Alt Title

Bahaya di Balik Moderasi Islam

Bahaya di Balik Moderasi Islam

 


Upaya memoderatkan kaum muslimin di Indonesia terutama di kalangan pemuda dan pelajar terus dilakukan

Pada hakikatnya ajaran moderasi beragama sangat bertentangan dengan Islam

______________________________


Penulis Iin Indrawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Forum Santri Jawa Barat (FSJB) di kampus Universitas Bale Bandung bersama Forum Penggerak Moderasi Beragama dan Pemuda Sapu Bersih Hoaks menggelar Forum Group Discussion (FGD) tentang moderasi beragama.


Kolaborasi dengan tajuk Rotasi (Ruang Obrolan Terbuka Asyik di Bulan Ramadan) ini dihadiri 300 orang mahasiswa dan pelajar kabupaten dengan tema "Penguatan Moderasi Beragama Sebagai Komitmen Menjaga Kerukunan, Toleransi, dan Nilai Luhur Kebangsaan." (Galamedianews, 19/03/2024)


Ketua Pelaksana, Resta Nugraha, mengatakan bahwa kegiatan ini diselenggarakan sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan antara sesama pemeluk agama di Kabupaten Bandung, terutama di masa bulan suci Ramadan.


Rektor Universitas Bale Bandung, Dr. Ir. H. Ibrahim Danuwikarsa, M.S., dalam sambutannya mengatakan, Pancasila merupakan anugerah yang luar biasa bagi masyarakat Indonesia. Di dalam Pancasila dibahas keberagaman budaya dan agama.


Lalu pihaknya juga sedang melaksanakan revitalisasi kurikulum di kampus dan mewajibkan pelajaran agama, karena dalam pelajaran agama terdapat pembahasan mengenai unsur-unsur moderasi beragama. Juga karena awal mula pemikiran atau paham agama ekstrem itu dimulai dari lingkungan pendidikan.


Upaya memoderatkan kaum muslimin di Indonesia terutama di kalangan pemuda dan pelajar terus dilakukan. Pada hakikatnya ajaran moderasi beragama sangat bertentangan dengan Islam. Karena mengajarkan pluralisme dan sekularisme, yang mana kedua ide ini haram dalam Islam dan berbahaya bagi umat Islam.


Bahayanya adalah menyamakan akidah Islam dengan agama lain, juga mengakibatkan pengambilan sebagian hukum Islam dan meninggalkan sebagian yang lain, atau bahkan diubah sesuai pandangan sekuler. Sedangkan Allah memerintahkan dalam Al-Qur'an agar umat Islam menerapkan Islam secara kafah.


Menurut penganut Islam moderat, moderasi ini bisa mewujudkan harmoni sosial. Anggapan ini sama saja menuduh bahwa berpegang teguh pada ajaran Islam murni akan menghapus harmoni sosial. Ini adalah tuduhan tidak mendasar secara akidah dan secara fakta di lapangan.


Sampai saat ini, umat Islam di Indonesia telah berhasil menjaga kerukunan beragama, bahkan agama lain merasa nyaman hidup dalam negara yangmayoritas  penduduknya muslim ini. Sesungguhnya yang menjaga harmoni sosial itu adalah ajaran Islam yang dilaksanakan umat Islam, bukan moderasi yang sedang digembor-gemborkan. 


Kondisi Indonesia saat ini sedang mengalami bonus demografi, yaitu masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) yang puncaknya diperkirakan tahun 2030.


Bonus demografi ini secara fakta akan menguatkan ajaran sekularisme dan pluralisme melalui moderasi beragama. Potensi pelajar merupakan sesuatu yang luar biasa bagi sebuah bangsa, yang akan mengisi peradaban di masa yang akan datang. Bila terus dicekoki dengan ide-ide ini, mereka akan kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim, yang mana seorang muslim harus terikat dengan syariat Islam.


Sekularisme dan pluralisme akan melahirkan pemuda yang galau, rapuh, suka tawuran, hobi main game, terjerumus dalam seks bebas, malas belajar, dan lain-lain. Sebab mereka jauh dari Islam dan tidak tahu tujuan dan arah hidupnya. 


Barat yang takut akan kebangkitan Islam berupaya terus agar pemuda dan pelajar mengikuti arahannya. Salah satu upaya pencegahan kebangkitan Islam ini adalah dengan menggunakan tuduhan ekstremisme terhadap kaum muslimin, dan langkah nyata yang dilakukan PBB adalah membuat program pemberdayaan pemuda di Indonesia melalui moderasi Islam.


Di sisi lain, seperti yang kita ketahui, Indonesia dikenal dengan kekayaan alamnya. Kita akan menemukan banyak bahan mentah, tanah yang subur, sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang begitu melimpah.


Akan tetapi, penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan dan utang negara yang begitu menggunung. Bank Indonesia (BI) mengumumkan utang luar negeri (ULN) Indonesia per November 2023 mencapai US$400,9 miliar atau sekitar Rp6.235,95 triliun. (Bisnis.com, 16/01/2024)


Keterpurukan ini terus berlangsung tanpa ada akhirnya hingga mencapai kondisi yang kritis dan lebih parah dari waktu sebelumnya. Padahal, jumlah sarjana dan lulusan pascasarjana di Indonesia cukup banyak. Namun banyaknya jumlah sarjana dan lulusan pascasarjana ternyata tidak bisa memajukan negara dan rakyatnya.


Karena Indonesia menjadi bagian negara dunia yang selalu mengekor kepada negara maju dan adidaya. Kondisi seperti ini akan terus berlangsung selama negara ini mengadopsi ideologi sekuler kapitalisme, dan tetap mempertahankan demokrasi sebagai sistem negaranya.


Sudah saatnya umat Islam Upaya memoderatkan kaum muslimin di Indonesia terutama di kalangan pemuda dan pelajar terus dilakukan. Pada hakikatnya ajaran moderasi beragama sangat bertentangan dengan Islam menyadari bahaya dari moderasi beragama yang akan menciptakan Islam moderat, yang akan mengebiri ajaran Islam dan melenyapkan bagian dari hukum-hukum Islam. Sudah saatnya para aktivis mahasiswa harus revolusioner sebagai pelopor upaya penerapan ideologi Islam, menerapkan sistem Islam dan menjalankan hukum-hukumnya.


Sebab hanya Islam kafahlah yang mampu mengalahkan Barat dan menumbangkan hegemoni mereka dalam mencengkeram negeri kaum muslim. Hanya dengan ideologi Islamlah, peradaban Islam akan bangkit. Wallahualam bissawab. [SJ]