memperparah kondisi dan taraf berpikir bagi masyarakat yang lain. Kerusakan remaja mau tidak mau terus menyeret pelaku remaja baru dengan berbagai kriminalitas yang makin hari makin tak wajar tindak kerusakannya.
Baru-baru ini misalnya, mencuat kasus penemuan mayat bayi yang dikirim lewat layanan ojek online di daerah Medan. Penemuan tersebut diketahui setelah driver ojek online dan warga sekitar membuka paketnya karena penerima tak bisa dihubungi. Setelah melakukan penyelidikan oleh kepolisian Medan, diduga bayi tersebut adalah hasil hubungan inses antara kakak beradik.
Keruhnya lagi, polisi mengungkapkan bahwa pelaku perempuan adalah pekerja seks komersial (PSK) dan ia melahirkan bayi tersebut di rumahnya dalam kondisi prematur. Dikarenakan tidak memiliki finansial yang cukup dan kekurangan gizi, keadaan bayi itu memburuk dan berakhir meninggal dunia setelah sebelumnya dibawa ke rumah sakit. Kemudian sang kakak memutuskan mengirim bayi tersebut pada layanan ojek online ke salah satu masjid yang dekat kuburan dengan asumsi dikuburkan oleh marbot masjid di sana. (kompas.com, 10-05-25)
Kasus perzinaan ini tak ayal terus terjadi di berbagai daerah, terlebih tak sedikit pelaku yang merupakan aparat pemerintahan yang seharusnya mengayomi masyarakat dengan baik.
Bukan sebuah kemustahilan juga apabila ada anak di bawah umur menjalin asmara dengan pria dewasa. Sebagaimana kasus yang terjadi di Kecamatan Slogohimo, Wonogiri, pada 18 April 2025. Di mana seorang anak perempuan kelas 6 SD menjalin asmara dengan pria dewasa berusia 45 tahun yang ternyata adalah tetangganya sendiri lewat aplikasi WhatsApp.
Kejadian ini terungkap ketika sang Ibu memeriksa pesan di HP anaknya. Anaknya pun mengaku bahwa mereka telah melakukan hubungan intim sebanyak 7 kali dengan iming-iming akan diberikan uang dan dijanjikan ia tidak akan hamil. (kabarbuen.com, 01-05-25)
Kasus ini merupakan satu dari sekian banyaknya kasus yang tidak terungkap di media, meski tak dimungkiri kasus semacam ini sudah banyak terkuak di sosial media yang nantinya akan sangat mungkin memengaruhi anak-anak lain untuk melakukan hal serupa.
Mengapa Hal Ini Marak Terjadi?
Sejatinya, usia anak-anak adalah usia yang amat krusial untuk diberikan pemahaman dalam pergaulannya. Orang tua terutama ibu sebagai ummu madrasatul ula menjadi peran penting dalam pendidikan anak sejak dini. Memberikan pemahaman Islam sebagai fondasi dasar untuk menghadapi akil balignya. Namun, hal itu jarang diberikan pada anak-anak. Tugas orang tua seolah digantikan dengan kehadiran gadget di tengah-tengah mereka, ditambah kesibukan orang tua membuat perhatian mereka kurang pada anaknya.
Perhatian yang minim berimbas pada berbagai referensi yang masuk di pikiran mereka. Positif dan negatif bercampur sehingga anak akan sulit membedakan mana yang baik dan buruk untuk perkembangan dirinya. Sebagaimana contoh di atas, anak akan lebih mudah memilih sesuatu yang buruk meski tanpa sadar mengorbankan kehormatannya. Belum lagi respons masyarakat yang justru memilih untuk dinikahkan saja atau semacamnya.
Pendidikan pun ikut andil dalam masalah ini. Kurikulum yang bertujuan membentuk karakter baik justru malah memperburuk adab dan pola pikir pelajar. Memberikan edukasi anak-anak dengan cara yang salah, mulai dari guru yang tidak memberikan contoh yang pantas, berjoget di depan kamera dengan seragamnya, membiarkan muridnya campur baur, membiarkan perayaan perpisahan dengan mengundang DJ dan sebagainya.
Di sisi lain, pemerintah asik dengan dunia korupsinya yang tidak pernah kenyang untuk diraup habis. Membiarkan moral masyarakatnya hancur dengan solusi yang tidak jera serta visi misi yang tidak terlaksana.
Inilah kerusakan yang disistemkan oleh Barat sebagai impact dari penerapan kapitaslime dan sekularisme. Tidak perlu heran mengapa hal ini terus menerus terjadi, sistem yang dibuat Barat memang sejatinya untuk menghancurkan perlahan dan menjauhkan umat Islam dari fitrahnya sebagai seorang hamba Allah.
Lantas, Solusi Mutakhir Apa yang Solutif?
Islam lahir bukan hanya untuk dijadikan agama saja, namun Islam juga lahir sebagai pembawa seperangkat aturan untuk manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia, yaitu Al-Qur’an dan hadis. Segala problematika yang terjadi sudah disiapkan solusinya sebelum manusia itu lahir. Bagaimana hubungan dengan Allah, diri sendiri, dan orang lain dapat terjalani dengan benar dan tidak menyimpang.
Jika terdapat penyimpangan dan tindak kezaliman yang dilakukan, maka Islam pun akan memberikan sanksi yang amat menjerakan sehingga tidak ada orang lain yang berani melakukan penyimpangan. Mulai dari sanksi hudud maupun takzir.
Sama halnya dengan masalah perzinaan, Islam akan memberikan hukuman hudud yang setimpal dan menjerakan. Apabila pasangan itu sudah menikah (muhsan), maka hukuman yang diberikan adalah dengan membawanya ke tempat umum (ramai orang) dan membiarkan siapapun merajamnya (melempari) dengan batu sampai mati. Adapun pasangan yang belum menikah (ghairu muhsan) akan dicambuk seratus kali dan diasingkan selama 1 tahun. Jika solusi ini diterapkan, masihkah perzinaan merajalela?
Jika hukuman tersebut membuat pelaku mati, maka saat di akhirat ia bebas dari hukuman zina karena sudah diberlakukan hukum Islam di dunia.
Islam pun dengan sangat pasti memberikan pendidikan berkualitas serta lapangan pekerjaan terutama bagi laki-laki sebagai qawam bagi keluarganya sehingga tidak ada perempuan yang rela menjual dirinya ulah minimnya pekerjaan atau kurangnya ilmu hingga memilih yang menguntungkan.
Begitulah Islam memberikan keadilan dan solusi akurat bagi rakyatnya. Nyawa dibalas nyawa. Menyadarkan umat bahwa segala sesuatu akan ada konsekuensinya di mata Allah Swt..
Solusi ini pun tentu tidak bisa diselesaikan apabila sebuah negara masih memegang peraturan sekuler dan kapitalis yang merusak. Sebuah ide cemerlang tidak bisa dilaksanakan dengan metode dan sistem yang berlawanan. Sangat perlu adanya Kekhilafahan, yaitu Daulah Islamiah sebagai pusat pelaksanaan peraturan dari Allah Swt..
Perlunya tawakal dan hukum kausalitas untuk bersama-sama mengembalikan Negara Islam demi perbaikan seluruh kerusakan terstruktur dan pelaksanaan perintah Allah Swt. sebagai bentuk ketaatan. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]