Alt Title

Gangguan Mental Calon Dokter Spesialis, Korban Kegagalan Sistemis?

Gangguan Mental Calon Dokter Spesialis, Korban Kegagalan Sistemis?

 


Bila dicermati secara mendalam, sebenarnya ini buah dari kegagalan sistem yang diterapkan hari ini

 Kapitalisme-liberal telah merusak tata kelola ruang lingkup pendidikan

___________________


Penulis Tutik Haryanti 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah 


KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Pendidikan kedokteran merupakan pendidikan yang banyak diminati banyak orang. Meskipun syarat dan ketentuan masuk ke Fakultas Kedokteran sangat ketat. Kedokteran adalah pendidikan bergengsi dan favorit, terlebih keberadaanya sangat dibutuhkan di tengah masyarakat. 


Namun sangat disayangkan, baru-baru ini pendidikan kedokteran dihebohkan dengan ribuan Calon Dokter Spesialis (CDS) yang mengalami gangguan mental, seperti stres, depresi, bahkan ada yang berkeinginan mengakhiri hidupnya. 


Dikutip dari laman liputan6.com (16/04/2024), menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ada 2716 Calon Dokter Spesialis yang mengalami depresi. Angka tersebut hasil dari skrining yang dilakukan program pendidikan dokter spesialis (PPDS). Total peserta skrining dari seluruh rumah sakit adalah 12.121 PPDS dan metodenya menggunakan kuesioner Patient Health Questionnaire-9 atau PHQ-9. Total dari hasil skrining tersebut 22,4% terdeteksi mengalami depresi dan 3% mengaku ingin mengakhiri hidup atau melukai diri sendiri dengan berbagai cara.


Sebagaimana penuturan salah seorang calon dokter spesialis tentang penyebab terjadinya depresi ini, di antaranya bentakan dan bullying yang kerap mereka terima di luar batas kewajaran. Ditambah lagi hal yang paling tidak mengenakan adalah, mereka harus patungan belasan juta rupiah hanya sekadar untuk mentraktir seniornya dalam rangka "penyambutan". Tak jarang mereka diminta membelikan ponsel, tiket pesawat atau uang tiket untuk mengikuti seminar. (BBC.com, 17/04/2024)


Sungguh ironi, pendidikan kedokteran yang di dalamnya berkumpul orang-orang intelektual, masih ditemukan perilaku pemalakan dan berakhir dengan kasus depresi. Mungkinkah hal serupa terjadi terhadap peserta pendidikan lainnya? Lantas, bagaimana Islam memberikan solusi masalah tersebut?


Mengenal Depresi


Depresi dapat menjangkiti setiap orang. Depresi berkaitan dengan suasana hati atau "mood" seseorang yang ditandai sengan rasa sedih yang mendalam atau rasa tidak peduli. Hal tersebut memengaruhi seseorang dalam berpikir, berperilaku, sehingga memicu berbagai masalah fisik dan psikologis. 


Banyak faktor penyebab terkait depresi ini, yang sangat mengganggu dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, terkait depresi di kalangan CDS, dokter senior Prof. Tjandra Yoga Aditama menyampaikan depresi perlu segera ditangani. Jangan berhenti pada angka deskriptif, tetapi perlu analisa kualitatif untuk melihat faktor penyebabnya. Beliau juga menanyakan apakah kasus depresi ini terjadi pada peserta pendidikan lainnya atau pada masyarakat umum. Bila demikian adanya maka perlu dilakukan penanganan secara meluas.


Profesi Mulia yang Ternodai 

Dokter merupakan pekerjaan mulia yang memiliki dedikasi tinggi dalam hal kesehatan. Di pundaknya dipikul tanggung jawab besar dalam melayani kesehatan masyarakat. Sayangnya, pendidikan kedokteran hari ini membutuhkan biaya yang sangat mahal, sehingga tidak semua orang dapat menjangkaunya. 


Di tengah galaunya biaya pendidikan kedokteran yang cukup fantastis. Di sisi lain, mereka harus merogoh kocek dalam-dalam untuk biaya PPDS yang pada praktiknya jelas tidak wajar. Alih alih kegiatan tersebut sebagai pendidikan mental para CDS, kenyataannya justru menimbulkan masalah. Kegiatan tersebut sejatinya menodai dan menambah citra buruk dunia pendidikan khususnya kedokteran. 


Kesalahan Sistem 

Pemerintah berupaya melalui Kemendikbud, telah mencanangkan Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) beberapa tahun lalu. MBKM ini mengusung konsep pendidikan yang memberikan kebebasan lebih, kepada mahasiswa untuk mengatur jalannya proses pembelajaran mereka sendiri. MBKM juga menjadi media yang berguna untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dan mengasah kreativitas para pelajar dalam akedemisnya.


