Alt Title

Perempuan dalam Perspektif Islam

Perempuan dalam Perspektif Islam

 


Kita tidak kekurangan cermin perempuan hebat dari masa ke masa

Ada Asiyah yang kokoh imannya. Ada Maryam yang terpelihara kesuciannya

______________________________


Penulis Liza Khairina

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Perempuan pada semua sektor adalah relevan. Sekalipun dikenal lemah secara fisik, mental dan kepemimpinan. Perempuan adalah Ratu yang menentukan maju mundurnya peradaban.


Perempuan pada perannya sangat menentukan. Apakah di dalam atau di luar rumah. Di dalam rumah begitu mulia dengan peran yang berketerusan. Memasak, menyapu, mencuci, melayani suami dan anak-anak, dan itu menjadi ladang pahala rutinitas sehari-hari. Di luar rumah pun, perempuan kalau tidak melakoni profesi, kadang harus menjadi tulang punggung keluarga demi sesuap nasi.


Perempuan adalah karunia Allah Swt. yang harus dipelihara kehormatannya. Kehormatan agamanya, nasabnya dan fisiknya. Bukan malah dilucuti kehormatan agung itu dengan menggadaikan pada sistem hari ini yang tidak menghargainya sebagai permaisuri.


Ya, permaisuri hari ini telah dinodai oleh kapitalisme sekuler. Sistem buruk ini menjadikan perempuan sebagai penopang ekonomi. Kapitalisme telah mengeksploitasi kemampuan perempuan atas nama feminisme dan moderasi. Meracuni pemikirannya dengan mimpi-mimpi bintang yang bakal diraih suatu hari nanti.


Kapitalisme sekuler dan liberal telah merampas lemah lembutnya jiwa perempuan hingga membangkang pada agama. Insting keibuannya digiring menuju pergaulan serba boleh atas nama hak asasi dan budaya. Sekularisme liberal juga telah menghilangkan rasa risihnya, eksis di ruang publik menanggalkan jilbab dan khimarnya, demi tren kekinian yang sebenarnya adalah keterbelakangan.


Cukuplah sudah, berhenti mengelabui perempuan atas nama kemandirian dan kebebasan. Sudah cukup sistem buruk ini mengacak-acak kemuliaan mereka. Menghidangkan beragam problematika kehidupan umat yang tak kunjung selesai, sementara perempuan merupakan irisan besar di dalamnya.


Perempuan dihempas kehormatannya tanpa ampun. Kasus kekerasan terus tumbuh menjamur menimpa mereka pada semua lini. Peristiwa mutilasi, pelecehan seksual, pedofilia, pemerkosaan dan seabrek kasus semisalnya.


Perempuan adalah Ratu. Diciptakan oleh Allah Swt. menjadi ibu pendidik generasi. Sebagai pengatur rumah tangga suaminya dengan kemampuan yang mengagumkan. Dari rahim mereka siap terlahirkan para pemimpin peradaban. Peradaban emas yang dijanjikan Allah Swt. dan Rasul saw. di masa depan.


Perempuan adalah suluh yang menjadi tonggak kebaikan masyarakat dan negara. Memperlakukan mereka sebaik-baiknya, memberikan bekal pengetahuan bagi peran domestik dan sosial mereka, serta membuka kesempatan berkiprah sesuai fitrahnya adalah kewajiban penguasa atas mereka. Dalam kondisi inilah ada jaminan negara terselamatkan dari bencana.


Kita tidak kekurangan cermin perempuan hebat dari masa ke masa. Ada Asiyah yang kokoh imannya. Ada Maryam yang terpelihara kesuciannya. Ada Khadijah binti Khuwailid yang bijaksana dan kaya raya, mempersembahkan hidupnya dan apa yang dimilikinya untuk tersebarnya Islam.


Ada Fatimah binti Muhammad yang mengajarkan hidup bersahaja, betah di rumah membesarkan anak-anak calon penghulu para pemuda surga. Ada Aisyah yang menemui perempuan-perempuan kota dan desa demi untuk mencerdaskan bangsanya.


Ada Asy-Syifa. Ada Ummu Salamah. Ada Nusyaibah. Ada Asma  putri Abu Bakar. Ada Ummu Darda'. Ada Lubna dari Kordoba. Ada Fatimah Alfihri dari Maroko. Perempuan Nusantara Malahayati. Dan perempuan-perempuan hebat lainnya yang harus menjadi inspirasi perempuan perempuan hari ini.


Agar masa keemasan yang dijanjikan Allah Swt. kepada orang-orang beriman dengan ittiba' pada generasi terbaik, terwujud melaui pembebasan kaum Muslim dunia dari cengkeraman kapitalisme sekuler.


Imam Malik mengatakan :

لن يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها…

Tidaklah akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang telah membuat baik generasi awalnya.”

Wallahualam bissawab. [SJ]