Alt Title

Membangun Rumah Impian

Membangun Rumah Impian

 


Senyaman-nyamannya rumah di dunia, maka jangan pernah lupakan kampung akhirat kita

Di sanalah tempat kembali terbaik

______________________________


Penulis Ummu Zhafira 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Ibu Pembelajar


KUNTUMCAHAYA.com, INSPIRASI - Sebagai anak rantau, berpindah-pindah rumah adalah hal lumrah. Apalagi bagi sebagian yang masih harus bersabar dengan mengontrak karena memang belum memiliki rumah. Mereka harus berpindah-pindah tempat tinggal, bahkan ada yang dalam waktu setahun tidak cukup sekali atau dua kali pindah. Bisa dibayangkan betapa merepotkannya masa-masa itu. 


Begitu pun kami. Belum lama ini kami harus berpindah rumah karena pemilik rumah lama ingin menjual rumah yang kami sewa. Alhamdulillah kami masih termasuk beruntung dalam masa hampir 12 tahun merantau, keluarga kami terhitung hanya berpindah dua kali saja. Itu pun bagi saya sudah sangat menguras banyak energi dan emosi.


Mungkin bagi sebagian orang, berpindah-pindah tempat menjadi momen seru karena akan berpetualang lagi di tempat baru. Namun bagi kami, ini bukan persoalan mudah. Terutama untuk saya sebagai ibu yang cenderung introvert.


Betapa tidak, berpindah tempat tinggal ini bukan hanya urusan memindahkan barang-barang. Lebih dari itu, kita harus memulai semuanya lagi dari awal. Kita harus mengenal lingkungan baru, orang-orang baru, penataan rumah yang baru, bahkan suasana yang baru.


Teruntuk saya ini adalah hal yang sulit. Apalagi meninggalkan lingkungan yang sudah menerima kita, orang-orang yang membuat kita nyaman dengan kasih sayangnya, suasana setiap sudut yang telah bertahun-tahun mendukung kita dalam bertumbuh dan berkembang. Ya, Allah Rabb, ampunilah hamba-Mu yang naif ini. Hidup tetaplah harus berlanjut. 


Saat merasa nyaman, kita sering lupa bahwa tabiat dunia ini memang fana, semuanya hanya sementara. Sebagaimana rumah yang kita sewa. Seolah-olah itu rumah milik kita karena nyamannya kita di sana. Padahal, rumah itu hanya titipan dari sang pemilik kepada kita untuk menggunakannya. Saat dia mengambilnya, kenapa berat hati mendera?


Memiliki rumah yang nyaman tentu menjadi impian semua orang. Dengan harga hunian yang semakin fantastis tentu kita harus banyak bersabar. Apalagi hidup di tanah rantau yang merupakan kota metropolis dengan biaya hidup fantastis.


Skill mengelola keuangan wajib dimiliki, karena rayuan kehidupan hedon terus menghantui. Belum lagi godaan transaksi ribawi yang hadir seolah-olah menjadi solusi. Padahal jelas keharamannya dan kebinasaan jika kita tetap mengambilnya. 


Maka bersabarlah wahai diri, bersabarlah! Sabarlah sebentar dalam lelahnya berpindah-pindah rumah. Sabar pulalah sebentar dalam menahan rasa pedih saat meninggalkan banyak hal yang kau sayang. Inilah realitas kehidupan dunia. Ada awal, tentu saja ada akhirnya. Ada pertemuan, tentu perpisahan menjadi jalan berikutnya.


Ingatlah bahwa ini semua hanya sebentar, sangat sebentar. Allah Swt. berfirman,


ﻗُﻞْ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻗَﻠِﻴﻞٌ ﻭَﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻟِﻤَﻦِ ﺍﺗَّﻘَﻰ

“Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa.” (TQS. An Nisa’: 77)


Bukankah kita harusnya tetap bersyukur. Alhamdulillah, meski masih rumah sewa kita tetap memiliki tempat yang melindungi diri dari terik dan hujan. Ada tempat yang kita gunakan untuk istirahat dari lelahnya ujian.


Masih banyak saudara kita yang terpaksa hidup di bawah tenda-tenda pengungsian. Sebagiannya lagi malah "dipaksa" hidup di bawah kolong jembatan atau rumah-rumah kardus yang bersisian dengan sampah. Tentu kondisi kita ini jauh lebih "mewah". 


Bersabar dan bersyukurlah, mudah-mudahan ada masanya nanti kita bisa benar-benar membangun atau memiliki rumah yang nyaman sehingga bisa menunjang aktivitas ibadah dengan lebih baik.


Senyaman-nyamannya rumah di dunia, maka jangan pernah lupakan kampung akhirat kita. Di sanalah tempat kembali terbaik. Untuk itu, harusnya kita makin giat membangun rumah impian kita di sana. 


Jika kita giat mengumpulkan biaya membangun rumah di dunia, maka sudah semestinya kita lebih giat mengumpulkan pahala kebaikan demi melihat bangunan rumah di surga dengan kenyamanan abadi. Tidak berminatkah kita pada gambaran lingkungan surga yang luar biasa keindahannya? 


Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (TQS. Ali Imran: 136)


Yuk, pantaskan diri kita agar Allah menolong dalam membangun rumah impian dunia dan akhirat. Allah Maha Kaya. Allah pula Maha Penolong, maka jangan berputus asa! Semoga keluasan syukur dan sabar menjadikan kita semakin dekat dengan setiap impian baik. Kalaupun di dunia kita tidak sempat memilikinya, maka cukuplah kita dengan rumah yang sedang Allah bangunkan di surga-Nya. Aamiin. Wallahualam bissawab. [SJ]