Alt Title

Pergaulan Bebas Mahasiswa Akibat Tidak diterapkannya Aturan Islam

Pergaulan Bebas Mahasiswa Akibat Tidak diterapkannya Aturan Islam

 


Hal ini dikarenakan lemahnya akidah yang dimiliki para generasi muda saat ini

Mereka tidak memahami tujuan hidup di dunia ini untuk apa dan akan ke mana setelah mati

_________________________


Penulis Sri Rahayu

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Beberapa waktu lalu telah beredar video mesum yang diduga dilakukan oleh mahasiswa Uinsa (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel) Surabaya di lingkungan kampus. Investigasi mendalam pun dilakukan. (Viva.co.id, 18/5/24)


Wakil Rektor III UINSA Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Prof Abdul Muhid membenarkan adanya video yang beredar tersebut. Ada salah satu mahasiswa bernama Atok mengatakan video pertama direkam di belakang fakultas dakwah kampus UINSA di jalan Ahmad Yani dan video yang kedua di dalam Gedung Fakultas Saintek dan Fahum.


Kejadian seperti yang ada di dalam video tersebut bisa jadi bukan hanya satu kali ini terjadi. Ini menunjukan pergaulan bebas di kalangan mahasiswa makin nyata, apalagi terjadi di Universitas Islam.


Hal ini dikarenakan lemahnya akidah yang dimiliki para generasi muda saat ini. Mereka tidak memahami tujuan hidup di dunia ini untuk apa dan akan kemana setelah mati. Sehingga dengan mudahnya mereka melakukan kemaksiatan tanpa memikirkan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah kelak. Mereka seolah tidak peduli dengan dosa, halal, haram, dan syariat Islam yang lainnya. Padahal seharusnya sebagai mahasiswa yang belajar di Universitas Islam, hal tersebut sudah harus mereka pahami dan jalankan.


Dalam pandangan Islam, seks bebas dianggap sebagai perilaku yang tidak dibenarkan dan sangat dilarang. Beberapa solusi yang ditawarkan Islam terkait dengan mencegah dan mengatasi seks bebas antara lain:

1. Pendidikan Agama: Memberikan pendidikan agama yang kuat sejak dini dapat membantu individu memahami nilai-nilai moral dan etika Islam terkait hubungan seksual. Ini termasuk pemahaman tentang pentingnya menikah dan larangan terhadap zina (hubungan seksual di luar nikah).


2. Penguatan institusi pernikahan: Islam sangat menganjurkan pernikahan sebagai cara yang sah dan terhormat untuk memenuhi kebutuhan biologis dan emosional. Institusi pernikahan dalam Islam dilihat sebagai kontrak suci yang menjaga hak dan kewajiban suami-istri serta menciptakan lingkungan yang aman dan stabil untuk keluarga.


3. Pergaulan yang terbatas: Islam menganjurkan umatnya untuk menjaga pergaulan dan batas-batas antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram (keluarga dekat yang tidak boleh dinikahi). Ini termasuk menutup aurat, menghindari khalwat (berduaan), dan menjaga pandangan.


4. Lingkungan yang positif: Menciptakan lingkungan sosial yang mendukung nilai-nilai Islami sangat penting. Ini termasuk memilih teman yang baik, terlibat dalam komunitas masjid atau organisasi keagamaan, dan menjauhi tempat-tempat atau situasi yang dapat mengarah pada perilaku tidak bermoral.


5. Keadilan sosial dan ekonomi: Memastikan adanya keadilan sosial dan ekonomi dapat mengurangi tekanan yang mungkin mendorong individu ke dalam perilaku seks bebas. Ini termasuk akses yang adil terhadap pendidikan, pekerjaan, dan pelayanan kesehatan.


6. Kesadaran dan tanggung jawab diri: Mendorong individu untuk memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Ini termasuk pemahaman tentang konsekuensi negatif dari seks bebas, baik dari sisi kesehatan fisik, mental, maupun spiritual.


Solusi-solusi ini mencerminkan pendekatan holistik Islam yang mencakup aspek pendidikan, sosial, dan individu untuk mencegah dan mengatasi seks bebas.


Hal ini membuktikan bahwa sistem pendidikan yang ada saat ini tidak mampu mencetak generasi yang gemilang. Berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang terbukti mampu melahirkan generasi terbaik di zamannya. Semisal Al Khawarizmi, seorang ahli matematika yang dikenal Barat dengan nama Algebra atau Aljabar. Seperti Muhammad Alfatih yang mampu menaklukkan Konstantinopel di usianya yang masih muda, dan lain sebagainya.


Hal ini dikarenakan sistem pendidikan Islam memiliki visi yang jelas, yaitu mencetak generasi dengan pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam. Dengan menerapkan kurikulum yang berbasis pada Al-Qur'an dan As-Sunnah sehingga mampu mencetak generasi yang bertakwa dan paham akan tujuan hidupnya di dunia. Mereka akan dibekali dengan tsaqofah Islam di setiap jenjang pendidikan sehingga terbentuklah akidah yang kuat dan generasi yang gemilang. Wallahualam bissawab. [GSM]