Alt Title

UNRWA, Alat Penjajahan Terselubung Bagi Palestina

UNRWA, Alat Penjajahan Terselubung Bagi Palestina

 


Salah satu kelemahan umat Islam hari ini adalah lemah dalam kemampuan pembacaan kondisi politik yang benar

 Sehingga sikap terhadap aksi atau pergolakan politik mayoritas cenderung tertinggal dan keliru

_________________________


Penulis Syifa, S.E

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Seakan kita tidak pernah kehabisan topik pembicaraan ketika membahas Palestina. Mau diungkap dari sisi apapun kondisi saudara kita di sana selalu jadi bahan evaluasi dan ghirah perjuangan menuju perubahan yang sesungguhnya. Menjadi bahan evaluasi ketika mengetahui bahwa kondisi mereka diliputi ketegangan, kecemasan, dan ketakutan setiap saat. Tidak hanya serangan yang datang dari darat, tetapi juga udara. 


UNRWA


"Pertunjukan" semakin bertambah kuat seiring dengan sikap negeri muslim yang terkesan pasif dalam genosida ini. Akibatnya, AS dan sekutunya memanfaatkan hal tersebut dengan terus membuat formula penjajahan. Barangkali ini yang luput dari kita, yang mana berdirinya lembaga UNRWA di tepi Barat Gaza merupakan sebuah bentuk pengkhianatan dan pengokohan posisi Israel terhadap Palestina. UNRWA merupakan singkatan dari United Nation Relief and Work Agency for Palestine Refugees In the near East atau lembaga bantuan dan pekerjaan PBB untuk pengungsi Palestina di Timur Dekat. Lembaga ini didirikan sejak tahun 1949 untuk membantu muslim Palestina setelah pembentukan negara Israel. 


Kurang lebih sekitar 750.000 warga Palestina melarikan diri atau terpaksa meninggalkan tanah mereka dalam peristiwa yang mereka sebut Nakba atau "bencana". Lembaga ini mengklaim dirinya telah berkontribusi pada "kesejahteraan dan pembangunan manusia bagi tempat generasi pengungsi Palestina". Dalam kehadirannya lembaga ini mengelola pusat penting kehidupan masyarakat Gaza, seperti sekolah, layanan sosial, pusat kesehatan, dan distribusi bantuan makanan kepada 5,9 juta pengungsi Palestina di Gaza tepi Barat yang diduduki termasuk Yerusalem Timur, ditambah Lebanon, Suriah, dan Yordania. (BBC News Indonesia, 18/02/2024)


Sumber dana terbesar UNRWA berasal dari Amerika Serikat yang menyumbang US$343,9 juta pada tahun 2022. Adapun Jerman menjadi negara penyumbang terbesar kedua dengan kontribusi US$202,1 juta. Kedua negara ini menyumbang hampir setengah dari seluruh pendanaan UNRWA yang mencapai US$1,17 miliar. 


UNRWA mengelola tempat penampungan bagi para pengungsi dan mendistribusikan bantuan yang menjadi satu-satunya akses yang diizinkan masuk oleh Israel. Lebih dari itu, lembaga ini juga menyediakan infrastruktur dan fasilitas penting untuk kehidupan sehari-hari yang sangat kurang di Gaza akibat siklus kekerasan, pengepungan, dan pemiskinan yang tidak ada habisnya.  


UNRWA juga memiliki fasilitas kesehatan dan pendidikan di Gaza, termasuk pusat pelatihan guru dan hampir 300 sekolah dasar. Mereka juga memproduksi buku pelajaran untuk mendidik generasi muda Palestina. Di Gaza saja, badan ini memperkerjakan sekitar 13.000 orang. Sebagai lembaga PBB terbesar yang beroperasi di Gaza, UNRWA memiliki peran strategis yang amat penting dalam upaya kemanusiaan. 


Membaca Lebih Dalam Kehadiran UNRWA


Sejak Israel melancarkan serangan di Gaza, UNRWA adalah satu dari sedikit lembaga bantuan internasional yang masih bisa beroperasi di kawasan itu. Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi ke selatan dan setidaknya 1,7 juta warga Palestina berlindung di fasilitas UNRWA. Kementerian kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan, lebih dari 26.000 warga Palestina yang sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak telah terbunuh sejak Israel melancarkan serangan udara dan invasi darat sebagai pembalasan atas serangan 7 Oktober. Sebelumnya 500 truk masuk ke Gaza setiap hari dan sekarang jumlahnya berkurang menjadi sekitar 200 truk. PBB mengatakan, sebanyak dua juta orang membutuhkan bantuan makanan dan sedikitnya 142 staf tewas di Gaza. (Voa Indonesia, 19/02/2024)


Ini adalah lembaga terencana yang sengaja dibentuk oleh AS supaya mereka bisa tetap mendikte ketidakberdayaan Palestina sampai pada titik terendahnya. Titik terendah yang dimaksud adalah kondisi di tempat pengungsian. Apa yang bisa dilakukan lebih di tempat pengungsian? Tidak ada. Paling banter mereka hanya dapat istirahat dan menerima bantuan. Itu pun belum pasti mereka dapatkan.


