Alt Title

Himpitan Ekonomi Menghilangkan Kewarasan Seorang Ibu

Himpitan Ekonomi Menghilangkan Kewarasan Seorang Ibu

 


Hal ini, menandakan lemahnya iman dalam menghadapi cobaan hidup

Beratnya beban hidup dalam sistem kapitalisme saat ini, menjadikan ibu hilang kewarasan berpikirnya


___________________


Penulis Teti Ummu Azka

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Member AMK Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Polres Jakarta Barat telah menetapkan seorang ibu berinisial T (35) sebagai tersangka perdagangan bayi di Tambora Jakarta Barat pada 19 Januari 2024. T yang merupakan ibu kandung dari bayi tersebut tega menjual darah dagingnya sendiri dengan alasan himpitan ekonomi. Kondisi seperti ini dimanfaatkan oleh para pelaku untuk menjerat korban. Sebab, dalam kondisi kesulitan para korban akan mudah menerima tawaran.


Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Syahduddi, dalam jumpa pers di kantornya pada Jumat (23/2) mengungkapkan bahwa saudara T ini dalam kondisi hamil pergi ke Jakarta untuk bekerja. Dia berasal dari keluarga tidak mampu, sementara suaminya tidak bertanggung jawab. (detiknews.com, 24/02/2024)


Sejatinya, anak adalah harta titipan yang paling berharga, artinya kita harus menjaga dan merawatnya dengan sepenuh hati. Di samping, fitrah seorang ibu adalah menyayangi dan melindungi anaknya dengan segenap jiwa dan raga. Namun keadaan ini terbalik ketika berada di dalam sistem yang rusak Kapitalisme. Seorang ibu kehilangan fitrah yang sesungguhnya. 


Sungguh di luar nalar ada seorang ibu yang tega menjual bayinya. Pertanda telah tergadaikan hati nuraninya hanya demi sekedar rupiah. Hal ini, menandakan lemahnya iman dalam menghadapi cobaan hidup. Beratnya beban hidup dalam sistem kapitalisme saat ini, menjadikan ibu hilang kewarasan berpikirnya. Ibu harus bersusah payah mencari nafkah, bahkan mungkin harus berjibaku sendiri untuk menyambung hidupnya dan anak-anaknya. kemiskinan ekstrem yang terstruktur menjadi orang menghalalkan segara cara, meski harus menjual darah dagingnya sendiri.


Peristiwa semacam ini tidak akan terjadi dalam negara yang menerapkan Islam. Kesejahteraan akan dirasakan oleh semua individu. Negara memiliki mekanisme agar setiap individu rakyat terpenuhi kebutuhan pokoknya termasuk jaminan kesehatan, pendidikan dan keamanan. Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi ayah sebagai penanggung jawab nafkah, agar bisa menyantuni keluarga dengan layak. Negara hadir untuk menyantuni keluarga tak mampu, orang yang sakit, cacat (yang tidak mampu mencari nafkah) agar hidup sejahtera.


Negara akan memberikan sanksi yang tegas bagi para pelaku kejahatan, termasuk perdagangan orang. Memilih aparat penegak hukum yang memiliki integritas yang kuat dalam menegakkan keadilan. Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan penerapan Islam kafah oleh institusi negara. Wallahualam bissawab [Dara]