Kontribusi Kolonialisme Inggris terhadap Konflik India Pakistan
OpiniKonflik perebutan Kashmir adalah bagian dari
kolonialisme penjajah kafir Barat terhadap Islam
________________________
Penulis Anastasia, S.Pd.
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- India dan Pakistan merupakan dua negara yang selalu bertikai memperebutkan wilayah Kashmir. Hal ini diperburuk dengan peristiwa penembakan terhadap wisatawan di kawasan Kashmir yang dikuasai India. Setidaknya dalam aksi ini menewaskan 24 turis. (detikNews.com, 22-4-2025)
Penembakan ini sebagai aksi protes terhadap India terkait izin tinggal baru yang dikeluarkan untuk warga negara India di Kashmir. Seharusnya wilayah Kashmir ada dalam otonomi Pakistan.
Memahami Akar Sejarah Panjang Konflik
Untuk bisa memahami konflik kedua negara tersebut, tentu kita harus mengetahui sejarah Islam masuk ke India. Islam sebagai agama yang membebaskan manusia dari penyembahan kepada selain Allah Swt. dan sejarah dunia telah membuktikan kekuasaan Islam mampu mempersatukan perbedaan. Dari pertama penerapan Islam di Madinah, Islam berdiri di atas masyarakat heterogen, mengakomodasi perbedaan. Peradaban manusia dibangun atas fondasi akidah Islam, menciptakan tatanan masyarakal ideal.
Tanpa Islam, dunia tidak akan pernah mengetahui bagaimana seharusnya negara sebagai eksekutor yang memberikan perlindungan kepada rakyatnya. Dengan segala kesempurnan, Islam dikenal makin luas melalui dakwah Islam. Islam pun sangat menjunjung perdamaian.
Wajar apabila Islam mampu menyebar ke seluruh dunia. Begitu pun, saat Islam masuk ke India pada abad ke-7. Tepatnya pada masa Khalifah Umar bin Khattab (634-644). Pada tahun 644, setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khattab, pasukan Islam berhasil menaklukkan Makran di Baluchistan. Setelah berhasil menaklukan Makran, Islam berkembang pesat di India.
Estafet dakwah Islam di India sepeninggal masa Khalifah Umar bin Khattab, diteruskan di masa kekuasaan Bani Umayyah. Tepat pada tahun 871 di bawah kepimpinan Muhamad bin Qasim mampu menguasai Sind. Banyak di antaranya orang-orang Arab yang berhijrah memulai kehidupan di India.
Orang-orang Arab dapat membaur dengan warga asli India hingga Islam berkembang, dapat dikenal dalam segala aspek kehidupan. Ketika Islam masuk ke India, memang kondisi India merupakan wilayah dengan penduduk mayoritas pemeluk Hindu, namun Islam masuk diterima dengan damai.
Selama itu pun, Islam dan Hindu bisa hidup berdampingan. Ini terbukti dengan akulturasi budaya Islam dan India yang telah mengakar, membentuk identitas bangsa. Pengaruh Islam begitu besar, seperti pada seni arsitektur, bahasa, dan kuliner. Hal demikian menjadi pertanda bahwa kehadiran Islam di India adalah manifestasi dari kekuasaan Islam yang dominan. Pada perkembangannya, Islam telah bertransformasi sebagai agama terbesar kedua setelah Hindu.
Apa yang dibawa Islam sangat berbeda dengan agama Hindu, yaitu membawa sebuah pembaharuan yang besar terhadap tatanan masyarakat. Poin penting dari rekonstruksi ini, Islam tidak mengenal sistem kasta yang selama ini terlalu diskriminatif terhadap masyarakat India.
Dengan adanya sistem kasta, telah menciptakan konflik, kesenjangan, dan perilaku diskriminatif. Sistem kasta membagi masyarakat sesuai dengan kedudukannya. Berbeda dengan Islam sebagai ajaran yang memberikan keluasan bagi siapa pun untuk menjadi seorang muslim, tanpa melihat kasta, serta memberikan kesetaraan derajat bagi siapa pun. Dengan keadilan inilah, di bawah kekuasaan Islam sesungguhnya India pernah merasakan hidup berdampingan dengan berbagi latar belakang.
Namun, hal ini berubah ketika masuknya kolonialisme Inggris ke India, di mana hilangnya kekuasaan politik Islam yang memberikan perubahan yang sangat besar. Politik kolonialisme sejatinya adalah bentuk eksploitasi penjajah yang semata-mata berorientasi pada materi. Inggris melihat apabila ingin menguasai India, maka harus mampu menyingkirkan Islam. India kuat karena ditopang oleh kekuatan Islam sehingga politik ini yang dihancurkan. Ketika Islam sudah tidak mampu lagi memberi perlindungan, menyebabkan perpecahan, pemberontakan, dan munculnya konflik Hindu- Islam.
Dari awal Inggris sudah mengatur politik adu domba yang memicu perbedaan agama sebagai akar konflik, yaitu adanya mengotak-ngotakkan tiga agama itu berdasarkan wilayah India dibagi tiga: utara-selatan dan utara-barat didominasi Islam, serta selatan-tengah didominasi Hindu. Sementara Sikh, sebagai agama dengan jumlah pemeluk minoritas, tidak mendapatkan jatah sendiri, namun disebar ke dalam tiga wilayah tersebut.
Maka demikian, India berubah menjadi dua wilayah berdasarkan agamanya. Wilayah Hindu dan wilayah Islam, yaitu India dan Pakistan.
Pemisahan mengakibatkan migrasi besar-besaran. Penduduk yang memeluk agama yang berbeda dengan "agama negara", semisal muslim yang tinggal di India atau pemeluk Hindu yang tinggal di Pakistan, terpaksa pindah ke negara yang sesuai.
Dengan sistem seperti ini, Kashmir merupakan wilayah yang saat ini belum tuntas diselesaikan. Kedua negara saling berebut kekuasaan, apalagi secara geografis berbatasan dengan negara kuat yaitu, Cina. Wilayah yang tepat pada titik pertemuan kepentingan strategis, ekonomi, dan agama yang sangat penting.
Sejatinya, Kashmir merupakan wilayah yang mayoritas pemeluk Islam yang seharusnya masuk wilayah Pakistan. Terlebih, kondisi India yang sangat kejam terhadap Islam sangatlah tidak mungkin Kashmir harus berada dalam kekuasaan India.
Menyelesaikan Konflik
Seperti halnya permasalahan Pal*stina, konflik perebutan Kashmir adalah bagian dari kolonialisme penjajah kafir Barat terhadap Islam. Kondisi keduanya adalah gambaran keadaan umat Islam di berbagai penjuru dunia. Hilangnya Islam dari kekuasaan adalah bencana kita semua. Akar masalahnya adalah sama, hilangnya Islam dari kekuasaan yang mampu melindungi mereka.
Selayaknya kita memperjuangkan penerapan Islam secara kafah dalam sebuah negara. Negara Islam adalah negara yang mengemban jihad sebagai metode untuk melindungi dari segala bentuk penjajahan. Tugas kita adalah berdakwah, mengajak, dan membangun kesadaran umat akan pentingnya penerapan syariah dan Khil4fah. Dengan begitu, syariat jihad bisa dilakukan untuk melakukan pembebasan wilayah yang terjajah. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]