Namun pada praktiknya, kebebasan yang diterapkan kebablasan. Bila dicermati secara mendalam, sebenarnya ini buah dari kegagalan sistem yang diterapkan hari ini. Kapitalisme-liberal telah merusak tata kelola ruang lingkup pendidikan. Sistem ini mendorong setiap perbuatan dan berbagai aktivitas yang dilakukan hanya berlandaskan manfaat atau materi. Maka yang terjadi seperti hari ini, tindakan bullying dan pemalakan pada Calon Dokter Spesialis dengan memanfaatkan situasi dan kondisi. Dengan dalih mengatasnamakan kegiatan PPDS yang harus diikuti oleh semua peserta.


Pendidikan di kapitalisme juga dijadikan ajang bisnis bagi para pemilik modal. Tujuan mereka bukan lagi untuk mencerdaskan anak bangsa, tetapi lebih pada usaha untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari semua kegiatan yang berkaitan dalam pelayanan pendidikan. Sedangkan negara memberi regulasi, yang lebih menguntungkan pemilik modal tersebut, dan bukan untuk kepentingan rakyat. Inilah yang menjadikan, mengapa biaya pendidikan itu sangat mahal?.


Sekularisme yang lahir dari kapitalisme juga menjadi pemicu terbentuknya karakter individu atau mahasiswa yang rapuh. Sebab, sekularisme telah menjauhkan manusia dari Sang Penciptanya dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, bila mendapatkan kesulitan atau menghadapi masalah yang berat, mereka mudah depresi. Hal ini dikarenakan minimnya keimanan sehingga membuat jiwa mereka kehilangan tempat bersandar secara hakiki.


Ternyata kasus bullying dan pemalakan yang mengakibatkan korbannya depresi, sudah banyak dijumpai berbagai tempat di negara kapitalisme. Bukan saja di lingkup pendidikan kedokteran saja juga merambah ke dunia kerja, media sosial dan tempat lainnya. Lantas, masihkah kita mempertahankan sistem batil ini?


Kembali Kepada Islam 

Menyikapi permasalahan yang terjadi di pendidikan kedokteran hanya dapat diselesaikan dengan mengembalikan kepada Islam. Islam selain mengatur masalah ibadah spiritual, juga mengatur seluruh lini kehidupan, termasuk di antaranya masalah pendidikan. Pendidikan dalam Islam sangat diutamakan. Sebab, menyangkut kualitas generasi ke depan, sebagai agen perubahan peradaban bangsa. Terlebih lagi, pendidikan kedokteran yang sifatnya sangat penting dalam menangani kesehatan umat.


Negara Islam akan menjamin seluruh umat mendapatkan fasilitas pendidikan yang murah bahkan gratis. Negara akan menyediakan sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Selain pelajar mendalami pendidikan matematika, teknologi, sains, termasuk ilmu kedokteran dan lainnya. Kurikulum pendidikan akan berbasis pada akidah Islam.


Mahasiswa atau pelajar akan dikuatkan dalam keimanannya kepada Allah Swt. untuk membentuk generasi yang berkepribadian Islam, yaitu memiliki pola pikir dan pola sikap Islami. Ini sangat penting, agar setiap menghadapi permasalahan dan ujian tidak lagi mengalami gangguan mental, depresi atau bunuh diri. Karena akan lebih menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah Swt.. Setiap aktivitas dan kegiatan dalam pembelajaran, di sekolah atau kampus akan disandarkan pada hukum syarak, dengan mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunah. Sebagaimana Allah Swt. berfirman,

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ

Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89)


Dengan berpedoman pada Al-Qur'an dan As-Sunah, maka dapat menghilangkan atau meminimalisir hal-hal yang menghantarkan kemudaratan, ketakutan, dan kerusakan moral pelajar, semisal pemalakan dan bullying. Individu, masyarakat dan negara saling bersinergi, dalam beramar makruf nahi mungkar. 


Islam juga memperhatikan kesejahteraan para tenaga pengajar, seperti guru, dosen maupun tenaga honorer. Sehingga, mereka akan mengajar dengan sepenuh hati demi mewujudkan generasi yang berkepribadian Islam, cerdas, dan tangguh. Tanpa harus kawatir akan kebutuhan hidup mereka.


Khatimah 

Demikian, bila Islam dijadikan sistem yang menjadi rujukan dalam menjalankan kehidupan. Keamanan, kenyamanan dan kesejahteraan seluruh umat akan terwujud. Pendidikan Kedokteran yang mahal, dan hanya dapat dinikmati kalangan orang-orang kaya. Beralih menjadi pendidikan yang dapat dijangkau seluruh umat. Dengan sistem Islam juga tidak akan ada atau minim mahasiswa atau pelajar yang mengalami gangguan mental dan berkarakter buruk. Oleh karena itu, harus segera tinggalkan sistem kapitalisme-sekuler yang rusak, dan kembali kepada sistem Islam yang sahih. Wallahualam bissawab. [Dara]