Berdirinya lembaga ini adalah salah satu langkah strategis mengokohkan penjajahan atas Palestina oleh Israel dan Negara Eropa. Pengokohan penjajahan terhadap Palestina semakin kuat setelah kita mengetahui bahwa PBB dan Barat mengurus aspek penting warga Palestina seperti sekolah, layanan sosial, pusat kesehatan, dan distribusi makanan. Yang merupakan satu-satunya lembaga yang hanya boleh beroperasi atau yang diizinkan Israel di sana. Ini sangat jelas betapa kuatnya kelicikan strategi Israel dan AS terhadap Palestina di balik berdirinya UNRWA. Alih-alih menolong, yang ada justru sebaliknya.


Akibatnya, karena ini semua dari penjajah, maka bukan tidak mungkin jika di balik pengurusan aspek penting di atas seperti dalam aspek pendidikan, AS dan sekutunya mengganti materi pelajaran di sekolah, lebih khusus pelajaran akidah Islam menjadi akidah versi mereka yaitu akidah sekuler. Dari aspek kesehatan, bukan tidak mungkin mereka campurkan obat-obatan berbahaya yang itu berakibat fatal pada kekuatan fisik, mental, dan daya pikir warga Palestina. 


Semua ini semakin diperjelas ketika UNRWA dibentuk dengan beranggotakan orang-orang yang ada di dalam PBB. Yang mana PBB mengklaim dirinya sebagai lembaga peduli kemanusiaan. Nyatanya jauh panggang dari api. Kehadiran UNRWA di tengah genosida Israel terhadap Palestina bukannya menjadi solusi atas krisis kemanusiaan, tapi justru semakin menunjukkan ada atau tidak adanya UNRWA keadaan pengungsi Palestina sama saja. 


Bahkan makin tercekik saat dana UNRWA ditangguhkan oleh 10 negara pendonor besar di dalam UNRWA. Kondisi tercekik setelah penangguhan ini juga diakui oleh Komisaris Jenderal dan Direktur Komunikasi UNRWA, Philippe Lazzarinis dan Juliette Touma. Keduanya mengatakan, "akibat bantuan ke Gaza ditangguhkan, kelaparan makin mendekat dan ribuan nyawa melayang setiap saat. Sedang jutaan pengungsi Palestina menggantungkan hidup dari bantuan UNRWA."


Jadi sebenarnya UNRWA tidak berdaya. UNRWA hanyalah alat pemancing apresiasi busuk para kapitalis negara penjajah yang berusaha mencitrakan dirinya baik di hadapan dunia. Seolah-olah mereka membantu, padahal sejatinya mereka musuh yang sesungguhnya yakni musuh bagi negeri-negeri muslim terutama Palestina. Inilah sebenarnya posisi mereka yang seakan hadir sebagai super hero. Namun sejatinya merekalah predator yang sesungguhnya. Terkait hal ini tidak semua kalangan menyadarinya. Mengapa? Karena kita tahu salah satu kelemahan umat Islam hari ini adalah lemah dalam kemampuan pembacaan kondisi politik yang benar. Sehingga sikap terhadap aksi atau pergolakan politik mayoritas cenderung tertinggal dan keliru. 


Kebutuhan Mendesak Akan Penerapan Islam 


Kita tidak butuh belas kasihan dari kafir Barat yang merupakan musuh asli kaum muslimin. Musuh secara politik, ekonomi, lebih-lebih secara akidah. Alasan secara akidah sudah cukup menjadikan kita untuk menutup rapat ketergantungan pada mereka. Apalagi muslim Palestina tidak butuh kehadiran UNRWA. Yang mereka butuhkan adalah sosok pemimpin handal seperti Salahuddin Al Ayyubi, Muhammad Al Fatih, Sultan Abdul Hamid, lengkap dengan berdirinya institusi politik yang menerapkan Islam secara kafah.


Ya, penerapan Islam secara kafah yang akan menghapus berbagai upaya intervensi, pengokohan, dan permainan penjajah atas Palestina. Kita ambil contoh bagaimana Sultan Abdul Hamid II mendeteksi dengan sigap akan usaha Inggris ketika ingin mengintervensi jalur kereta dari Hijaz yang akan dimulai di Istanbul melalui Suriah modern, Palestina dan sebagian gurun Arab dan berakhir di Mekkah. Inggris baru berencana belum sampai aksi nyata. Namun aroma busuk kelicikannya sudah tercium dan segera dihentikannya. Artinya, jangankan mengizinkan lembaga seperti UNRWA ini berdiri lalu diberi wewenang mengelola, mengurus, dan sebagainya, baru diintervensi saja sudah pasang badan dan tuntas mencegah hal itu terjadi. 


Ini adalah secuil contoh perlindungan pemimpin dalam melayani masyarakat atau umat. Tidak hanya umat yang ada di Palestina, tapi juga berlaku untuk seluruh umat di dunia. Tidak kah kita sadari akan kewajiban serta kebutuhan atas tajul furudh ini? Dan tidak kah kita bisa meresapi firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 120 yang artinya, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”

Wallahualam bissawab. [GSM]